Masjid Agung Kota Piters atau jika dalam bahasa perancis disebut dengan “Grande Mosquee de Poitiers, merupakan masjid pertama kali yang dibangun di kota Poitiers Perancis, tepatnya di Re de la Vincenderie, Poitiers, Aquitaine-Limousin-Poitou-Charentes, Perancis.
Bangunanya sejak pertama kali dibangun memang ditujukan untuk sebuah Masjid, namun baru pada tahun 2012 lalu bangunan ini dalam tahap pengerjaan akhir, karena memang terjadi beberapa hambatan pada saat rencana pembangunan masjid dilakukan.
Kota Pointiers sampai saat ini memang dikenal dengan kota pelajar, dimana banyak sekali pelajar dari mancanegara yang sengaja data ke Kota Pointiers untuk menimba ilmu dari berbagai Universitas yang ada disana. Beberapa pelajar berasal dari benua Afrika serta beberapa negara yang berpenduduk mayoritas muslim seperti negara Timur Tengah.
Para mahasiswa muslim yang ada di Kota Pointiers kemudian membangun sebuah komunitas muslim bersama-sama, dan mendirikan sebuah bangunan masjid dari sebuah bangunan klab malam yang sudah terpakai, lalu dialihfungsikan sementara sebagai masjid. Bekas klab malam tersebut sementara digunakan sebagai tempat peribadatan komunitas muslim disana sambil menunggu pembangunan Masjid Agung Poitiers selesai dibangun.
Masjid Agung Poitiers merupakan salah satu masjid yang menjadi sorotan besar dunia pada tanggal 24 Oktober 2012 lalu, karena ada insiden yang begitu mencolok. Pada saat itu sekitar 60 orang dari kelompok ekstrim sayap kanan Perancis, mengepung dan mengambil alih bangunan masjid secara paksa, padahal pada saat itu bangunannya sedang dalam tahap akhir. Aksi dari anggota kelompok sayap kanan tersebut melakukan aksi protes terhadap pemerintah Perancis dan terhadap pengaruh dari agama islam yang mulai merebak di seluruh penjuru Poitiers. Aksi tersebut mendapatkan kecaman keras dari pihak dunia dan politikus muslim besar di dunia.
60 orang asli Poitiers dari kelompok ekstrim sayap kanan perancis tersebut menyebut diri mereka sebagai “Generation Identity”, mereka menyerbu masjid pada pukul 6 pagi, kemudian memanjat tembok hingga menuju atap dan membentangkan sebuah sepanduk bertuliskan “732 Generation Identity”. Arti dari spanduk tersebut adalah tahun 734 dimana Charles Martel maju dengan berani menghadapi serbuah tentara muslim di sebelah utara kota Poitiers.
Kemudian Generation Identity juga menuliskan pada website nya bahwa, mereka tidak menginginkan lagi ada imigran muslim dari luar Eropa, ataupun pembangunan masjid baru di negara Perancis.
Pada saat insiden tersebut terjadi, kelompok ekstrimis tersebut mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak mau meninggalkan masjid tersebut meskipun di paksa oleh pihak yang berwenang. Namun akhirnya mereka sudah meninggalkan masjid pada jam 1 siang karena sudah tercapai kesepakatan antara polisi dan kelompok yang mengaku Generation Identity tersebut. meskipun begitu, tiga orang dari kelompok tersebut tetap ditahan oleh polisi setempat.
Ternyata kecaman kerasa terhadap Generation Identity datang dari berbagai pihak termasuk dari dalam negeri Perancis sendiri yang kini di kuasai oleh Partai Komunis dan Partai Sosialis. Mereka menginginkan pembubaran Generation Identity karena dinilai telah menyebarkan kebencian antara etnis yang bisa memicu tindak kekerasan lainnya. Kemudian dari pihak pemerintah kota Poitiers sendiri juga menilai bahwa aksi yang mereka lakukan benar-benar meresahkan, karena protes yang tidak legal serta menjadi suatu bentuk tindakan kebenciak rasial.
Bahkan, Dewan Muslim Perancis (CFCM) juga mengutuk tindakan tersebut, karena dinilai sangat liar dan bisa merusak tatanan kerukunan umat beragama di Perancis, meskipun dari sisi sejarah memang umat muslim pernah menyerang Perancis pada zaman dulu.