Masjid Keramat Kuna atau Kuno terletak di Jln.. Hasanuddin, Desa Buleleng, Kecamatan Buleleng, Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Bali, meskipun sampai saat ini belum jelas kapan tepatnya masjid ini dibangun.
Singaraja merupakan kota kecamatan dari Ibukota Buleleleng di Provinsi Bali. Mayoritas penduduk Bali memang beragama Hindu, namun ada minoritas di provinsi tersebut yang beragama Islam. Jumlah pemeluk Islam di Wilayah Singaraja sudah cukup banyak, jadi tidak terlalu sulit lagi untuk menemukan musholla maupun masjid.
Sejarah Islam sudah tumbuh dengan kuat pada zaman Singaraja masih berstatus sebagai kerajaan, dan negara NKRI belum terbentuk. Hal ini bisa terlihat dari masjid yang berada di sana yaitu “Masjid Keramat Kuno Singaraja”, terletak di Kanjanan, Singaraja. Sekali lagi, meskipun belum jelas secara resmi kapan masjid ini dibangun, namun dari bentuk arsitektur dan umur bangunannya kemungkinan masjid ini dibangun pada tahun 1645, sekaligus menjadikan Masjid Keramat Kuno Singaraja menjadi masjid tertua di daerah Singaraja bahkan di seluruh wilayah kabupaten Buleleng.
Saat ini, masjid ini dihimpit oleh beberapa rumah penduduk yang memadati daerah tersebut. Bahkan jalan masuk masjid hanya berupa sebuah gang kecil yang hanya cukup dilewati oleh pejalan kaki dan 1 sepeda motor. Masjid Keramat Kuna Singaraja masih terawat dan berdiri kokoh ditengah himpitan rumah penduduk, karena masjid ini merupakan simbol dari kearifan para pemeluk agama islam yang merupakan minoritas di kawasan Buleleng.
Memang belum ada klarifikasi resmi dari pemerintah sekitar kapan sebenarnya masjid ini dibangun, namun menurut cerita tutur yang beredar, masjid ini sudah digunakan pada tahun 1654 oleh masyarakat muslim sekitar Buleleng.
Pada zaman dulu, awalnya masyarakat muslim di buleleng tinggal di pesisir pantai, namun karena abrasi air laut yang semakin meluas membuat kampung mereka tergerus. Pada akhirnya para penduduk memilih untuk berpindah ke selatan, yaitu dikampung Singaraja. Daerah Singaraja awalnya merupakan semak belukar seperti kebun dengan tumbuhan semak yang sangat lebat, kemudian masyarakat bergotong royong untuk membangun kampungnya. Selain itu mereka juga membangun bangunan berukuran 15 x 15 meter, dengan empat tiang penopang yang terbuat dari pohon kelapa, dengan atap meru. Bangunan tersebut diduga merupakan bangunan masjid yang sampai saat ini masih eksis.
Bisa di katakan masjid karena memang pada saat ditemukan, bangunan tersebut memiliki sebuah mimbar yang biasanya digunakan oleh khotib untuk berkutbah. Namun sampai sekarang belum jelas siapa yang membangun masjid tersebut, dari arsitektur kubah dan ukiran khas bali, kemungkinan pendiri masjid tersebut merupakan muslim asli daerah bali.
Masjid ini memiliki keunikan tersendiri, dilihat dari seni arsitekturnya dengan ukiran-ukiran tumbuh-tumbuhan yang melekat pada tiang maupun mimbar mengibaratkan kekayaan flora di Pulau Bali. Kemudian seni pahat yang digunakan disinyalir merupakan seni pahat Bali Utara. Kemudian, keempat tiang panyangga yang terbuat dari kayu pohon kelapa sampai saat ini tidak diganti, namun ditambah dengan ketebalannya, agar lebih kuat dan awet.
Selain itu, masjid ini juga terkenal unik karena biasanya dijadikan tempat untuk mengucapkan sumpah untuk menyelesaikan pertikaian antara penduduk, jika dirasa tidak ada yang mengaku siapa yang bersalah dari permasalahan yang terjadi.
Meski pernah mengalami renovasi, namun keaslian dari ornamen dengan pahatan bali masih melekat pada masjid ini. Kemungkinan besar masjid ini merupakan masjid yang dibangun salah satu dari wali songo, mengingat pantai utara Bali memang sangat dekat dengan pulau jawa.