Papua Nugini atau Papua New Guinea merupakan negara yang terletak dibelahan timur dari Pulau Papua. Dikatakan, bahwa sejarah islam yang berkembang dinegara tersebut masih sangat muda, berbeda dengan penyebaran Islam di Indonesia yang sudah sangat lama.
Negara Papua Nugini memiliki mayoritas penduduk beragama Kristen, namun ada sebagian minoritas muslim yang tergabung dalam “Islamic Society”. Minoritas tersebut memiliki masjid yang terletak di Port Moresby dengan nama “Masjid Islamic Society” atau sebelumnya disebut “Masjid Port Moresby”. Masjid tersebut sampai saat ini digunakan oleh umat muslim disana sebagai Central Umat Muslim yang tergabung dalam Islamic Society of Papua New Guinea (ISPNG). Masjid Islamic Society tersebut juga sering disebut oleh orang muslim sebagai “Masjid Hohola”.
Masjid ini dibangun dengan bantuan dana dari Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (YAMP) dan merupakan masjid kedua yang dibangun oleh YAMP Indonesia di luar negeri. Karena didanai oleh YAMP tak heran jika masjid tersebut bergaya khas Indonesia. Masjid ini menjadi masjid yang pertama kali dibangun di negara Papua Nugini, serta menjadi pusat awal dari pengembangan Islam di wilayah tersebut.
Sedangkan masjid lain yang juga didanai pembangunannya oleh YAMP adalah “Masjid Al-Hikmah” yang berada di New York City, Amerika Serikat.
Berdasarkan catatan ISPNG, menurut sejarahnya orang yang pertama kali masuk Islam di Papua Nugini adalah Sadiiq Sandbach, yaitu warga Skotlandia yang menetap di negara Papua Nugini, pada bulan Oktober 1982 silam. Sedangkan warga lokal asli yang masuk Islam pertama kali adalah Alexander Dawia pada tanggal 18 Februari 1986. Jadi, pertama kali islam disebarkan di papua nugini baru dimulai pada tahun 1980-an, sampai saat ini banyak warga lokal asli yang berpindah agama dan tergabung dalam komunitas ISPNG.
Lalu dilanjutkan pada tahun 1996, berkat bantuan dana dari negara islam sekitar, seperti Indonesia, Malaysia, serta Saudi Arabia, sudah ada tambahan 3 Islamic Center baru yang berdiri di daerah Papua Nugini. Lalu dengan bantuan dari Muslim World League, sampai saat ini sudah ada 7 Islamic Center yang tersebar dibeberapa wilayah Papua Nugini.
Saat ini keseluruhan muslim di Papua Nugini berjumlah sekitar 4000 orang muallaf. Kebanyakan dari mereka adalah para muallaf, yaitu orang yang baru saja masuk islam.
Penyebab Islam sangat diterima di daerah Papua Nugini adalah karena Hukum Islam selaras dengan pemikiran masyarakat lokal, misalnya aturan tentang poligami, serta pendirian diri sendiri tanpa harus memakai kekerasan dalam penyebaran agama.
Isa Teine, Sekjen Islamic Society Papua Nugini, memprediksikan bahwa selama 20-30 tahun kedepan, semua masyarakat Papua Nugini akan memeluk islam secara keseluruhan.
Awalnya pada tahun 1987, Muslim World League , Saudi Arabia, bekerja sama dengan umat muslim lokal untuk mengontrak sebuah rumah yang akan digunakan sebagai masjid tempat ibadah umat muslim.
Rumah yang dikontrak tersebut hanya bisa menampung sebanyak 50 jamaah saja. Kemudian karena jamaah semakin bertambah, umat muslim disana harus mencari tempat lain untuk beribadah terutama pada saat Dua Hari Raya datang.
Kemudian dibuatlah Surat Permohonan untuk pemerintah Papua Nugini pada tahun 1992, akhirnya pemerintah bersedia menghibahkan tanah sekitar 3,500 m2 yang akan digunakan sebagai lahan masjid, namun pada saat itu pembangunan belum bisa dilakukan karena dana pembangunan masih belum mencukupi.
Akhirnya, tepatnya pada tahun 1996 dengan bantuan Duta Besar RI untuk Papua Nugini, umat islam mengajukan permohonan bantuan ke YAMP agar bersedia membantu dalam pembangunan masjid tersebut. YAMP mengucurkan dana senilai $100,000 atau sekitar Rp. 239 juta (kurs pada saat itu) untuk kelancaran pembangunan masjid.
Dari usaha tersebut, pada tahun 1999 peletakan batu pertama dilakukan, sebagai tanda dimulainya pembangunan masjid. Pembangunan tersebut memakan waktu hanya 2 tahun saja, yaitu selesai pada tahun 2001 dan resmi digunakan sejak saat itu sampai sekarang.