Siapa yang tidak mengetahui atau tidak mengenal kubah? Di Indonesia masyarakat yang mayoritas beragama islam, pasti sudah sangat akrab dengan bentuk bangunan satu ini yang selalu ada hampir di setiap masjid bahkan musholla. Hampir semua masjid dan musholla di Indonesia selalu dihiasi dengan atap yang berbentuk kubah. Dengan adanya masjid dan musholla yang semuanya hampir memiliki kubah, kemudian ada wacana yang mengatakan bahwa masjid belum bisa dikatakan islami jika diatasnya belum memiliki atap berupa kubah masjid.
Terkesan indah nan megah, pesona demikianlah yang terpancar dari sebuah bangunan masjid yang mempunyai kubah. Kubah merupakan salah satu komponen arsitektur masjid, namun sejatinya kubah tidak hanya sekedar untuk menampilkan sisi keindahan dan kemegahan semata. Lebih dari itu, kubah juga memiliki fungsi utama sebagai penanda arah kiblat dari bagian luar serta untuk menerangi bagian interior masjid. Secara umum, sudah terdapat bentuk-bentuk kubah yang beraneka ragam, seperti kubah berbentuk separuh bola, kubah berbentuk seperti kerucut yang memiliki permukaan melengkung keluar, serta dikenal juga ada kubah piring yang memiliki puncak yang rendah dan dasar yang besar. Tidak hanya itu, terdapat juga kubah bawang karena bentuk kubah masjid terbut hampir menyerupai bentuk bawang. Pada umumnya kubah masjid diletakkan pada tempat tertinggi di atas bangunan dan berfungsi sebagai atap. Namun ada juga yang menempatkan kubah masjid di atas rangka bangunan petak dengan menggunakan singgah kubah.
Kehadiran kubah masjid pada masjid-masjid di Indonesia masih terbilang sangat baru. Menurut sejarah, atap kubah masjid hadir di Indonesia dimulai sekitar akhir abad ke-19 M. Hal tersebut menunjukkan bahwa selama lima abad lamanya, masjid-masjid di Indonesia tidak menggunakan menggunakan atap kubah masjid. Bahkan di Jawa saja atap kubah masjid baru muncul sekitar pada pertengahan abad ke-20 M. Berbicara mengenai masjid berkubah di Jawa, pernahkah Anda mengunjungi kota Semarang yang terletak di Jawa Tengah tersebut? Di daerah Semarang yang merupakan ibu kota Jawa Tengah ini, terdapat sebuah masjid megah dan terbesar di Kota Semarang. Penasaran seperti apa masjid dan kubahnya tersebut? Berikut pemaparannya.
Masjid Agung Jawa Tengah terletak di jalan Gajah Raya, Semarang Kota. Masjid Agung yang dibangun pada tahun 2001 ini sangat megah dan luas. Luas lahan untuk Masjid Agung tersebut mencapai 10 hektar serta luas bangunan induk untuk shalat mencapai 7.669 meter persegi. Masjid Agung tersebut bargaya arsitektur yang merupakan perpaduan antara Jawa, Jawa Tengah, dan Yunani yang telah diresmikan pada tahun 2006. Secara arsitektur, Masjid Agung Jawa Tengah tesebut memiliki keunikan yaitu dengan memadukan arsitektur Timur Tengah dan Roma, namun tidak melupakan ciri khas bangunan Jawanya. Gaya Timur Tengah ini dapat Anda temukan dari kubah masjid dan empat menara yang ada. Gaya bangunan Jawa mewakili dalam desain tanjung pada bawah kubah utama. Untuk pengaruh Yunaninya, akan jelas terlihat pada 25 pilar yang terletak di plaza utama. Pilar-pilar yang berwarna ungu tersebut dipadukan dengan kaligrafi yang akan menyerupai bangunan Coloseum di Roma. Masjid megah ini juga dilengkapi dengan 6 payung hidrolik raksasa yang dapat membuka dan menutup secara otomatis. Gaya payung raksasa ini mengadopsi dari arsitektur Masjid Nabawi di Madinah.
Masjid Agung Jawa Tengah ini memiliki atap limasan yang mencerminkan gaya arsitektur khas Jawa. Pada bagian ujungnya terdapat kubah masjid yang berdiameter 20 meter dengan dikelilingi 4 menara masing masing menara tersebut setinggi sekitar 62 meter disetiap penjuru atapnya yang merupakan ciri khas bentuk bangunan masjid Agung ini. Selain terdapat kubah masjid yang di kelilingi 4 buah menara, bangunan lain yang keunikan masjid terbesar di Semarang ini adalah adanya sebuah menara yang berbentuk kubus pada bagian dasarnya. Kemudian pada bagian atas berbentuk lingkaran yang mengerucut pada bagian atasnya. Sedangkan sisi sebelah selatan masjid terdapat menara 99, disebut menara 99 karena menara ini memiliki tinggi 99 meter yang dimaksudkan untuk representasi Asma Al-Husan (99 sifat atau nama Tuhan). Di lantai 1 menara ini difungsikan sebagai stasiun Radio DAIS Masjid Angung Jawa Tengah, untuk lantai 2 merupakan Museum Perkembangan Islam di Jawa Tengah, dan untuk lantai 19 yang merupakan lantai paling atas merupakan gardu pandang yang dapat Anda kunjungi untuk melihat keindahan kota Semarang yang berpantai di sebelah utara dan berbukit di sebelah selatan. Selain itu fungsi menara juga biasa digunakan untuk melakukan Rukyat Hilal yaiut untuk melihat bulan baru sebagai pertanda telah masuknya bulan Ramadhan untuk Hari Raya Idul Fitri. Sedangkan untuk lantai di bawahnya berfungsi sebagai rumah makan berputar.
Selain itu, di area Masjid Agung Jawa Tengah ini juga terdapat berbagai macam fasilitas seperti perpustakaan, museum kebudayaan islam, auditorium, ruang akad nikah, penginapan, pemandu wisata, cafe muslim, kios-kios cenderamata, buah-buahan, dan lain-lainya. Terdapat pula berbagai macam hiburan seperti air mancur, tempat bermain anak-anak, serta kereta kelinci yang dapat mengantarkan pengunjung berputar mengelilingi kompleks Masjid Agung Jawa Tengah yang megah ini.