Pembangnan Masjid Kampung Keling dibangun tidak lama setelah Pembangunan Masjid Kampung Hulu Malaka yang sudah kita bahas pada artikel lainnya. Pembangunan kedua masjid tersebut dilakukan pada saat-saat penjajahan Belanda di Malaka. Pada awalnya, Masjid Kampung Keling ini merupakan sebuah masjid yang didirikan dengna dana swadaya masyarakat pada saat itu, dengan ukuran yang relatif kecil. Pada masa penjajahan Belanda di Malaka, pihak penjajah membebaskan seluruh umat beragama untuk membangun tempat peribadatannya. Namun, pada saat Belanda terusir oleh Penjajah Portugis, keseluruhan tempat ibada di Kampung Keling Malaka , Malaysia termasuk bangunan Masjid Kampung Keling ini dihancurkan.
Masjid yang kita ketahui dan masih berdiri kokoh hingga saat ini adalah hasil dari renovasi / pembangunan ulang dengan tetap memperhatikan seni bina bangunan asli yang dimiliki masjid ini. Bangunan masjid ini menganut arsitektur masjid di Jawa dan Sumatera, bahkan beberapa kayu yang dipakai untuk membangun masjid ini didatangkan langsung dari Kalimantan.
Keramik serta beberapa ornamen yang menghiasi masjid ini didatangkan langsung dari negeri China. Kemudian, meskipun dinding dan beberapa tiang kayu sudah diganti, namun ada satu peninggalan yang sudah berumur sangat tua, yaitu 4 Soko guru yang masih bisa diselamatkan dan di dirikan kembali hingga saat ini.
Lokasi Masjid Kampung Keling terletak di Jln. Hang Lekiu / Jln. Tokong / Lorong Harmoni / Temple Street, Malaka, Malaysia. Di beberapa ruas jalan tersebut hampir keseluruhan agama yang ada di Malaka berkumpul menjadi satu tempat. Selain bangunan Masjid tentu saja kita bisa menemukan beberapa tempat ibadah agama lain seperti Kelenteng China Cheng Hoon Tseng, dan juga Kuil Hindu Sri Poyyatha Vinayagar Moorthi. Memang beberapa umat beragama sengaja dikumpulkan menjadi satu, agar wilayah tersebut dapat menunjukkan kerukunan umat beragama yang terjaga dengan apik.
Arsitektur Masjid Kampung Keling Malaka – Malaysia
Masjid kampung keling yang sengaja dibangun setelah Masjid Kampung Hulu Malaka memiliki desain yang mirip dengan Masjid Kampung Hulu Malaka. Hal ini bisa dilihat dari adopsi arsitektur bangunannya yang mengadopsi tradisi Masjid Jawa dan Sumatera, dengan beranda di sekeliling atap bangunannya. Bangunan masjid ini dapat menampung hingga 600 jamaah sekaligus.
Ada yang unik dari masjid ini, yaitu adanya sebuah tempat berwudhu yang tidak seperti biasanya, tempat berwudhu tersebut menggunakan kolam langsung, dan tidak menggunakan keran seperti pada masjid-masjid lainnya.
Kemudian, ada juga bangunan menara yang sengaja dipisahkan dari bangunan utama dengan berbahan beton tanpa kayu. Menara tersebut tergolong sangat unik karena lebih mirip dengan Pagoda di China, ditambah dengan beberapa jendela lengkung bertelari besi.
Sejarah Pembangunan Masjid Kampung Keling Malaka
Masjid Kampung Keling ini dibangun pertama kali pada tahun 1748, pada saat masa-masa penjajahan Belanda di Malaka. Jadi sampai saat ini, masjid ini sudah berumur hampir 3 abad lamanya, namun kekohonan bangunan aslinya masih banyak terjaga, meskipun sudah mengalami beberapa kali renovasi.
Renovasi yang pertama kali dilakukan pada tahun 1872 dengan merubahnya ke bangunan beton. Lalu renovasi kedua dilakukan pada tahun 1908 dengan meninggikan atap masjid, seperti yang dilakukan pada Masjid Kmapung Hulu Malaka. Keseluruhan biaya renovasi masjid hanya berasal dari swadaya masyarakat sekitar saja, tanpa ada campur tangan dari pemerintah. Karena memang sudah berumur hampir 300 tahun, tidak heran jika Masjid Kampung Keling juga menjadi salah satu masjid tertua yang ada di Malaka atau bahkan di Malaysia secara umum.