Bosnia & Herzegovina merupakan sebuah negara muslim Eropa bekas dari jajahan Negara Federasi Yugoslavia dengan Rezim Komunisme. Sebelum Yugoslavia runtuh pada sekitar tahun 199-an, aktivitas kaum muslimin di negara tersebut nyaris tidak terdengar, karena memang terdapat pelarangan keras kepada umat beragama di Bonsia & Herzegovina yang dinyatakan oleh Pemerintah Rezim Komunisme Yugoslavia pada saat itu. akhirnya pada tahun 1995, terjadi insiden pembantaian etnis Muslim oleh Etnis Serbia yang kemudian menyadarkan dunia Internasional bahwa di Bosnia & Herzegovina terdapat kaum muslim yang tinggal disana.
Paska perang selesai, dan Yugoslavia runtuh, negera ini mendapatkan kemerdekaannya kemudian mulai berbenah diri. Indonesia juga turut serta dalam pembangunan negara tersebut dengan mendirikan sebuah masjid yang bernaa “Masjid Istiklal” di Kota Sarajevo, Ibukota Bosnia & Herzegovina. Pembangunan masjid tersebut didanai oleh para dermawan muslim Indonesia, berbagai rakyat serta pejabat pemerintah Indonesia. Karena pada saat itu, Indonesia memang ingin menjalin hubungan baik dengan muslim di Bosnia & Herzegovina yang baru saja mengalami masa-masa kelam.
Penamaan masjid ini memang tertuju kepada indonesia, seperti Masjid Istiklal yang berada di Jakarta. Bahkan kadang masyarakat setempat menyebutnya sebagai Masjid Indonesia atau Masjid Soeharto.
Sejarah Pembangunan Masjid Istiklal Indonesia di Bosniz & Herzegovina
Masjid Istiklal diresmikan pertama kali oleh Presiden Megawati Soekarno Putri pada tahun 2001. Pada situs resmi Bosnis & Herzegovina dzamije.info, menyebutkan bahwa masjid Istiklal merupakan sebuah hadiah yang diberikan oleh Pemerintah dan Bangsa Indonesia untuk para muslim di Bosnia & Herzegovina.
Rencana pembangunan masjid ini sebenarnya sudah sangat lama, yaitu dari kunjungan presiden Soeharto ke Sarajevo, Bosnia & Herzegovina pada tahun 1995. Barulah masjid ini sleesai dibangun dan diresmikan pada tahun 2001 oleh Presiden Megawati Soekarno Putri.
Kemungkinan besar hanya Pak Harto lah presiden yang berkunjung ke Bosnia & Herzegovina paska perang terjadi. Hal ini disebutkan oleh sejarawan disana bahwa perjalanan kunjungan pada tanggal 13 Maret 1995 penuh dngan resiko. Bahkan dua hari sebelumnya, yaitu pada tanggal 11 Maret 1995, sebuah pesawat dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah ditembak jauh di Bosnia. Panglima pasukan PBB yang berada di Bosnia pada saat itu bahkan lepas tangan jika Presiden Soeharto tetap memaksakan diri untuk berkunjung ke Bosnia yang sedang dalam perang etnis.
Bahkan sebelum berangkat, seluruh rombongan Pak Harto diharuskan menandatangani “kontrak mati” sebelum penerbangan ke Sarajevo. Hal ini dimaksudkan karena resiko yang besar bisa dialami oleh rombongan tersebut dan bisa berakibat kematian. Namun ternyata kunjungan yang dilakukan Presiden Soeharto lancar dan selamat kembali ke tanah air. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan menegangkan bersejarah yang hanya berani dilakukan oleh Presiden RI Soeharto.
Arsitektural Masjid Istiklal Indonesia di Bosnia & Herzegovina
Masjid Istiklal yang berada di Bosnia & Herzegovina ini dirancang oleh arsitektur ternama di Indonesia, Fauzan Noe’man yang juga merancang beberapa masjid besar di tanah air seperti Masjid Raya Batam dan Masjid Baiturrahim, Komplek Istana Merdeka.
Arsitektur masjid ini sangat unik di kalangan Eropa, terutama terletak di kayu-kayu bangunan yang dihiasi dengan berbagai macam ukiran khas Indonesia. Beberapa Interior lain pun juga menjadi daya tarik tersendiri seperti Lampu Robyong dan lain-lain.
Pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2001 dan menghabiskan dana sekitar $2,7 juta. Berdiri diatas tanah seluas 2.800 meter persegi, dengan ukuran bangunan utamanya sekitar 28 x 30 meter. Didirikan sebuah kubah berdiameter dan tinggi 27 meter, dua menara kembar setinggi 48 meter juga ikut dibangun sebagai simbol persahabatan Indonesia dengan Bosnia & Herzegovina.