Berbagai bangunan masjid tersebar di wikayah Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Salah satunya berada di Sumatera Selatan tepatnya berada di Kelurahan Gelumbang, Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Seklatan.masjid tersebut bernama masjid Babussalam Gelumbang. Masjid tersebut seperti halnya dengan beberapa masjid pada umumnya yang berada di Indonesia.
Berada di jalur lintas tengah Sumatera diantara kota Prabumulih dan kota Palembang menjadikan masjid ini selalu dikunjungi oleh para wisatawan. Jika ingin mengunjungimasjid ini maka pengunjngi dapat menggunkan kendaraan umum dari kota Prabumulih lebih kurang selama setengah jam dalam perjalanannya ke arah utara. Atau jika dari kota Palembang kea rah selatan dapat ditempuh selama satu hingga satu setengah jam.
Pada awalnya Gelumbung adalah sebuah nama desa namun selang beberapa tahun statusnya berubah menjadi Kelurahan dan dikepalai oleh seorang Lurah. Awal mula masjid Babussalam Gelumbang ini didirikan pada tahun 1978 setelah bangunan lama dari masjid tersebut sudah lagi tidak dapat menampung para jamaah yang kian waktu kian banyak. Selain itu bangunan masjid tersebut juga sudah mulai terlihat beberapa kerusakan yang cukup parah pada bagian atap masjid. Dan hal yag utama pada saat itu juga arah kiblat masjid tidak akurat sehingga kesepakatan dari masyarakat memutuskan untuk membangun ulang masjid tersebut. Akhirnya masjid Babussalam Gelumbang dirobohkan lalu diganti dengan sebuah bangunan masjid yang lebih besar berdiri di tempat yang sama.
Sekarang bentuk dari bangunan masjid Babussalam Gelumbang yang sedang berdiri kokoh bukanlah seperti bangunan awal masjid. Pada dahulu, bangunan masjid tersebut seperti halnya dengan beberapa masjid lainnya yang bentuknya seperti masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II yang berada di kota Palembang. Saat ini, terlihat bangunan masjid Babussalam telah berdiri dengan atap yang bersusun dan disangga oleh empat tiang soko guru yang berasal dari kayu. Selain itu struktur atap juga menggunakan bahan dari kayu. Dinding masjid terebut berasal dari bahan batu bata ditambah dengan jendalanya yang berukuran besar. Disebelah samping masjid tersebut juga terdapat sebuah menara namun tidak terlalu tinggi. Keberadaan masjid ini tetap menjadi sebuah tempat beribadah kebanggan umat muslim bagi para warga sekitar.
Pada saat bangunan masjid Babussalam di robohkan yaitu tepatnya di tahun 1978 ternyata diketahui bahwa batu bata yang digunakan pada masa sebelumnya tersebut ukurannya jauh lebih besar dibandingkan dengan ukuran batu bata yang seperti biasanya. Dilihat dari ukurannya, bisa jadi bangunan pertama masjid Babussalam Gelumbang ini sejaman dengan bangunan lainnya yang sudah runtuh terlebih dahulu. Contohnya seperti bangunan stasiun kereta api Gelumbang yang ternyata dibangun pada zaman Belanda dan tempat tersebut masih kokoh h ingga sekarang.
Kemudian kembali ke bagian struktur bangunanmasjid Babussalam Gelumbang, di puncak atap masjid tersebut dapat ditemukan mahkota yang berupa kayu berukir dengan tambahan ornamen kawat baja yang merupakan sebagai aksesoris. Sedangkan dibagian ke empat penjuru atap telah dihiasi dengan berbagai ornamen yang mirip dengan bangunan atap kelenteng. Dan perlu diketahui juga bahwa pendanaan masjid tersebut ketika dibangun ulang berasal dari iuran masyarakat sekitar dan memakan waktu yang cukup lama untuk membangunnya kembali. Hingga kini masjid Babussalam Gelumbang selalu dipenuhi oleh para jamaah terutama pada saat hari Raya Besar tiba maka para jamaah akan semakin meningkat untuk melakasankan shalat berjamaah.