Bali memang sebuah pulau yang sudah terkenal hingga penjuru dunia. Populer akan keindahan alam dan berbagai wisatanya, pulau ini selalu dikunjungi oleh berbagai wisatawan domestic dan mancanegara. Bali juga merupakan salah satu tujuan utama yang biasanya dipilih oleh para pengunjung ketika akan menghabiskan waktu liburannya. Beberapa tempat wisata dengan panorama keindahan alam yang sangat luar biasa selalu menjadi daya tarik para wisatawan. Ditambah dengan kebudayaannya yang menarik dan unik menjadikan Bali selalu dirindukan tak hanya oleh wisatawan lokal saja.
Disamping tempat wisata dan pantainya yang sangat indah dan mempesona, Bali memiliki beberapa bangunan yang bersejarah. Salah satunya adalah bangunan untuk umat muslim melaksanakan ibadah shalat. Amsjid tersebut salah satunya adalah masjid Agung Jami’ Singaraja. Masjid tersebut berada di Kelurhan Kampung Kajanan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Bali. Masjid Agung Jami’ Singaraja termasuk sebuah bangunan yang cukup megah dan didalamnya memiliki sebuah Mushaf Al-Qur’an yang ditulis secara langsung oleh salah satu keturunan dari Kerajaan Buleleng pada masa itu.
Keberadaan masjid Agung Jami’ Singaraja tidak lepas dari peran seorang Raja Buleleng yang bernama A.A. Ngurah Ketut Jelantik Polong. Beliau adalah seorang putra dari A.A. Panji Sakti yang merupakan seorang Raja Buleleng I. Beliau juga bukan seorang pemeluk agama islam melainkan seorang beragama Hindu. Meskipun di Bali mayoritas penduduknya beragama Hindu, namun sikap toleransi beragama disana sangat tinggi. Salah satu buktinya pada dahulu adalah dengan adanya pintu kayu dengan berukir berwarna hijau pada bagian gerbang masjid merupakan pemberian beliau pada saat masjid tersebut dibangun pertama kali.
Pembangunan masjid Agung Jami’ Singaraja dimulai pada tahun 1846 pada masa pemerintahan Raja Buleleng A.A. Ngurah Ketut Jelantik Polong. Karena beliau adalah seorang Raja beragama Hindu, maka kepengurusan masjid tersebut diserahkan kepada saudaranya yang beragama islam. Beliau adalah A.A. Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie dan Abdullah Maskati.
Pemberian gerbang oleh sang Raja disebutkan juga karena sebagai wujud agar mencegah adanya perbedaan pandangan untuk memindahkan umat dari masjid Keramat ke masjid Jami’. Hingga kini pun masjid ini merupakan sebuah bangunan masjid yang terbesar di Singaraja dan juga difungsikan sebagai pusat bagi umat muslim untuk melakukan berbagai kegiatan keagamaan.
Masjid Agung Jami’ Singaraja berdiri diatas lahan seluas 1980 meter persegi dan dikelilingi oleh pagar besi. Pengunjung dan para jamaah yang akan memasuki masjid ini akan melewati sebuah pintu gerbang yang merupakan pemberian dari Raja Buleleng tepatnya disebelah timur di halaman masjid tersebut. Pintu tersebut merupakan sebuah pintu bekas dari gerbang puri kerajaan Buleleng. Pada bagian atap masjid tersebut berbentuk limas an dan pada bagian sudutnya terdapat sebuah ukiran cungkup seperti sulur yang berjumlah enam buah. Pada bagian pintu tersebut juga memiliki dua daun pintu berupa teralis besi. Kemudian di sebelah utara bangunan induk masjid terdapat sebuah ruang sekertariat berukuran 6.5 x 14.5 meter. Bangunan tersebut berjumlah dua lantai dengan bagian atasnya merupakan ruang sekertariat dan bagian bawahnya adalah tempat untuk berwudhu dan juga terdapat kamar mandi. Lalu di depan bangunan induk terdapat menara yang berbentuk bulat dengan jendelanya berbentuk persegi panjang dan pelipit di bagian atasnya. Majid Agung Jami’ Singaraja selalu dipenuhi oleh para jamaah dan juga dikunjungi oleh beberapa pengunjung. Dan meskipun bangunannya sudah berumur sangat tua, namun masjid ini masih berdiri kokoh dan terawat dengan sangat baik.