Di Sri Lanka terdapat sebuah bangunan masjid yang terkenal. Masjid tersebut bernama Masjid Melayu Java Lane atau dikenal juga dengan nama Masjidul Jamiah. Terkadang masyarakat sekitar menyebutnya dengan Java Lane Millitary Mosque. Masjid ini berada di ruas jalan Java Lane No. 1 Slave Island yang merupakan jantung dari kota Kolombo. Nama Java sendiri terdengar tidak asing karena disana memang terdapat etnis dari Jawa dan keturununannya banyak yang bermukim disana. Namun hal tersbeut hanya ada pada masa penjajahan dahulu.
Masjid Java Lane sendiri merupakan sebuah masjid milik muslim Melayu yang berada di Sri Lanka. Perlu diketahui pada dalunya di kota Kolombo terdapat muslim melayu yang merupakan keturunan dari melayu Indonesia dan Melayu Malaysia. Bahkan para leluhur mereka merupakan seorang Raja, Sultan, Hulu Balang hingga ulama serta berbagai tokoh masyarakat yang sangat menentang penjajahan disana. Sri Lanka juga pernah dijajah oleh Belanda dan tak sedikit dari mereka yang ditangkap oleh Belanda lalu dibuang ke Sri Lanka menjadi tahanan politik.
Tak hanya muslim melayu saja yang kini menjadi bagian dari integral dari etnis muslim disana, tetapi disana juga terdapat muslim moor atau Arab dan muslim india. Pemerintah disana sangat bijak karena tidak pernah membedakan dari berbagai etnis muslim melainkan mereka menggolongkan keseluruhan etnis disana menjadi sebuah etnis muslim. Bahkan sebanyak 92% dari etnis Arab yang merupakan etnis terbesar disana disusul dengan muslim Melayu yang sebanyak 5% tersebar di Sri Lanka. Hingga kini budaya melayu masih dapat ditemukan di Sri Lanka dan mereka juga tak jarang menggunaka bahasa melayu dalam kehidupan sehari-harinya.
Pembanguna masjid Melayu Java Lane dimulai pada tahun 1864. Berdiri di atas lahan seluas 75 x 25 meter menjadikanmasjid ini selalu penuh di padati oleh para jamaah terutamapada hari Jum’at untuk melakasankaan shalat jum’at. Masjid Melayu Java Lane sendiri memiliki luas 89 meter persegi dan ketika membangunnya, masjid ini dalkukan oleh Anggota ResimenMelayu yang disebut dengan Orang Rejimen. Kemudian dengan seiring waktu, masjid tersebut dikembangkan oleh Abdul Hameed Bahar, Baba Ounus Saldin, Ahmat Bahar dan masih banyak lagi berbagai orang yang ikut serta dalam pengembangan masjid tersebut. Bahkan mereka b iasanya melakukan sebuah pertemuan disana untuk membahas pengenmbangan masjid termasuk tentang dana serta biaya masjid tersebut. Lalu masjid tersbut juga dikenal dengan nama ‘Pensioners Mosque’ atau artinya masjid para pensiunan.
Akhirnya masjid tersebut selesai dan kini fungsinya sebagai shalat Jum’at. Jika dibandingkan dengan Indonesia,masjid terebut menjadi sebuah bangunan masjid Agung. Hingga kini masjid tersebut dikenal dengan nama Masjidul Jamiah. Dilihat dari segi bangunannya, masjid ini bukan seperti bangunan masjid yang sangat besar dan megah. Melainkan sebuah bangunan yang sederhana dan cukup menampung para jamaah melaksankan ibadah shalat. Meskipun terkesan sederhana, namunmasjid Java Lane sendiri terlihat elegan dengan sentuhan dari era Kolonial. Meskipun telah dibangun sejak lama, terdapat sebuah bagian asli masjid yang tidak dirubah yaitu pada fasad masjid. Karena pada tahun 1921 masjid Java Lane telah mengalami perbaikan.
Masjid Java Lane sendiri memiliki kubah dengan lantainya berjumlah dua. Tetapi awal dibangun,masjid ini hanya memiliki satu lantai dan dapt menampung jamaah sebanyak 100 jamaah. Pada bagian dalam masjid maka dapat ditemukan sebuah mimbar danmihrab masjid yang sudah ada sejak awal pembangunannya dihias dengan kaligrafi Al-Qur’an di sisi atas mihrab tersebut. Hingga kini masjid Java Lane menjadi sebuah bangunan yang selalu di penuhi oleh para muslim di Sri Lanka.