Masjid Agung Damaskus yang juga lebih dikenal sebagai “Masjid Umayyah” merupakan masjid terbesar di dunia pada masanya, sekaligus menjadi salah satu masjid tertua yang pernah berdiri di bumi ini. Sultan Salahuddin Al-Ayubi atau Sultan Saladin yang sangat terkenal di berbagai cerita dimakamkan di areal masjid ini. Bahkan, konon masyarakat sekitar percaya bahwa salah satu makam yang berada di dalam masjid ini merupakan makam dari Nabi Yahya A.S, atau jika di kaum Nasrani dikenal sebagai John The Baptist atau Johanes Sang Pembabtis.
Masjid Agung Damaskus juga merupakan masjid pertama kali didunia ini yang memiliki teknologi jam, sebuah jam matahari buatan Ala Al-Din Abu Al-Hasan Ali Bin Ibrahim Ibnu Al-Shatir. Lokasi masjid ini berada di kawasan jantung kota Damaskus.
Sejarah Masjid Agung Damaskus
Kota Damaskus dipercaya masyarakat sekitar sebagai kota tertua yang terus berpenghuni sejak sebelum masehi. Masjid Agung Damaskus bahkan sudah berada di tempat yang dianggap suci tersebut selama lebih dari 3,000 tahun lamanya. Bahkan 1,000 tahun sebelum masehi, sebuah bangsa bernama Aram sudah membangun sebuah kuil pemujaan terhadap Dewa Badai dan Dewa Petir yang disebut dengan Hadad.
Kemudian, pada awal abad pertama masehi, Bangsa Romawi merebut kekuasaan atas tanah ini dan mendirikan sebuah kuil Temenus untuk pemujaan Dewa Jupiter di atas reruntuhan kuil bangsa Aram yang telah disebutkan sebelumnya. Kuil besar tersebut berbentuk persegi panjang dengan ukuran 385 x 305 meter dengan 4 menara yang diletakkan diseluruh penjurunya. Beberapa bagian kecil dari tembok sejak awal abad pertama masehi masih dipertahankan hingga kini, namun sebagian besar kuilnya sudah tidak tersisa.
Selanjuntyan, pada penghujung abad ke empat masehi, Kuil pemujaan Dewa Jupiter tersebut diruntuhkan dan dibangun sebuah gereja yang didedikasikan untuk Johanes Sang Pembabtis (Nabi Yahya A.S). Gereja tersebut dipercaya sebagai makam Johanes Sang Pembabtis, dan menjadikan tempat ziarah tersebut menjadi tempat yang penting di masa Bizantium.
Kemudian Masa Kekuasaan Islam sampai ke kota Damaskus pada tahun 14 Hijriyah atau 653 Masehi. Damaskus dikepung oleh ribuan umat muslim yang dipimpin beberapa pemimpin perang sekaligus yaitu Khalid Bin Walid dari Gerbang Timur, Amru Bin Ash dari Thomas Gate, Sharbabil dari Orchards Gate, Abu Ubaudah dari Water Through Gate dan Yazid bin Abi Sofyan dari Small Gate. Pengepungan dari keseluruhan pintu masuk Damaskus tersebut menghasilkan keberhasilan.
Kemudian pada saat kekuasaan Islam sudah berkuasa di Damaskus, Umat Islam dan Kristen (yang masih tersisa) bersepakat untuk membagi tempat ibadah yang sudah berdiri menjadi dua bagian. Separuh untuk Masjid dan Separuh untuk Gereja. Mereka semua beribadah secara bersama-sama disatu tempat, namun utuk dua agama sekaligus. Peribadatan hanya dipisahkan dengan dinding pemisah, sementara umat islam mengumandangkan adzan, umat kristen membunyikan lonceng, kegiatan tersebut berlangsung hingga 79 tahun lamanya.
Suatu saat Khalifah Al Walid bin Abdul Malik menganggap perlu untuk membangun masjid yang megah untuk keperluan umat muslim yang sudah membludak pada saat itu. Akhirnya bangunan yang saat itu di gunakan umat islam dan kristen secara bersama-sama dibangun ulang menjadi masjid, sedangkan umat kristen diizinkan untuk membangun gereja di Bab Touma (Thomas Gate) dan sekitarnya. Pembangunan memerlukan waktu hingga 10 tahun, dan akhirnya berdirilah sebah Masjid Agung Damaskus yang sangat besar dan megah dengan ukuran 150 x 100 meter.
Masjid Agung Damaskus sudah mengalami beberapa kali renovasi yang terjadi pada tahun 1069, 1401, dan yang terakhir pada tahun 1893 dengan bentuk bangunan yang masih bisa kita lihat kokoh sampai saat ini.