Masjid Langgar Agung atau lebih dikenal dengan nama Langgar Agung yaitu sebuah bangunan umat muslim di wilayah Keraton Kasepuhan Cirebon. Lebih tepatnya disebut dengan bangunan mushola dan merupakan mushola yang sudah sangat tua namun masih ada dan difungsikan hingga saat ini. Langgar sendiri sama halnya dengan bangunan musholla atau surau yang terdapat di berbagai wilayah kawasan umat muslim. Meskipun bangunan langgar ini sudah sangat lama, namun salah satu tradisi yang masih dipertahankan dan dilakukan oleh masyarakat sekitar adalah perhelatan Panjang Jimat. Tradisi ini sangat unik dan selalu disaksikan oleh beberapa warga sekitar. Tradisi tersebut dilakukan oleh Keraton Kasepuhan dan saat acara puncaknya, tradisi ini digelar di Langgar Agung.
Lokasi langgar Agung tepatnya berada di Kampung Mandalangan, Kelurahan Kasepuhan Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon Jawa Barat. Pengunjung dapat melalui arah gerbang paling depan yang menghadap ke alun-alun Keraton Kasepuhan. Tempat langgar Agung sendiri berada diantara gerbang pertama dan kedua pada halaman kedua. Kedua gerbang tersebut berbentuk paduraksa dan beratap genteng namun terdapat sedikit perbedaan di setiap atapnya yang memiliki ornament dan warna yang berbeda.
Pada bagian gerbang kedua atau disebut juga dengan nama Regol Pangada, memiliki ukuran 5×6.5 meter. Gerbang tersebut dibangun berbahan kayu beserta daun pintunya juga. Pembangunan mushola ini tidak lepas dari sejarahnya juga. Pada awalnya Keraton Kasepuahn Cirebon dibangun oleh putra dari Prabu Siliwangi II yang bernama Pangeran Cakrabuana. Namun keraton tersebut awalnya bernama Keraton Pakungwati atau juga Dalem Agung Pakungwati. Beliau membangun keraton tersebut pada tahun 1452. Pemilihan nama keraton itu juga merupakan sebuah nisbat yang ditunjukan kepada putri beliau yang bernama Putri Pakungwati. Keraton Pakungwati juga merupakan sebuah pusat pemerintahan Cirebon yang pada saat itu masih berada di bawah wilayah Kerajaan Padjajaran.
Lalu pada suatu saat Putri Pakungwati menikah dengan Syarif Hidayatullah yang merupakan keponakan dari Pangeran Cakrabuana sendiri. Syarif Hidayatullah akhirnya menjadi seorang Sultan pertama di kesultanan Cirebon. Kemudian pada tahun 1479 keraton tersebut diperluas dan di perbaiki tetapi saat ini bangunan asli dari keraton Pakungwati sudah tidak ada. Sekarang lokasinya ditandai dengan tiga bangunan petilasan yaitu petilasan dari Sunan Gunung Jati, petilan Pangeran Cakrabuana dan petilasan dari Walisongo.semua petilasan tersebut di kelilingi oleh pagar tembok serta bata merah dengan gerbang yang berukir dari kayu.
Hingga sekarang setiap perayaan maulid Nabi Muhammad SAW, selalu dirayakan di Langgar Agung Keraton Kasepuhan. Tradisi ini juga disebut dengan nama tradisi Panjang Jimat. Tradisi ini dilakukan oleh ketiga keraton yang berada di Keraton Cirebon. Proses tradisi ini diawali dengan pembersihan berbagai benda pusaka keraton yang akan digunakan untuk prosesi maulid Nabi. Lalu di acara puncak tradisi tersebut berupa iring-iringan berbagai benda pusaka dari Keraton Kasepuhan hingga ke Langgar Agung. Sebenarnya proses tradisi ini merupakan berbagai serengkaian ritual yang panjang. Pada malam tersebut sangat banyak disaksikan dan warga pun ikut serta dalam tradisi Panjang Jimat.
Dilihat dari bangunannya, langgar Agung memiliki dengah huruf âTâ terbalik dikarenakan bagian teras depan lebih besar dari bangunan utama. Dibagian dalam masjid terdapat sebuah mimbar yang terbuat dari kayu. Bagian atapnya merupakan atap tumpang dua dengan disangga sebagai tiang utama. Meskipun terlihat tidak terlalu ramai, namun mushola ini akan sangat padat ketika bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Besar.