Pada tahun 2010 lalu, Pemerinta Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki rencana pembangunan Masjid besar yang sangat unik, yang bernama “Masjid Al-Alam”. Masjid ini rencananya memang akan dibangun secara unik, artinya akan dibuat suatu pulau buatan sebagai pondasi areal masjid ini. Dana yang diperkaran untuk pembangunan pulau buatan dan keseluruhan bangunan masjid ini sekitar 250 miliar rupiah, dan akan selesai dalam waktu 4 tahun pembangunan saja. Masjid ini juga menjadi masjid ketiga didunia, sebagai masjid yang berada di Tengah Laut, menyusul masjid di Maroko dan Jeddah.
Masjid Al-Alam ini rencananya akan dibangun ditengah-tengah Teluk Kendari dengan konsep yang sangat modern, dan juga sebagai ikonik dari umat muslim yang beradadi seluruh Provinsi Sumatera Tenggara. Masjid ini nantinya akan dilengkapi dengan sebuah kubah buka tutup otomatis seperti kuncup bunga teratai. Kemudian akan dibangun juga Kubah Sekunder dengan teknologi geser, dan juga beberapa Tenda Payung seperti dimasjid Nabawi. Kemudian disekitar areal masjid akan dibangun tempat olahraga air berkelas dunia.
Pendanaan Pembangunan Masjid Al-Alam
Pada tahun 2010 lalu, anggaran yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan pengambilan dari APBD senilai 10 miliar. Selanjutnya, dana akan terus dikucurkan jika pembangunan tahap pertama sukses, jika tidak maka keseluruhan pembangunannya akan dihentikan.
Sejarah Pembangunan Masjid Al-Alam
Peletakan batu pertama untuk pembangunan Masjid Al-Alam dilakukan pada tanggal 17 Agustus 2010 lalu dipimpin langsung oleh Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam. Kemudian beliau memberikan pidato singkat yang menyinggung jumlah dana yang dibutuhkan cukup besar yaitu sekitra 250 miliar. kemudian untuk mengantisipasi biaya yang sangat besar tersebut, beliau menghimbau kepada para dermawan dan juga para pengusaha untuk menyisihkan sebagian hartanya untuk pembangunan masjid ini.
Rancang Bangunan Masjid Al-Alam Kota Kendari
Rencananya bangunan Masjid Al-Alam akan dirancang dengan luas sekitar 12.692 meter persegi dan terdiri dari tiga bangunan utama yaitu, bangunan utama masjid, bangunan plaza tertutup dan juga plaza terbuka.
Pada bagian bangunan utama akan dibangun dengan 3 lantai (termasuk basement). Lantai basement akan difungsikan sebagai ruang serbaguna untuk toilet dan sebagainya. Lantai satu akan digunakan sebagai ruang sholat utama dengan luas 2.540 mter persegi. Lalu lantai 2 akan difungsikan sebagai ruang sholat tambahan dengan luas sekitar 1.762 meter persegi. Jadi, bangunan masjid ini akan memiliki total ruang sholat sekitar 4.302 meter persegi, dan dipergikan dapat menampung hingga 6.000 jamaah sekaligus.
Bangunan kedua merupakan plaza tertutup dengan ukuran 30 x 30 meter. Bangunan plaza tertutup ini akan mengadopsi kubah geser sebagai atapnya. Lalu, bangunan terakhir adalah plaza terbuka yang juga difungsikan sebagaimana plaza tertutup, artinya untuk penambahan lokasi tempat sholat jika pada ruang utama sudah tidak muat lagi. Namun bedanya hanya pada atapnya yaitu dibuat seperti model payung masjid Madinah.
Pembangunan masjid ini memang membutuhkan dana yang begitu besar, apalagi pemancangan ratusan tiang yang dilengkapi dengan anoda pencegah korosi sudah menghabiskan dana sekitar 130 miliar rupiah, belum lagi bagian bangunan lainnya yang pastinya memerlukan uang lebih banyak lagi.
Karena menelan biaya yang sangat besar, tidak heran jika banyak sekali penolakan yang muncul, terutama dari organisasi-organisasi masyarakat. Mereka menganggap bahwa sifat dari bangunan ini nantinya hanyalah simbolik dan untuk kebanggaan saja. Bukankah lebih baik dana pembangunan yang begitu besar tersebut digunakan untuk mengentaskan angka kemiskinan disana, ataupun sebagai dana untuk pembukaan lapangan kerja yang luas untuk masyarakaat sekitar.