Masjid Agung Lhasa juga disebut-sebut sebagai “Masjid di Atap Dunia”, karena memang terletak di Kota Lhasa, Ibukota Tibet, yang memiliki ketinggian 4.900 meter diatas permukaan laut. Sejarah Islam di Tibet juga sudah dimulai sejak 1.000 tahun yang lalu, dan salah satu bentuk bukti otentik dari masa-masa penyebaran islam tersebut adalah berdirinya Masjid Agung Lhasa yang masih bisa kita kunjungi saat ini, meskipun banguannnya bukan merupakan bangunan asli.
Alamat Masjid Agung Lhasa secara lengkap adalah Wengduixingka Road No.3, Hui Community Southeast of Hebalin, Old Town, Lasha Tibet, China.
Sejarah Masjid Agung Lasha
Masjid Agung Lasha juga biasa dikenal dengan “Masjid Hebalin”, karena terletak di daerah Hebalin, Pusat Kota Lasha. Masjid Agung Lasha dibangun pertama kali pada sekitar tahun 1716 Masehi, pada saat pemerintahan Kaisar Kangxi, Dinasti Qing. Masjid ini juga masih difungsikan sedemikian rupa sebagai tempat peribadatan, serta tempat berkumpulnya anggota komunitas muslim Hui di Tibet.
Pada awalnya, bangunan masjid ini hanya memiliki luas sekitar 200 meter persegi saja, namun akhirnya mengalami perluasan pada tahun 1793 Mashie pada saat banyak tentara muslim yang tinggal di Lhasa. Bangunan masjid ini pun pernah terbakar habis pada tahun 1959, karena memang bangunannya pada saat itu hanya terbuat dari bahan baku kayu saja. Akhirnya, setelah kebakaran tersebut membumi hanguskan keseluruhan bangunannya, maka dilakukan renovasi pembangunan ulang yang menghasilkan bangunan seperti saat ini.
Insiden Na’as juga pernah terjadi pada sekitar tahun 2008 lalu, dimana pendemo anti China melakukan huru-hara demo disertai anarkisme yang berakibat rusaknya beberapa bangunan diwilayah tersebut, termasuk Masjid Agung Lhasa. Kerusakan bangunan Masjid Agung Lhasa terjadi dimana-mana, bahkan area tersebut sempat ditutup oleh pihak kepolisian.
Masyarakat kota Lasha mengenal Masjid Agung Lasha ini sebagai “Masjid Besar” umat muslim Hui, karena memang dibangun oleh umat muslim yang berasal dari etnis Hui, meskipun penggunaan masjid ini tidak hanya dikhusukan bagi etnis ini namun untuk keseluruhan umat muslim yang ada pada kawasan tersebut. Sedangkan yang lebih dikenal dengan “Masjid Kecil” atau “Lhasa Small Mosque” adalah masjid yang berada di Balang Street, Hebalin, Chengbing.
Arsitektural Masjid Agung Lasha
Masjid Agung Lasha memiliki arsitektur bangunan khas Tibet dengan bentuk lengkungan sirkular dan ditambahkan dua menara kecil yang menyatu dengan atap sidi depan masjid. Dekorasinya pun sesuai dengan budaya Tibet yang mahir dalam ukiran kayu. Ukiran-ukiran dan lukisan bunga dan tumbuh-tumbuhan turut menghiasi bangunan utama masjid ini.
Meskipun cuup sederhana, namun bentuk bangunan, arsitektur dan keseluruhan ornamennya sangat mencolok dibandingkan bangunan lain disekitarnya.
Bangunan utama Masjid Agung Lhasa memiliki 3 pintu masuk, dan 1 pintu gerbang besar. Keseluruhan bagian pintu dan gerbang tersebut diadopsi dari Tibet, mirip gerbang dan pintu khas bangunan Vihara Umat Budha. Bagian pintu dan gerbangnya di dominasi oleh ukiran-ukiran flora yang dipoles dengan warna merah dan hitam.
Bangunan Masjid Agung Lhasa berdiri diatas tanah seluar 2.600 meter persegi, dengan luas banguann utamanya 1.300 meter persegi. Bangunannya terdiri dari ruang sholat utama, menara penampung air, toilet, tempat wudhu, dan keseluruhan fasilitas yang dibutuhkan oleh jamaah pada umumnya. Ruang utama untuk sholat pada masjid ini memiliki luas 285 meter persegi.
Interior bangunan masjid ini terbilang sangat sederhana, lalu lantai masjid terbuat dari bahan baku kayu dibalut dengan permadani khas Tibet. Hal yang unik juga terlihat didalam masjid, dimana setiap saff sholat / setiap tempat sholat individu disediakan 1 tasbih untuk berdzikir, jadi bisa dibayangkan berapa banyak tasbih yang disediakan oleh masjid ini.