Masjid satu ini menjadi salah satu tujuan wisata religius baru yang dimiliki oleh Provinsi Jawa Tengah. Dimana bangunan masjidnya dibuat dengan arsitektur yang cukup unik, perpaduan dari seni budaya Jawa dan Eropa. Bentuknya pun tidak kalah modern dengan masjid-masjid lainnya, serta kawasannya dibuat senyaman dan seasri mungkin.
Masjid Agung Jawa tengah memang sengaja dibentuk dengan fitur-fitur yang sangat modern, khas abad ke-21 saat ini. Bentuk atapnya dibuat mirip dengan Masjid Raya Al-Bantani, Banten, dan juga Masjid Akbar Kawasan Bekas Bandara Kemayoran Jakarta Pusat. Perpaduan atap yang unik seperti Masjid Agung Jawa Tengah juga bisa kita temui di Masjid Muammar Qaddafi, Bogor, Jawa Barat.
Masjid ini dijadikan sebagai Masjid Agung Provinsi Jawa Tengah, karena memang bangunannya sangat luas dan terletak di Kota Semarang. Berdirinya masjid ini juga tidak bisa lepas dari Masjid Besar Kauman Semarang karena tanah tempat berdirinya sebelumnya merupakan tanah wakaf milik Masjid Besar Kauman tersebut. Sebelumnya, bidang tanah milik Masjid Kauman tidak jelas dimana tempatnya, dan akhirnya berkat perjuangan keras dari pengurus masjid dan komunitas masyarakat disana, ditemukanlah tanah yang berada di Jln. Gajah Raya, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah, yang menjadi tempat berdiri Masjid Agung Jawa Tengah saat ini.
Sejarah Masjid Agung Jawa Tengah
Sebelumnya, Banda Wakaf milik Masjid Kauman Semarang memang tidak jelas keberadaannya, karena pada saat itu, beberapa lahan sudah menjadi sungai, rumah hunian, atau bahkan ada yang menjadi pemakaman. Namun, berkat kerja keras para pengurus masjid yang terkumpul dalam sebuah Organisasi Masjid, akhirnya pada tanggal 08 Juli 2000 didapatkan sertifikat tanah dengan luas 69 Hektar. Perjuangan selama 20 tahun dari tahun 1980 hingga 2000 tersebut akhirnya berbuah manis
Akhirnya pada tanggal 06 Juni 2001, Gubernur Jawa Tengah membentuk satu Tim Pembangunan untuk Masjid Agung Jawa Tengah tersebut dengan dinaungi oleh Pemerintah Provinsi, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Departemen Agama (Depag), Departemen Pekerjaan Umum, Beberapa Organisasi Kemasyarakatan Islam, Pemerintah Kota, dan juga beberap Cendekiawan yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah, maupun yang berasal dari daerah luar provinsi.
Tim Koordinasi Pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah tersebut kemudian memulai perancangan rencana pembangunan. Namun, ada beberapa kendala yang ditemui seperti peilihan lahan tapak tanah yang sesuai, karena memang dari arsitektur rancang bangunnya, diperlukan setidaknya 10 Hektar tanah, sedangkan tanah yang dikembalikan kepada Masjid Kauman memang sebesar 69 Hektar, namun terpisah-pisah dibeberapa tempat. Akhirnya, ada 1 areal yang memiliki luas 10 hektar yaitu 800 meter dari Jln. Arteri Soekarno Hatta.
Pembangunan kemudian dimulai pada tanggal 06 September 2002, dengan peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Menteri Agama dan Gubernur Jawa Tengah yang menjabat saat itu. Pemancangan batu pertama tersebut juga dihadiri oleh 7 Duta Besar dari berbagai negara Islam yaitu Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Mesir, Kuwait, Abu Dabi dan juga Palestina. Hal ini dilakukan agar masjid ini segera di kenal oleh khalayak luas.
Akhirnya, pembangunan yang membutuhkan waktu sekitar 5-6 taun tersebut selesai dan diresmikan pada tanggal 14 November, oleh Presiiden yang menjabat saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono. Bangunan yang didirikan seluas 7.669 meter persegi diatas lahan tanah seluas 10 hektar. Keseluruhan total biaya pembangunan masjid ini lumayan besar, yaitu lebih dari Rp. 198 miliar.