Masjid Al-Osmani merupakan masjid tertua di Kota Medan dan terletak di Jln. Yos Sudarso, Pekan Labuhan, Medan Labuhan, Kota Medan, provinsi Sumatera Utara, Tepatnya sekitar 20 Km kesebelah utara Kota medan. Masjid Al-Osmani menjadi masjid dengna penuh sejarah karena dibangun pada abad ke-19 Masehi. Masjid ini dibangun dengan balutan warna kuning dan sering disebut dengan “Masjid Labuan”, mengingat lokasi masjid tersebut memang bertempat di daerah Pekan Labuan, Kecamatan Medan Labuan.
Masjid ini memang sengaja didominasi dengan warna kuning, yaitu warna yang dijadikan sebagai simbol kejayaan kesultanan melayu pada masa itu. Masjid ini menjadi masjid tertua di kota medan karena memang dibangun lebih dulu dari Masjid Raya Al-Mahsun yang sudah kita bahas sebelumnya.
Masjid Al-Osmani dibangun pertama kali oleh Sultan Osman Perkasa Alam (Sultan Deli Ke-7) pada tahun 1854 Masehi. Putra beliau yang kemudian menyelesaikan pembangunan masjid ini karena pada saat pembangunan masjid belum rampung, Sultan Osman Perkasa Alam sudah meninggal.
Sejarah Pembangunan Masjid Al-Osmani
Tepatnya pada tahun 1854, Sultan Deli ketujuh, Sultan Osman Perkasa Alam, mulai mendirikan sebuah masjid yang berada tepat didepan Istana Kesultanan Deli di Labuhan. Pembangunan Masjid Al-Osmani memang sengaja dilakukan agar kesultanan Deli memiliki sebuah masjid khusus untuk keluarga kesultanan. Dibangun dengan bahan-bahan kayu ang berkualitas, kemudian pada tahun 1870 mulai dibangun secara permanen oleh putra beliau, Sultan Mahmud Perkasa Alam (Sultan Deli kedelapan).
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Perkasa Alam, masyarakat di sekitar kesultanan tersebut memiliki penghidupan yang sangat layak dan merasakan kemakmuran penuh. Maka tidak heran jika pada masanya, pembangunan masjid ini bisa maksimal, dengan kemegahan yang tiada tara meskipun dibangun pada abad ke-19.
Memang dalam sejarah tidak pernah disebutkan apakah Kesultanan Deli sudah memiliki tempat ibadah sendiri sebelum Masjid Al-Osmani dibangun. Jadi kita boleh berspekulasi bahwa sebelumnya memang sudah ada tempat untuk ibadah, namun belum resmi berbentuk masjid.
Masjid Al-Osmani yang dulunya dijadikan Masjid Kesultanan memang dibangun sangat dekat dengan Istana Kesultanan Deli sendiri, namun setelah lebih dari 150 tahun berlalu, bangunan Istana pun sudah tidak dapat kita temui lagi karena memang sudah luluh lantak dengan tanah akibat peperangan dengan para penjajah VOC. Pada saat pertama kali dibangun, ukuran Masjid Al-Osmani hanya sekitar 16 x 16 meter saja, dengan material utama berupa kayu pilihan.
Tepatnya pada tahun 1870, putra dari pendiri Masjid Al-Osmani, Sultan Deli kedepalan, Mahmud Al-Rasyid kemudian melakukan pembangunan besar-besaran terhadap seluruh bangunan masjid tersebut dengan menyerahkan segi seni tata bangunannya kepada arsitektur asal Jerman, GD Langereis. Selain dirubah menjadi bangunan yang permanen, beberapa material bangunannya diimpor langsung dari negara Eropa dan Persia. Ukurannya pun juga diperluas menjadi 26 x 26 meter, dengan rancangan yang sangat unik bergaya India dengan kubah berlapiskan tembaga dan kuningan berbentuk segi delapan. Kubah yang terbuat dari tembaga dan kuningan tersebut beratnya mencapai 2,5 ton. Lalu pada bagian ornamennya juga ditambahkan beberapa seni kaligrafi yang sangat indah, tidak kalah dengan Masjid Raya Al-Mahsun yang dibangun setelah masjid ini.
Beberapa kali pemugaran juga terus terjadi yaitu pada tahun 1927 pemugaran dilakukan oleh Deli Maatchaapij, salah satu perusahaan kongsi Kesultanan Deli dan Belanda. Lalu dilakukan pemugaran lagi pada tahun 1964 oleh T Burhanuddin, Dirut PT Tembakau Deli II. Dilanjutkan pada tahun 1977 oleh Walikota Medan, HM Shaleh Arifin. Dan yang terakhir dilakukan adalah pada tahun 1992, oleh Walikota Medan, Bachtiar Djafar.