Masjid Lala Mustafa Pasha atau dalam bahasa perancis disebut “Lala Mustafa Pasa Camisi” terletak di Mahmut Celaleddin SK, Gazimagusa, Farmagusta, Cyprus, Perancis. Sejarah bangunan masjid ini tergolong unik, karena memang tidak berasal murni dari bangunan masjid, namun berasal dari bangunan sebuah Katedral (tempat beribadah umat kristen) bernama “Katedral Santo Nicholas”. Bangunan katedral tersebut sudah ada di Famagusta sejak tahun 1298, kemudian dialihfungsikan sebagai masjid pada saat Emperium Usmaniyah berkuasa disana pada tahun 1571.
Bangunan masjid yang dulunya merupakan bangunan katedral ini sangat berkaitan erat dengan kerajaan Cyprus di masa lalu. Konon ruangan masjid utama yang dulunya disebut dengan ruang Nave, merupakan tempat penobatan Raja-Raja Cyprus pada zaman dulu.
Cerita tutur menyebutkan bahwa pasukan tentara salib (Crusader) pada tahun 1921 mengalami kegagalan besar karena tidak berhasil merebut kota Jerussalem yang berada di Palestina. Kemudian para bangsawan kerajaan Perancis melarikan diri ke kota Cyprus untuk membentuk sebuah Kerajaan Jerussalem baru di pengasingan.
Memang kebanyakan masjid yang berada di Perancis dulunya merupakan suatu bangunan tempat peribadatan umat kristen. Selain Masjid Agung Lala Mustafa Pasha yang mengalihfungsikan Katedral Santo Nicolas, ada juga Katedral St. Sophia di Nicosia yang dialihfungsikan menjadi Masjid Selimiye. Bangunan-bangunan tersebut sangat kental dengan gaya gotik sebuah katedral, baik mulai dari arsitektur eksterior bangunannya maupun interiornya.
Pada saat Emperium Usmaniyah mengambil alih kota Famagusta di tahun 1571 dari kekuasaan Venesia yang sudah berkuasa sejak tahun 1489, beberapa bangunan katedral ini mengalami rusak parah, terutama pada bagian menara bagian atas. Kemudian setelah berhasil menguasai kota Famagusta, ditahun yang sama Katedral Santo Nicolas dialihfungsikan sebagai masjid dengan mengubah semua interior kristiani menjadi interior umat muslim, dan juga membongkar hampir semua makam-makam tua yang berada di samping Katedral.
Bangunan masjid ini beberapa kali mengalami kerusakan yang lumayan parah, seperti yang terjadi pada tahun 1735 akibat gempa besar yang melanda perancis, sehingga bangunan masjid harus ditambahkan beberapa tiang agar ketahanan dari struktur dinding penopang atap menjadi lebih kuat. Bangunan ini masih menyimpan interior bersejarah seperti Jendela james II yang tertulis dengan jelas penyataan tentang hak keningratannya pada saat menyerahkan Cyprus ke Dinasti Doge dari Venisia pada tahun 1489.
Setelah Dinasti Usmaniyah menguasai Famagusta – Cyprus pada tahun 1571, sebuah menara kemudian dibangun di sisi lain Katedral, sedangkan menara yang satu mengalami kerusakan dan hanya menyisakan bagian bawahnya saja. Beberapa bagian bangunan lainnya juga disesuaikan dengan karakteristik masjid, dimana semua interior yang menggambarkan makhluk hidup seperti patung hewan atau manusia serta jendela dengan gambaran manusia disingkirkan dan diganti dengan interior asli umat muslim.
Meskipun banya dari bagian interior yang dirubah, namun kesan gotik yang dimiliki katedral tidak dirubah sama sekali, seperti pintu masuk berkanopi dengan karakter asli sebuah katedral Perancis tetap dipertahankan sampai saat ini.
Perubahan hanya dilakukan pada bagian interior masjid menjadikannya seperti ruang sholat pada masjid-masjid pada umumnya, dengan hamparan sajadah yang membalut lantai, kemudian ditambahkan ruang mihrab serta mimbar disampingnya.
Ruangan sholat utama yang dimiliki masjid ini memiiki panjang 55 meter dan lebar 23 meter, dengan tetap mempertahankan bagian-bagian bangunan lainnya, seperti atap yang rat, serta fasad-fasad yang terbuat dari batuan berwarna madu tua. Sehingga, kesan yang didapatkan pada saat mengunjungi masjid ini adalah kesan klasik karena memang bangunan tersebut sudah berumur ratusan tahun.