Masjid Komunitas Muslim Indonesia atau biasa dikenal dengan nama resmi “Masjid Al-Hikmah” berlokasi di Heeswijkpein, Moerwijk, Kota Den Haag, Balanda. Pendirian Masjid Al-Hikmah ini menambah deretan jumlah masjid di Belanda. Pada tahun 1990 saja, Jumlah masjid di Belanda sudah mencapai hingga 300 masjid di seluruh Belanda.
Masjid Al-Hikmah ini bukanlah masjid yang didirikan pertama kali oleh Muslim Indonesia di Negeri Kincir Angin tersebut, karena sebelumnya sudah berdiri Musholla Al-Ittihad di Daguerrestr No. 2, Den Haag, dan juga Masjid Maluku An-Nur di Balk.
Masjid Al-Hikmah di Den Haag saat ini dikembangkan dan dikelola secara apik oleh Persatuan Pemuda Muslim se-Eropa (PPME), dan selalu berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda. Masjid Al-Hikmah ini tidak hanya didatangi dan dipergunakan sebagai pusat peribadatan umat muslim Indonesia saja, namun juga turut diramaikan oleh kaum muslimin dari berbagai warga negara dari Turki, Maroko, bahkan beberapa Muslim asli Belanda.
Masjid Al-Hikmah berlantai dua ini berada di seberang jalur trem 16 menuju Wateringen. Tepatnya di Heeswijkplein 170-171 btw Medlerstraat & Heeswijkplein, Den Haag, Belanda.
Sejarah Masjid Al-Hikmah – Den Haag, Belanda
Masjid Al-Hikmah ini mengambil tempat Bekas Gereja Immanuel, Wakaf dari H. Probosutedjo. Jika dilihat dari luar, bangunan masjid ini tidka mirip sama sekali dengan masjid pada umumnya. Bahkan lebih mirip dengan hunian rumah pada umumnya, yang berdenah persegi panjang berlantai dua, tanpa kubah tanpa menara.
Dari luar memang tidak terlihat sama sekali sebagai sebuah bangunan masjid, namun jika masuk kedalam suasana masjid akan terlihat kental. Ada berbagai macam ornamen masjid pada umumnya, seperti Mihrab, dan Bentangan Sajadang panjang.
Tepatnya pada tahun 1995, Umat muslim Indonesia di Den Haag, Belanda berusaha keras mengumpulkan dana untuk mendirikan sebuah masjid. Keinginan tersebut muncul setelah Musholla Al-Ittihat tidak dapat menampung jamaah yang membludak.
Kemudian, Bapak H. Probosutedjo, salah satu pengusaha Indonesia membeli bangunan gereja tersebut dengan harga sekitar 1.3 juta Golden, kemudian mewakafkannya atas nama RS Haris Sutjipto, yang merupakan kakak beliau yang wafat di Leiden 1995.
Bangunan Gereja tersebut kemudian diserahkan kepada PPME pada tanggal 1 Juli 1996. Kemudian renovasi untuk membuat suasana didalam ruangan tampak seperti masjid dilakukan bersama-sama oleh komunitas PPME. Pada awalnya, nama yang diberikan pada masjid ini adalah “Al-Ikhlas” namun oleh pewakaf kemudian diberi nama “Al-Hikmah”.
Pemilihan bangunan bekas gereja untuk masjid ini adalah karena terdapat permasalahan sulitnya membangun sebuah bangunan baru di Belanda, apalagi sebuah bangunan tempat peribadatan. Sementara itu, pada saat itu banyak sekali gereja yang ditinggalkan dan tidak difungsikan lagi, kemudian dijual untuk umum.
Apalagi, menurut salah seorang pendiri PPME, Ahmad Nafan Sulchan, masyarakat sekitar gereja tersebut (meskipun beragama non-muslim) lebih setuju jika bangunan bekas gereja mereka dialihfungsikan sebagai Masjid (tempat peribadatan umat muslim) daripada digunakan untuk kepentingan lainnya, yang biasanya difungsikan sebagai tempat bersenang-senang saja, seperti diskotik, dan lainnya.
Bangunan Gereja Immanuel yang sudah dibeli kemudian direnovasi sedikit untuk dialihfungsikan sebagai Masjid. Lantai bagian bawah digunakan sebagai tempat kegiatan islami, seperti pengajian dan kegiatan Remaja Islam lainnya, sedangkan lantai atas digunakan sebagai lantai untuk sholat. Bangunan masjid ini diperkirakan dapat menampung hingga 5.000 orang, di kedua lantai tersebut.
