Masjid Besar Kauman Semarang ini biasanya dikenal juga dengan nama resmina “Masjid Agung Semarang” sesuai dengan plakat yang terletak di gerbang masjid dan juga di fasad bagian depan masjid. Masjid yang satu ini bahkan hingga kini masih menjadi suatu Ambigu, karena ada masjid agung lain yang juga dikenal sebagai masjid agung semarang, yaitu Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang sudah kita bahas pada tulisan sebelumnya. Bahkan banyak yang mengira MAJT tersebut sebagai Masjid Agung untuk kota Semarang.
Masjid Besar Kauman Semarang ini terletak di Jln. Alon-alon Barat No. 11, Desa Bangunharjo, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Meskipun saat ini bangunan masjid ini sudah terjepit berbagai macam bangunan tinggi lain disekitarnya, namun Masjid Besar Kauman Semarang masih mempertahankan nilai-nilai relijinya sampai saat ini, dan fungsinya sebagai pusat peribadatan umat muslim Semarang.
Sejarah Masjid Besar Kauman Semarang
Jika dilihat dari sebuah Inkripsi Prasasti yang terukir di batu marmer tembok dibagian dalam gerbang masuk Masjid Besar Kauman, kita akan menemukan penjelasan bahwa Masjid Besar Kauman dibangun pada tahun 1170 Hijriah atau sekitar 1749 Masehi, jadi hingga kini masjid ini sudah berumur 268 tahun. Selain terpatri dengan aksara bahasa jawa, prasasti tersebut juga ditulis dalam bahasa lainnya yaitu Bahasa Melayu dan Bahasa Belanda.
Pada prasasti tersebut dijelaskan bahwa pembangun masjid ini dilakukan pada masa pemerintahan Nicolass Hartingh, yang merupakan sosok utama penggerak lahirnya perjanjian Giyanti yang dicetuskan pada tahun 1755. Isi perjanjian tersebut adalah pemecahan wilayah kesultanan Mataram, menjadi wilayah Kesultanan Ngayokyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta.
Lalu pendiri masjid yang dijelaskan didalam prasasti tersebut adalah Adipati Suradimanggala atau biasa dikenal dengan julukan Kiai Terboyo. Masjid besar ini dibangun pada tahun 1170, nemun kemudian mengalami pemugaran besar-besaran karena pernah terjadi kebakaran yang mengakibatkan bangunan masjid ini rusak parah. Kebakaran / insiden dibakarnya masjid ini terjadi pada saat insiden geger pecinan di Semarang pada tahun 1741.
Pemugaran total kemudian dilakukan pada sekitar tahun 1889, ditangani oleh seorang arsitek dari belanda, Gakampiyan, pada saat penjajahan Belanda sedang gencar-gencarnya mencoba menguasai keseluruhan negeri ini.
Masjid Besar Kauman ini juga seringkali dikaitkan dengan “Sunan Pandan Arang”, yaitu ulama besar dari Arab yang memiliki nama asli “Maulana Ibnu Abdulsalim”.
Arsitektural Masjid Besar Kauman
Arsitektur Masjid Besar Kauman Semarang jika dilihat memang mirip dengan gaya Tektonika. Yaitu suatu sistem seni tata bangunan dengan struktur tumpang berpenyangga. Penyangga yang dibuat berjumlah 5 seperti kebanyakan bangunan di Pulau Jawa.
Diterapkannya sistem bangunan Tektonik seperti ini memang karena pada ahli bangunan Belanda tidak mampu mencerna bagaimana pembuatan bangunan dengan sistem konstruksi Brunjung Empyak dengan 4 soko guru pada bangunan tajuk tradisional jawa.
Karena masjid ini sudah dibangun dari tahun 1170-an, Masjid Besar Kauman Semarang menjadi Masjid Pertama di Jawa yang bernuansa tradisional, namun menggunakan arsitektural modern.
Namun jika dilihat secara keseluruhan, Masjid Besar Kauman Semarang ini tetap menerapkan bangunan tradisonal jawa, dengan atapnya yang berbentuk limas susun tiga tanpa 4 soko guru. Bangunan menara pun juga tidak dibangun untuk masjid ini pada awalnya, namun baru-baru ini sudah dibangun sebuah menara agar masjid ini tampak lebih lengkap. Sejujurnya, saat ini untuk melihat bagian bangunan masjid ini saja sangat sulit, karena himpitan berbagai bangunan pemukiman dan juga bangunan-bangunan tinggi lainnya.