Masjid Jabal Nur Hidayatullah atau kerap disebut dengan Masjid Jabal Nur terletak di Dusun Puncak, Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Memang jika kita lihat secara sekilas dari foto masjid tersebut, tidak ada yang istimewa dari bangunan masjidnya, apalagi ukuran bangunannya yang lumayan kecil.
Namun, ada yang benar-benar istimewa dari masjid ini, yaitu mendapatkan sebutan sebagai masjid tertinggi di seluruh Pulau Jawa, lokasi berdirinya masjid terletak di dataran tinggi Tenger, sekitar 2000 meter diatas permukaan laut (DPL). Ditambah dengan sebuah sejarah tentang perjuangan seorang penyebar agama islam yang berusaha keras selama 20 tahun lamanya untuk meng-islamkan kembali warga Suku Tenger .
Secara geografis, dataran letak lokasi Tengger adalah sebuah pegunungan dengan bukit bergunung. Wajar saja bila Masjid Jabal Nur menjadi masjid tertinggi dipulau Jawa karena memang terletak di puncak bukit. Untuk akses jalan menuju masjid pun diperlukan usaha yang keras, karena jalan yang masih bisa dibilang sangat tidak memadai serta ada beberapa jurang terjal disamping jalan. Bisa kita bayangkan bagaimana perjuangan ustadz muda Ali Farqu selama 20 tahun dalam bertahan dalam misinya meng-islamkan kembali masyarakat sekitar Tengger.
Masjid Jabal Nur ini juga memiliki kisah yang lumayang panjang, yaitu selama 20 tahun, seorang da’i bernama Ustadz Ali Farqu Thoha berusaha keras untuk meng-islamkan kembali warga Tengger karena memang menurut Warsito, salah satu Da’i yang juga aktif berdakwah dikawasan tersebut, awal mula dari agama di Tengger adalah Islam. Hal ini bisa dilihat dari beberapa peninggalan sejarah berupa Mushola yang terdapat disana pada saat beliau datang. Namun, setelah juru dakwah penyebar agama islam pergi, lambat laun pengaruh Islam disana mulai memudar, bahkan mati.
Kemudian setelah 20 tahun lamanya Ustadz Ali Farqu Thoha mengenalkan kembali agama islam kepada penduduk disana, usahanya berbuah hasil manis, yaitu dari 37 Kepala Keluarga hanya 9 Kepala Keluarga saja yang sampai saat ini masih memeluk agama Hindu.
Metode penyebaran agama islam Ustadz Ali Farqu Thoha sangat sederhana, yaitu mulai dengan mengucapkan salam kepada warga setiap kali bertemu. Kemudian lama-kelamaan mereka mulai menerima hal tersebut dan mulai bertanya apa arti dibalik salam tersebut.
Perjuangan selama 20 tahun tersebut diwarnai dengan beberapa hambatan, seperti jalan yang terjal yang harus dilalui dengan berjalan kaki, hujan, gelap, kekurangan makanan dan lain-lain. Bahkan masih ditambah dengan teror-teror dari pihak yang tidak suka atas kehadiran beliau dalam menyebarkan agama islam.
Pada akhirnya, usaha keras tersebut membuahkan hasil yang baik. Satu-persatu warga di Tengger kembali menerima agama islam sebagai pedoman hidupnya,. Semakin lama waktu berjalan, hampir seluruh warga di Tengger kembali memeluk agama islam. Lalu kebutuhan akan tempat ibadah berjamaah semakin diperlukan. Akhirnya warga bersatu untuk membangun mushola sederhana dengan ukuran 5 x 5 meter, berdinding papan, dan beratapkan karung saja.
Akhirnya pada tahun 2009, bantuan dari Pemerintah Lumajang datang, dengan gagasan pembangunan masjid didaerah tersebut untuk menyediakan fasilitas kepada warga Tengger yang sudah kembali memeluk agama islam. Namun, rencana tersebut sempat menuai kontroversi dari penganut agama hindu yang rencananya juga akan membangun pura yang berhadapan dengan masjid. Pada akhirnya mediasi dilakukan dari tokoh muslim setempat, kepada tokoh hindu disana, sehingga lokasi pembangunan pura bisa digeser 500 meter dengan metode tukar lahan.
Pembangunan masjid Jabal Nur dimulai pada tanggal 10 Januari 2009, selesai dan diresmikan pada tanggal 18 Juli 2010, dengan menghabiskan dana sekitar Rp. 150 juta lebih. Dana terseut berasal dari berbagai sumber seperti BMH (Baitul Maal Hidayatullah), LSM, Swadaya Masyarakat, Bantuan Individu dan lain sebagainya.
Akhirnya masjid Jabal Nur bisa dibangun dengan ukuran 10 x 8 meter, dengan desain minimalis namun bernuansa modern. Meskipun berukuran kecil, namun paling tidak bisa menampung jamaah lebih dari 50 orang.