Masjid Al-Hikmah Den Haag menjadi berkah tersendiri untuk umat muslim Indonesia ddi Den Haag, menyusul saat ini diberlakukannya aturan bahwa dilarang menjual gereja tak terpakai dan dirubah menajdi masjid. Aturan tersebut mengatakan bahwa gereja yang sudah tidak terpakai lagi harus dialihfungsikan sebagai perkantoran maupun hunian tempat tinggal, bukan untuk tempat peribadatan umat muslim. apalagi, jika bangunan semacam Gereja Immanuel yang dibeli oleh Pak Probo tersebut saat ini pastinya harganya sudah melambung tinggi.
Proses Renovasi Gereja ke Masjid
Mengingat bangunan awalnya merupakan sebuah gereja, yang pastinya dilengkapi dengan mimbar gereja dan juga beberapa kursi yang terbuat dari kayu, serta lantai yang dulunya tidak rata, dibuat miring untuk para jamaah, mirip sebuah gedung teater. Akhirnya renovasi pun dilakukan, dengan meratakan lantai pertama, dan membuat suasana lantai kedua sebagai tempat sholat utama menjadi suasana di dalam masjid pada umumnya.
Lantai dua menjadi pusat kegiatan beribadah mulai dari sholat fardhu, jum’at, tarawih, sekaligus 2 hari raya yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Beberapa pemanas ruangan turut diletakkan lantai bawah, agar lantai atas tetap terasa hangat pada musim dingin.
Perarturan di negara kincir angin tersebut sangatlah ketat, jangankan untuk mendirikan sebuah bangunan baru dan Masjid, untuk membuat instrumen lukisan kubah disetiap jendela gereja yang dialihfungsikan sebagai masjid tersebut, pihak ta’mir masjid diharuskan untuk meminta izin kepada Gementee (Pemerintah Kota) setempat. Jadi dengan jelas bahwa untuk pendirian bangunan masjid yang baru, hampir tidak mungkin bisa dilakukan di Belanda.
Bahkan saking ketatnya peraturan di Belanda, pengeras suara di bagian luar masjid tidak diperkenankan dipasang. Pengeras suara hanya dipasang didalam ruangan saja, dan tidak boleh terlalu keras sampai terdengan di luar ruangan.
Pada tahun 2009 lalu, beberapa interior masjid turut ditambahkan dengan beberapa lukisan kaligrafi dari KH. Ali Mahfudz Suyat MA yang sengaja didatangkan dari Indonesia ke Den Haag Belanda, agar nuansa masjid dibangunan tersebut lebih kentara.
Keunikan Masjid Al-Hikmah – Den Haag
Ada sesuatu yang sangat unik di Masjdi Al-Hikmah yang terjadi pada saat 2 sholat hari raya. Karena peraturan ketat belanda yang tidak mengijinkan kegiatan sholat dilakukan diluar ruangan, saking membludaknya jamaah yang menghadiri rutinitas sholat hari raya tersebut, Masjid Al-Hikmah menggelar 2 sesi sholat untuk membagi beberapa jamaah tersebut.
Seperti yang terjadi pada tahun 2009 lalu, sholat Idul Fitri dilakukan 2 kali sesi dengan Imam Pertama adalah KH Ali Mahfudz Suyat MA yang memang sengaja didatangkan dari Indonesia, kemudian sholat Idul Fitri sesi kedua di imami oleh KH. Naf’an yang sehari-hari menjadi imam dimasjid tersebut.
Pada saat sholat hari raya berlangsung, kita akan menemukan pemandangan yang sangat menarik dimana banyak sekali ragam etnis yang memenuhi masjid tersebut, misalnya dari Turki, India, dan lain sebagainya.
Masjid Al-Hikmah dengan lantai dua mampu menampung hingga 800 jamaah sekaligus, namun pada saat dua sholat hari raya, jamaah yang datang bahkan mencapai lebih dari 5.000 jamaah.
Beberapa aktivitas juga turut dilakukan di masjid tersebut seperti pengajian rutin, pengajaran di Taman Pendidikan Al-Qur’an untuk anak-anak dan remaja, lalu berbagai kegiatan bersama dibulan ramadhan seperti buka puasa bersama turut diadakan untuk mempersatukan umat muslim yang berasal dari berbagai negara.