Sumedang yang merupakan salah satu kota di Jawa Barat ini terkenal akan semboyannya Tandang Nyandang Kahayang. Kota Sumedang juga dikenal dengan makanan tahu Sumedangnya hingga ke berbagai tempat di Indonesia. Maknan tersebut memiliki ciri khas sendiri yang sangat enak dan unik. Tak heran para masyarakat yang bukan merupakan asli dari Sumedang sangat menyukai tahu Sumedang. Kota ini juga dahulu merupakan sebuah kota dari tempat pengasingan seorang Srikandi dari Nangroe Aceh Darussalam, yaitu Cut Nyak Dien. Beliau diasingkan ke Sumedang pada saat Belanda berkuasa di Indonesia. Bahkan beliau juga dimakamkan disana dan hingga saat ini pemakaman tersebut menjadi salah satu obyek wisata religi.
Tak hanya terkenal dengan Tahu Sumedang, di kota ini juga terdapat sebuah bangunanmasjid yang telah lama didirikan. Masjid tersebut bernama masjid Agung Sumedang. Hingga saat ini masjid tersebut menjadi tempat beribadah umat muslim yang terbesar di Kabupaten Sumedang. Lojkasinya pun cukup strategis karena berada di pusat Pemerintahan Kabupaten Sumedang. Tepatnya berada di Jalan Prabu Geusan Ulun, Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Selain itu berada di alun-alun kota Sumedang yang selalu ramai setiap harinya menjadikan masjid Agung Sumedang selalu dipenuhi oleh para jamaah.
Saat ini bangunan masjid tersebut telah berdiri megah serta menawan terlebih masjid tersebut telah direstorasi. Pmasjid Agung Sumeddang juga pernah menjadi sebagai pusat penyebaran agama Islam tak hanya di Sumedang tetapi hingga beberapa wilayah disekitarnya. Selain menjadi bangunan yang dibanggakan bagi warga Sumedang, masjid Agung inijuga merupakan salah satu bangungan cagar budaya yang dilestarikan dan selalu dirawat.
Pembangunanmasjid Agung Sumedang diperkirakan dimulai tahun 1781 hingga tahun 1828. Pada masa itu berada di bawah pimpinan Bupati Sumedang yangbernama Pangeran Korner. Lalu pada tahun 1836 hingga tahun 1882 masjid ini dipindahkan dari awal nya di Kampung Sukaraja ke Kampung yang baru oleh Pangeran Soeria Soesoemah Adinata yang pada saat itu bergelar Pangeran Sugih. Bangunan yang baru tersebut didirikan diatas sebuah tanah wakaf dari R. Dewi Siti Aisyah yang memiliki luas 6755 meter persegi. Kemudian pembangunan tersebut dimulai pada tahun 1850 dan rampung di tahun 1854 dan yang menjadi imam pertama di masjid Agung Sumedang pada saat itu adalah Penghulu R.H Muhammad Apandi.
Pangeran Kornet sendiri merupakan seorang yang sangat tegas dalam menentang penjajahan Belanda. Hal tersebut hingga kini diabadikan dalam sebuah patung yang merupakan patung dari Pangeran Korner sendiri dengan posisi bersalaman bersama Gubernur Jendral Hindia Belanda yaitu Jendral HW Deandles. Karena saking tegas danmarahnya terhadap Belanda, beliau bersalaman dengan jendral tersebut menggunakan tangan kiri sementara tangan kanannya dalam kondisi siaga.
Masjid Agung Sumedang pernah mengalami renovasi. Diantaranya yaitu pada tahun 1913 yang dilakukan oleh Pangeran Aria Soeriatmadja yang memiliki gelar Pengeran Mekah. Kemudian dilakukan kembali pada tahun 1982 dan disusul perbaikan masjid kembali di tahun 2002. Setelah direnovasi, masjid Agung Sumedang lalu diresmikan pada tanggal 22 April 2003 oleh Gubernur Jawa Barat yang pada saat itu adalah Dani Setiawan.
Dilihat dari arsitekturnya, bangunan masjid Agung Sumedang iini memiliki desain dari lokal dan Cina dengan tiang berjumlah 166 buah serta 20 jendela dengan tinggi mencapai 4 meter. Di masjid ini terdapat tiga buah beduk dengan ukuran panjang tigameter berdiameter 0.6 meter. Sedangkan menara tersebut berbentuk limas ditambah atap masjid yang juga berbentuk limas bersusun tiga.