Di Kota Malang, terdapat satu masjid agung yang sudah berumur sangat tua yang memiliki nama “Masjid Agung Jami Malang”. Meskipun sudah berumur sangat tua, Masjid ini masih sangat anggun dan penuh dengan kharisma yang dapat membuat betah siapapun yang berada disana.
Masjid Agung Jami Malang juga sering dianggap sebagai tempat yang mustajabah, artinya tempat yang sangat bagus dijadikan untuk berdoa agar keinginan kita cepat terkabul. Selain Masjid Agung Jami Malang, masjid yang dianggap paling mustajabah di daerah Jawa Timur lainnya adalah Masjid Sunan Ampel Surabaya dan Masjid Jami’ Pasuruan.
Masjid ini terletak di Jln. Merdeka Barat No.2, kabupaten malang, Provinsi Jawa Timur. Letaknya berada sangat strategis yaitu berada di pusat kota, tepatnya disebelah barat alun-alun Kota Malang.
Sejarah Masjid Jami’ Agung Malang
Masjid Agung Jami’ Malang pertama kali didirikan pada tahun 1890 Masehi, diatas tanah Goepernemen (Tanah Negara) seluas 3.000 meter persegi. Menurut sebuah prasasti yang berada di masjid ini menjelaskan bahwa Pembangunan Masjid Agung Jami’ Malang dilakukan selama 2 tahap. Tahap pertama dilakukan pada tahun 1890 Masehi, kemudian tahap kedua dilakukan pada tahun 1903 dan selesai pada tanggal 13 September 1903.
Arsitektural Masjid Agung Jami’ Malang
Bangunan Masjid Agung Jami’ Malang dibangun berdenah bujursangkar, dengan struktur baja dan atap tajug tumpang dua. Hingga saat ini bangunan masjid tersebut masih dipertahankan sesuai dengan keasliannya, agar nilai sejarah yang dikandungnya tidak hilang.
Dari bentuk bangunannya, masjid ini mengadopsi 2 gaya arsitektur bangunan, yaitu arsitektur Jawa dan arsitektur Arab. Gaya arsitektur Jawa bisa dilihat dari bentuk atap masjid bangunan lama berbentuk tajug. Kemudian arsitektur arab bisa dilihat dari bentuk kubah menara masjid dan juga berbagai konstruksi bukaan pintu dan jendelanya.
Bentuk lantai bangunan di masjid ini cukup unik, yaitu dibedakan tempat yang sakral dan tidak dari ketinggian lantainya. Dari mulai batas suci, lantai kemudian ditinggikan sebagai areal yang sakral, lantai ditinggikan hingga 105 cm. Kemudian bangunan mihrab yang dinilai lebih sakral lagi di tinggikan 105 cm lagi dari areal lantai dibelakang mihra.
Budaya Jawa pada bangunan masjid ini juga bisa dilihat dari 4 soko guru yang dibuat dari kayu jati asli, dan juga 20 tiang lainnya yang dibuat mirip dengan soko guru yang bertugas menopang atap masjidnya. Pembangunan masjid ini dilakukan oleh ulama dan masyarakat sekitar dengan penuh tirakat, memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk diberikan berkah pada pembangunan masjid ini.
Pada masjid ini terdapat salah satu keunikan tersendiri yaitu Sumur Artesis. Sumur yang memang bertujuan sebagai penyedia air bersih bagi semua aktivitas masjid ini sengaja dibangun sedalam 205 meter. Sumur tersebut bahkan mengeluarkan air sendiri tanpa menggunakan pompa air, apalagi menurut percobaan yang dilakukan oleh PDAM, air dari sumur artesis tersebut sudah memenuhi syarat untuk langsung diminum langsung.
Pengeboran sumur tersebut mulai dilakukan pada hari Rabu, 27 Januari 2010, dan menghabiskan dana senilai Rp. 150 juta dan ditanggung oleh seorang dermawan. Keajaibannya, air dari sumur artesis tersebut baru keluar dengan sendirinya di hari ke 41 dari awal pengeboran, padahal pada saat itu tidak sedang dilakukan pengeboran lanjutan. Hal inilah yang juga membuat masjid ini sebagai tempat yang mustajabah, serta ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin merasakan sendiri bagaimana kharisma masjid ini, dan juga air dari sumur artesis yang langsung bisa diminum.