Masjid Al-Aqsa atau Masjid Al-Aksa atau Meescidi Aksa terletak di Wagenstraat 103, 2512 AS Den Haag, Nederland / Belanda. Perkembangan Islam di Negara Belanda memang di sinyalir cukup pesat. Komunitas Muslim Indonesia dan juga Komunitas Muslim dari beberapa negara lain yang pernah menjadi wilayah jajahan negeri tersebut turut meramaikan perkembangan muslim disana sudah sejak lama.
Beberapa Masjid pun juga sudah berdiri didaerah tersebut yang dididrikan oleh berbagai macam organisasi muslim di Negara Belanda. Selain itu, juga berdiri sebuah Universitas milik muslim yang dinamai Universitas Islam Belanda, dan sudah mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah setempat. Sampai saat ini Universitas Islam Belanda tersebut sudah menjadi salah satu Universitas terkemuka di daerah Eropa.
Sejarah pembangunan Masjid Al-Aksa pun hampir sama dengan sejarah yang dimiliki oleh beberapa masjid lain yang berdiri di negara non-muslim. Yaitu pada awalnya merupakan bangunan gereja yang dibeli oleh komunitas muslim kemudian dialihfungsikan menjadi sebuah masjid.
Selain Masjid Al-Aksa yang akan kita bahas pada artikel kali ini, ternyata ada juga masjid yang dulunya berasal dari bangunan gereja, yaitu Masjid Al-Hikmah yang dikelola oleh komunitas muslim Indonesia yang pada awalnya merupakan bangunan Gereja Immanuel yang sudah sepi dari jamaah dan dibeli oleh komunitas tersebut. pendanaan secara keseluruhan pengalihfungsian masjid tersebut didanai oleh Bapak H. Probosutejo.
Lalu, Masjid Al-Aksa yang menjadi topik pembahasan kali ini berasal dari bangunan bekas Sinagog Agung Yahudi yang dibangun pada tahun 1844 di Wagenstraat. Bangunan ini merupakan saksi sejarah pada saat terjadi insiden deportasi warga yahudi dari belanda. Komunitas Muslim Turki kota Den Hag kemudian membeli bangunan tersebut dan mengalihfungsikan menjadi sebuah bangunan masjid. Renovasi yang dilakukan hanya terbatas pada interior masjid saja, sedangkan bagian luar masjid tetap dibiarkan seperti bangunan sebuah gereja. Penambahan menara dilakukan pada tahun 1985 untuk menegaskan bahwa bangunan tersebut kini telah menjadi sebuah tempat peribadatan umat muslim.
Seperti kebanyakan masjid di wilayah non-muslim, Masjid Al-Aksa ini juga menerapkan Islam Rahmatan Lilaalamin, artinya terbuka untuk umum bahkan untuk non-muslim sekalipun. Mereka biasanya berkunjung untuk melihat keindahan interior bangunannya yang sudah dirubah total, maupun datang untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang agama islam. Para pengurus masjid ini pun selalu ramah menemui dan berbincang kepada para pengunjungnya.
Bangunan Masjid Al-Aksa dibagi menjadi dua area utama, yaitu area lantai dasar digunakan untuk ruang sholat utama jamaah pria, sedangkan area khusus di lantai mezanin digunakan untuk para jamaah wanita. Seluruh Interior dan Pernah-pernik khas sinagog seperti salib, patung, dan lain sebagainya telah digantikan dengan Interior masjid seperti Lukisan, Kaligrafi, dan lain sebagainya.
Bagian atap masjid pun di desain sedemikian rupa mirip lengkungan-lengkungan dengan warna biru laut, dihiasi beberapa kaligrafi diatas dan dibawahnya. kemudian sebagai sumber penerangan utama, masjid ini memiliki 1 lampu gantung utama dibagian tengah, dan beberapa lampu gantung kecil di sekelilingnya.
Sedangkan untuk bagian Mihrabnya dirancang unik dengan dipenuhi orneman warna biru yang bersebelahan dengan dua mimbar. Mimbar utama dibangun dengan cukup tinggi yang berbahan baku kayu berukir dikhususkan untuk kutbah dari khatib, sedangkan untuk mimbar yang lebih kecil digunakan untuk muadzin dalam mengumandangkan adzan serta iqomah.
Jika kita bisa mengunjungi masjid ini, kita pasti akan tercengang dengan perbedaan eksterior yang mirip gereja, dengan interior masjid yang sangat khas dengan dunia islam di wilayah timur tengah khususnya di Negara Turki.