Masjid Tokyo atau Tokyo Camii terletak di 1-19 Oyama-cho, Shibuya-ku, Tokyo, Jepang. Masjid ini juga dikenal sebagai Turkish Culture Center (Komunitas Muslim Turki). Masjid ini merupakan masjid terindah dan mungkin terbesar di daerah Kota Tokyo, Jepang.
Masjid ini sering disebut dengan Masjid “Turkish Culture Center”, karena memang dibangun pertama kali oleh komunitas Muslim Turki, yang berasal dari wilayah Kazan Rusia, tepatnya pada tahun 1938. Lalu secara resmi masjid ini dikenal dengan nama “Tokyo Camii and Turkish Cultural Center” atau dalam bahasa indonesia “Masjid Tokyo dan Pusat Komunitas Bangsa Turki”. Namun oleh masyarakat tokyo hanya sering disebut dengan “Tokyo Mosque”, saja.
Prosesi pembangunan masjid ini mengalami beberapa tahap yaitu, pada tahun 1938 merupakan awal dimulainya pembangunan, kemudian pada tahun 1998 merupakan pembangunan ulang yang dilakukan oleh pemerintah turki, kemudian tahun 2000 peresmian masjid.
Masjid ini merupakan terbesar dan terindah di kawasan Tokyo, atau bahkan diseluruh kawasan jepang, masjid ini juga secara simbolik menandakan bahwa hubungan Turki dan Jepang memang sangat dekat.
Masjid ini hadir dikota metropolitan Tokyo yang ramai dengan gedung-gedung pencakar langit yang mengelilinginya, seakan-akan masjid ini terus memberikan keindahan unik lain ditengah-tengah hiruk pikuk kota Tokyo. Apalagi keindahan masjid ini terletak pada arsitektur bangunannya yang klasik, khas Emperium Usmaniyah namun dengan beberapa sentuhan modern didalamnya.
Selain digunakan untuk tempat peribadatan umat muslim, ternyata masjid ini juga sering digunakan untuk fungsi-fungsi lain yang lebih modern, seperti acara pernikahan, konferensi, bahkan fashion shows.
Masjid ini terbuka untuk siapa saja, termasuk umat beragama lain yang ingin mempelajari tentang struktur bangunan maupun tentang agama islam. Setiap harinya, masjid ini selalu dikunjungi baik oleh orang-orang muslim dari negara lain yang bekerja di Tokyo maupun orang jepang yang ingin mengetahui lebih banyak tentang agama islam.
Menurut sejarah, pada saat Uni Soviet berkuasa di hampir seluruh dunia, pada tahun 1917 beberapa orang dari komunitas muslim yang bertempat tinggal didaerah kekuasaan Uni Soviet mengungsi ke Jepang, karena di Jepang kaum Muslimin Turki di terima dengan sangat baik. Apalagi mereka juga diberikan akses kepada lapangan pekerjaan sehingga penghidupan pun tidak perlu dikhawatirkan.
Muslim Turki dari Kazan Rusia kemudian membentuk komunitas yang diberi nama “Mahalle-i Islamiye” atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Distrik Muslim. komunitas tersebut kemudian membangun masjid Jami’ Tokyo dan madrasah islam pada tahun 1938. Kemudian masjid yang didirikan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah Turki.
Berselang waktu yang lama, masjid tersebut ternyata keropos dan mengalami kerusakan yang lumayan besar. Kemudian pada tahun 1986, pemerintah Turki berinisiatif untuk membangun ulang masjid tersebut. kemudian pada tanggal 12 April 1996, peletakan batu bertama untuk membangun ulang masjid Jami’ Tokyo dilakukan, sedangkan proses pembangunannya berlangsung mulai tahun 1998, dan akhirnya selesai dan diresmikan pada tahun 2000.
Rancangan masjid tersebut di tangani oleh Muharrem Hilmi Senalp, sedangkan kontraktor bangunannya dikerjakan oleh Kajima Corporation. Untuk polesan terakhir pada ornamen dan hiasan masjid diserahkan kepada para seniman dari Turki.
Selain itu, Masjid Tokyo merupakan masjid yang “Terbuka Untuk Umum”, asalkan mematuhi aturan dan ketetapan yang telah dibuat. Aturan-aturan tersebut seperti, Harus menutup aurat, melepaskan alas kaki, tidak berisik, dan lain sebagainya.
Masjid ini terbuka untuk siapa saja, ternyata dengan keterbukaan tersebut bisa menarik perhatian dari kalangan mahasiswa dan pelajar di Kampus Tokyo. Hal ini juga bertujuan agar masyarakat Tokyo mendapatkan penjelasan yang benar tentang Islam. Bahwa Islam bukan radikal, Islam bukan teroris dan semua hal miring lainnya yang menyangkut Islam.