Sri Lanka memiliki sebuah bangunan bagi umat muslim untuk melaksanakan ibadah. Bangunan tersebut merupakan yang tertua dan dan juga terbesar di Sri Lanka. Masjid tersebut dikenal dengan nama Masjid Weande Jummah. Berada di kota Kolombo Slave Island, berada di Slave Island karena memang dulunya tempat inimerupakan tempat kaum budak dari Afrika. Mereka adalah budak yang dibawa oleh penjajah Portugis dan Belanda ke Sri Lanka.
Meskipun mayoritas penduduk di Sri Lanka adalah beragama non muslim, yaitu sebanyak 75%, namun sebenarnya disana terdapat kaum muslim yang tinggal dan sangat berpegang teguh dalam keimanannya. Bahkan para muslim tersebut merupakan komunitas Melayu keturunan dari Indonesia yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Mereka sendiri aalah beberapa orang yang menentang kekuasaan Belanda di Indonesia lalu ditangkap sehingga dibuang ke Sri Lanka oleh Belanda. Ta hanya Indonesia saja, Sri Lanka juga menjadi Negara jajahan Belanda pada masa itu.
Atas sebuah kebaikan hati dari seorang bangsawan yang kaya asal Indonesia yang dibuang ke Sri Lanka oleh penjajah Belanda, maka beliau mewakafkan sebuah masjid yang kini merupakan bangunan tersbesar di Kolombo. Beliau adalah seorang Pandaan Bali. Pandaan Bali sendiri merupakan seorang muslim yang merupakan dari bangsawan kaya raya dari Indonesia. Pandaan Bali tiba di Sri Lanka yang telah dibuang oleh Belanda. Namun meskipun diasingkan, ternyata hal tersebut mebuat sebuah keajaiban dimana Pandaan Bali bertemu dengan Sabu Latif yang dibuang oleh Belanda ke Sri Lanka. Sabu Latif tiba di Sri Lanka bersama ayahnya yang bernama Raden Framana Latif pada tahun 1722. Kemudian Sabu Latif menikah dengan seorang putrid dari Kapten Tentara Resimen Melayu.
Kemudian disusul dengan Pandaan Bali menikah. Namun dari pernikahannya, beliau masih belum dikarunia keturunan. Sehingga beliau bernadzar jika memiliki keturunan maka beliau akan membangun sebuah masjid. Akhirnya beliau dikarunia seorang putri yang diberi nama Sriya Umma. Pandaan Bali pun tidak melupakan nadzarnya, lalu beliau mewakafkan sebidang tanah untuk dibangun sebuahmasjid yang juga sekaligus taman pemakaman umum muslim disana yang ternyata merupakan sebuah nadzar beliau.
Pandaan Bali membeli sebuah lahan dari Jeynadien Marikar Sinna Cassien pada tahun 1786. Kemudian beliau mewakafkannya untuk umat muslim pada tanggal 1 Agustus 1786 dan memberikan kepercayaan untuk mengelola dan mengurus masjid tersebut kepada Sabu Latif. Pandaan Bali juga membiayai seluruh proses pembangunan masjid tersebut yang ternyata juga termasuk dari nadzar beliau. Setelah selesai dibangun, Sabu Latif menjadi imam pertama kali yang memimpin masjid Jum’ah Wekande.
Kini masjid Jum’ah Wekande tak hanya digunakan sebagai bangunan tempat beribadah saja, tetapi difungsikan sebagai berbagai aktivitas keagamaan lainnya. Seperti mempelajari tentang bahasa Arab dan mengaji Al-Qur’an karena disana juga terdapat sebuah madrasah yang disebut dengan nama Pandaan Bali. Masjid Jum’ah Wekande sangat terawat karena memiliki perhatain yang sangat lebih dari Din Yunus. Dengan seiringnya waktu, maka jamaah disana semakin banya. Maka dilakukan perluasan serta perbaikan. Kemudian pada bulan Desember 1966 setelah dilakukan renovasi serta perluasan, masjid Jum’ah Wekande telah diresmikan serta dihadiri oleh Perdana Menteri Sri Lanka pada saat itu yang bernama Dudley Senanayake.
Kini bangunan masjid Jum’ah Wekande telah berdiri dengan kokoh disertai sebuah kubah besar tepat berada di pusat atas masjid. Ditambah dengan cat tembok berwarna putih menjadikan masjid ini terlihat lebih luas dan besar serta elegan. Bahkan ketika memasuki masjid ini, keindahan masjid Jum’ah Wekande sangat terasa.