Contents
Masjid Katangka Gowa merupakan masjid tertua di Sulawesi. Masjid ini berlokasi di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Masjid Katangka didirikan tidak hanya sebagai tempat ibadah saja, namun juga bertujuan sebagai pusat pemerintahan dan penyebaran Islam saat itu. Sehingga bangunan Masjid Katangka Gowa hingga kini terjaga dan terawat dengan baik sebagai saksi perjuangan para ulama-ulama terdahulu dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Sulawesi.
Masjid Katangka Gowa yang berdiri pada tahun 1603 memiliki luas bangunan seluas 212,7 meter persegi. Dulu ukuran luas bangunan sebuah masjid sudah cukup besar apalagi di bangun dengan bahan batu bata yang dulu material batu bata hanya di gunakan pada bangunan penting saja, seperti bangunan istana dan benteng. Masjid Katangka Gowa memiliki keistimewaan yang dibangggakan oleh muslim Gowa khususnya, dan untuk umat Islam pada umumnya.
Usia Sudah Ratusan Tahun
sumber : https://cagarbudayakatangka.wordpress.com/
Jika benar Masjid Katangka Gowa berdiri pada tahun 1603, maka sekarang masjid ini sudah memiliki usia 417 tahun di tahun 2020. Di usia yang sudah ratusan tahun, tetapi istimewanya masjid ini masih terawat dan terjaga dengan baik. Meskipun Masjid Katangka Gowa pernah mengalami beberapa pemugaran dan renovasi, namun bangunan asli masjid ini masih terjaga dengan baik, salah satunya adalah dinding masjid yang terbuat dari batu bata setebal 120 sentimeter.
Kekuatan masjid ini bisa berumur panjang karena juga di dukung oleh konstruksi bangunan masjid. Seperti masjid-masjid tua lainnya yang ada di nusantara, diantaranya Masjid Agung Demak, Masjid Agung Banten, dan lain-lainnya. Masjid Katangka Gowa memiliki enam jendela besar masing-masingnya berukuran 3,5 x 1,5 meter dengan tebal satu meter lebih. Karena masjid ini juga memiliki fungsi lainnya yaitu sebagai benteng dari penjajah Belanda, sehingga konstruksi bangunan dibuat sangat kokoh. Kemudian untuk menopang atap berbentuk Joglo, masjid ini memiliki empat soko guru berbentuk bulat yang dibuat dengan cor serta dilengkapi sembilan pilar pendukung berbentuk lingkaran dengan diameter 70 cm.
Bernama Katangka
sumber : https://nusagates.com/
Nama Katangka sendiri merupakan sebuah nama pohon Katangka. Dulu di lokasi berdirinya Masjid Katangka Gowa adalah lokasi dari pohon Katangka yang rimbun. Kemudian pohon ini di tebang tempatnya dijadikan lokasi pembangunan masjid dan kayu Katangka tadi dijadikan salah satu dari material bangunan masjid, sehingga masjid ini disebut Masjid Katangka. Pohon yang langka ini bagi masyarakat Makassar kayunya dianggap sebagai kayu kehormatan.
Dekat Dengan Makam Para Raja Gowa
sumber : https://nusagates.com/
Di area Masjid Katangka, ada komplek makam dari keluarga keturunan Raja Gowa dan makam para tokoh agama, serta kerabat pendiri masjid ini. Khusus makam para pendiri masjid ini ada atap di atasnya berbentuk mirip kubah, sedangkan makam keluarga keturunan Raja Gowa ditandai dengan pemasangan papan bicara.
Ada Tombak di Sisi Mimbar
sumber : https://news.okezone.com/
Pada kedua sisi mimbar ada sebuah tombak dan diikat dengan bendera yang bertuliskan dua kalimat syahadat. Keberadaan kedua tombak pada mimbar masjid ini berasal dari kejadian masa lalu, bahwa para jamaah sholat jumat dahulu masih belum memahami Islam dengan baik dan benar. Sehingga munculah mitos bahwa barangsiapa yang bisa menggigit naskah khotbah yang terbuat dari gulungan daun lontara yang dibacakan khotib, maka orang itu akan menjadi sakti dan kebal terhadap ujung senjata tajam jenis apapun. Akhirnya setiap sholat Jumat terjadi kekacauan.
Akibat munculnya kepercayaan tersebut, maka shalat Jumat selalu berakhir kacau oleh jamaah yang berebutan menggigit ujung naskah khotbah yang dibacakan sang khatib. Dari kejadian itu kemudian Sultan Alauddin, kemudian mengutus dua prajurit bertombak untuk menjaga dan mengawal khatib untuk menghalau jamaah yang berebutan ingin menggigit ujung naskah khotbah itu. Seiring pemahaman masyarakat Gowa terhadap Islam semakin baik, akhirnya kepercayaan tersebut hilang, maka khatib tidak lagi dikawal oleh prajurit, namun replika tombak milik prajurit kerajaan tetap dipasang di sisi kiri dan kanan mihrab. Namun, keberadaan sebenarnya kedua tombak disisi kanan dan kiri mimbar masjid, masih belum ada orang yang mengetahui kebenaran simbol yang terpasang itu. Apakah hanya sebagai hiasan pada mimbar saja atau memiliki simbolisasi tertentu ? Jawabannya Waallohu’alam.