Di salah satu kota Kalimantan Barat tepatnya kota Singkawang yang terkenal akan tradisi toleransi beragama sangat baik terlihat dari tata kotanya. Di kota Singkawang memiliki sebuah masjid Raya dibangun pertama kali pada tahun 1880. Lokasi masjid tersebut berdekatan dengan sebuah Klenteng atau Vihara Tri Dharma Bumi Raya yang merupakan pusat Etnik Tionghoa di Singkawang. Meskipun lokasinya berdekatan namun ibadah bagi masing-masing agama tetap berjalan dan saling menghormati satu dan lainnya.
terbukti ketika perayaan Cap Go Meh yang sangat meriah pada saat itu diselenggaraka di Vihara Tri Dhara Bumi Raya yag kini menjadi salah satu atraksi pariwisata andalan kota Singkawang, maka acara tersebut akan berhenti ketika suara adzan berkumandang dari pengeras masjid Raya Singkawang. Hal tersebut sangat mencerminkan sifat toleransi agama yang sangat tinggi dan patut dijadikan contoh.
Masjid Raya Singkawang yang pertama kali didirikan oleh Bawasahib Maricar dan keluarganya merupakan muslim pendatang dari Calcutta India di tahun 1880. Mereka juga diankgat sebagai Kapitan di Singkawang pada tahun 1875 oleh Pemerintah Belanda. Lalu beliau membangun masjid tersbut di kawasan Pasar Baru Kota Sngkawang Kalimantan Barat.
Namun pada awalnya bangunan masjid Raya Singkawang ini sangat sederhana dan kecil bahkan tidak terdapat menara yang salah satu simbol dari tempat ibadah agama islam. Lalu terjadi kebakaran hebat di pusat kota Singkawang di tahun 1937 yang menghanguskan beberapa bangunan disana dan termasuk masid Raya Singkawang. Tapi beberapa tahun setelahnya tepat pada tahun 1940 Masjid Raya dibangun kembali di tempat yang sama. Pembangunan tersebut di prakasai oleh 3 bersaudara yaitu Haji B Achmad Maricar, B. Mohammad Haniffa Maricar dan B. Chalid Maricar.
Pembangunan masjid tersebut diperluas dengan adanya menara terletak disamping masjid Raya. Meskipun tempatnya semakin luas namun bentuknya masih setiga seperti awal mula masjid Raya dibangun. Ini lah yang menjadi daya tarik sendiri dengan adanya bangunan masjid bentuk segitiga dikelilingi oleh jalan raya sehingga membuat daya tarik tersendiri bagi setiap wisatawan yang datang ke Singkawang.
Namun kini bangunan masid tersebut telah berbeda. Sekaran bangunan masjid Raya Singkawang terlihat sangat besar dan modern. Hal tersbut karena bangunan masjid tersebut telah dirombak menghasilkan masjid dengan gaya yang berbeda dan menarik sehingga menjadi ciri khas di Singkawang. Kini bangunan masjid tersebut dilengkapi dengan dua menara menjulang tinggi di sebelah sisi kanan dan kiri masjid. Meskipun masjid tersebut telah dirombak namun beberapa bagian masih dipertahankan kasliannya demi menjaga dan merawat sejarah masjid Raya Singkawang terdahulu. Sehingga bagian pada menara masjid lama yang telah dibuat oleh ketiga saudara dahulu masih berdiri kokoh sebagaimana aslinya yang berada dekat dengan menara baru yang telah dibangun.
Terlihat adanya sentuhan dari langgam masjid Dinasti Islam Mughal di India pada menara terdahulunya yang berdenah segi empat dilengkapi dengan kubah berbentuk bawang yang kini telah dicat dengan warna emas. Dua menara yang kini telah berdiri merupakan gambaran seperti menara masjid di Nabawi dan Masjidil Haram. Pada bagian fasadnya dibangun sangat tinggi seperti halnya masjid-masjid dari Dinasti Usmaniyah Turki. Tetapi terdapat juga sentuhanl okal ang berasal dari bahan kayu yang digunakan dan ornamen pada masjid Raya Singkawang. Selain itu lubang ventilasi dengan jendela -jendela besar serta serambi masjid mengambil gaya dari lokal.
Hingga kini Masjid raya Singkawang menjadi ikon bagi kota Singkawang dan kebanggan warga disana. Ditambah dengan adanya TPA yang berada di belakang masjid sebelah kanan menjadikan masjid ini selalu ramai setiap saatnya.