Republik Buka Faso merupakan saalah satu Negara Bagian Afrika yang pasti tidak sering kita dengar, karena negara tersebut memang sangat jauh dari NKRI kita. Disalah satu kota terbesar di Republik Buka Faso, Bobo Dioulasso, terdapat sebuah masjid tua yang sangat unik, yatu dibangun dengan menggunakan bahan baku lumpur saja.
Jika kita menilik kepada situs Wiikipedia, bisa ditemukan data bahwa daerah Burkina Faso tempat masjid ini berdiri mayoritas penduduknya beragama Islam. Pada 2006 lalu, sekitar lebih dari 60% penduduknya merupakan umat muslim. Beberapa agama lain yang ada di Burkina Faso adalah Kristen, Protestan, dan ada juga beberapa agama tradisional Afrika yang masih kental disana.
Masjid Agung Bobo Diolasso atau juga dikenal dengan “Masjid Tua Bobo Dioulasso” atau juga biasa disebut dengan “Grande Mosquee de Dioulassoba” adalah masjid dengan ciri khas arsitektur unik Banco Sudaness. Masjid ini sudah ada sejak abad ke-19, dan dibangun dengan bahan baku lumpur sebagai dinding, dan balok kayu sebagai penguatnya. Bahkan bangunan yang terlihat tidak kokoh sama sekali tersebut sampai kini masih bertahan dengan bentuk aslinya, tanpa ada pemugaran apapun.
Masjid ini dibangun pada masa-mas konflik yang terjadi antara Sya dan Kanedougou. Raja Sya yang tidak mampu untuk mengalahkan kaum muslimin kemudian memilih jalan damai melalui perundingan yang dilakukannya. Akhirnya sebagai imbalan perdamaian Raja Sya kemudian membangun sebah masjid dari tanah lumpur dan balok kayu pada tahun 1880. Namun, ada versi lain yang menyebutkan bahwa bangunan Masjid Agung Bobo Dioulasso dibangun pada tahun 1893. Apalagi, ada cerita lain yang menyebutkan bahwa masjid ini dibangun dengan azas gotong royong antar umat beragama, artinya berbagai macam etnis dari agama lainnya juga turut ikut serta didalam pembangunan masjid ini.
Bangunan masjid ini memang tergolong sangat unik, yaitu dibangun dibangun ditengah-tengah gurun, dengan berbahan baku lumpur dengan balok kayu sebagai penopangnya. Jika dihitung dari tahun 1893, maka masjid ini sudah berumur lebih dari 120 tahun, namun masih berdiri kokoh. Karena keunikan bangunannya tersebut, tidak jarang masjid ini juga menjadi salah satu destinasi favorit bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Afrika Barat.
Pembangunan masjid ini dibangun dengan gaya khas Sahel, dilengkapi dengan dua menara yang masing-masing terletak di sisi mihrab dan pintu masuk utama. Bangunan-bangunan masjid di afrika memang sangat umum memakai lumpur sebagai bahan bakunya, apalagi masjid-masjid yang sudah tergolong sangat tua. Adanya batang kayu diseluruh bagian masjid bukan hanya sebagai penopang lumpur saja, namun juga berfungsi sebagai pijakan / tangga bagi pekerja yang memperbaiki bagian masjid yang rusak akibat terkena gerusan hujan. Karena tersebut dari lumpur, jika hujan deras datang, masjid ini pun akan mengalami kerusakan.
Pembangunan masjid ini memang sangat mengagumkan, apalagi bagi para turis dan wisatawan mancanegara yang belum pernah mengetahui bangunan yang terbuat dari lumpur bisa bertahan hingga ratusan tahun lamanya. Apalagi, pemandangan khas yang diberikan pada saat matahari tenggelam pasti memikat hati para wisatawan, karena paduan warna keemasan yang dihasilkan dari pantulan sinar matahari yang mengenai permukaan dinding masjid memang terlihat sangat indah. Banyak wisatawan yang memang dengan sengaja datang ke masjid ini hanya untuk melihat keunikan bangunannya. Karena jika dilogika, bangunan berbahan baku lumpur dan balok kayu seharusnya tidak akan dapat mengalahkan bangunan beton dalam daya tahannya. Namun kenyataannya masjid Agung Bobo Dioulasso sampai saat ini masih berdiri kokoh.