Masjid Cut Meutia terletak di Jln. Cut Meutia No. 1, Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta. Jika kita melihat sekilas Masjid Cut Meutia, memang kita tidak akan mengenalinya sebagai bangunan masjid, karena memang pada awalnya bangunannya bukanlah sebuah masjid. Menurut sejarah, bangunan ini pada awalnya adalah Gedung Arsitek dan Kantor Jendral VOC Batavia yang pada saat itu sedang membangun kawasan elit khusus untuk pada bangsawan Belanda.
Setelah Indonesia Merdeka, bangunan gedung yang bernama “Bouwploeg” warisan kolonial belanda tersebut kemudian dialihfungsikan menjadi masjid oleh Pemerintah Kota DKI Jakarta, tanpa merubah bentuk aslinya.
Sejarah Masjid Cut Meutia
Bangunan Masjid Cut Meutia ini pada awalnya merupakan gedung kantor arsitek De Bouwploeg, yang didirikan oleh pemerintah Belanda di Batavia pada tahun 1879. Biro arsitek tersebut bertugas untuk melayani permintaan warga belanda kelas menengah atas yang ingin memiliki rumah mewah dikawasan menteng dan gondangdia.
Sebelum dialihfungsikan sebagai bangunan masjid, ternyata bangunan ini sebelumnya pernah digunakan sebagai kantor pos, kantor jawatan kereta api, serta pernah digunakan juga sebagai kantor Kompetai Jepang. Lalu, pada saat Indonesia sudah merdekat, bangunan tersebut juga pernah dijadikan kantor Walikota Jakarta Pusat, lalu dialihfungsikan lagi sebagai kantor PDAM, hingga menjadi kantor Urusan Agama pada than 1964.
Lalu, pada tahun 1987, barulah secara resmi bangunan ini difungsikan sebagai bangunan Masjid yang dikelola oleh Yayasan Masjid Al-Jihad, dan diresmikan oleh Woyogo Atmodaminto, Gubernur DKI Jakarta yang menjabat pada masa itu.
Renovasi dan Perbaikan Masjid Cut Meutia
Bangunan Masjid Cut Meutia sejak tahun 1961 sudah berada dibawah pengurusan Dinas Museum dan Sejarah dan menjadi gedung yang dilindungi sebagai cagar budaya. Fungsinya dapat dirubah, namun bentuk bangunan aslinya tidak boleh dirubah, hanya boleh dironasi tanpa mengubah bangunan utamanya.
Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1984, yaitu renovasi besar-besaran untuk memberikan kesan luas pada ruangan utamanya. Sebagian anak tangga di pindah keluar, lalu arah kiblat dimiringkan sekitar 15 derajat ke kanan. Mihrab yang menjorok keluar, beserta mimbar juga turut ditambahkan didalam bangunan masjid. Bagian atap yang semula berbahan sirap diganti dengan genting berglazur, pada bagian lantainya pun dipasangi marmer.
Pada awalnya, Masjid Cut Meutia tidak memilihi lahan parkir maupun halaman. Kemudian atas usaha Edi Marzuki Nala Praya, Wakil Gubernur DKI Jakarta yang menjabat pada saat itu, taman yang semula milik Dinas Pertamanan dibagi dua, dan sebagian diberikan untuk halaman dan tempat parkir Masjid Cut Meutia.
Keunikan Masjid Cut Meutia
Karena letaknya dikawasan Elit, tidak heran jika banyak para pejabat negara yang menjadi jamaah masjid tersebut. bahkan Pak Boediono, Mantan Wakil Presiden RI juga turut secara rutin berjamaah sholat jum’at di masjid ini. Para Duta Besar dari beberapa negara tetangga serta para panglima TNI pun juga ikut beribadah di Masjid ini.
Penyesuaian yang dilakukan kepada gedung Bouwploeg ini terletak pada hampir keseluruhan ornamen bangunannya seperti Pintu, jendela, Lantai Atap dan lain sebagainya. Lalu dibangun pula tempat berwudhu, aula, pos keamanan bahkan koperasi.
Keunikan yang ada dimasjid ini sangat banyak, misalnya saja mihrab yang diletakkan disisi kiri, dan saf sholat berbaris tidak seperti pada lazimnya, yaitu terletak dengan posisi miring terhadap bangunan masjid.
Hiasan berupa beberapa kaligrafi yang ada dimasjid ini pun didatangkan langsung dari negara Brunei Darussalam dan dibuat sendiri oleh tangan pelukis M. Yusuf. Beliau juga merupakan seorang pelukis kaligrafi di Istana Nurul Iman, Kesultanan Brunei Darussalam.