Masjid Jami yang bernama Al Baitul Amien ini termasuk masjid tua yang merupakan warisan para leluhur di masa pemerintahan kolonial Belanda yang masih kokoh berdiri pada jantung Kota Jember, provinsi Jawa Timur. Keunikannya bukan hanya berhenti disini saja. Arsitektur masjid ini sangat berbeda dari kebanyakan masjid yang ada ciri khas paling mencolok ialah bagian bangunan kubahnya.
Keunikan yang terdapat pada kubah telah mendominasi artistik pemandangan bangunan masjid secara keseluruhan. Dalam setiap pintu masuk, ada tiang penyanggah bagian luar kubah yang dirancang lepas hingga ke tanah. Jika dilihat dari kejauhan, maka tiang-tiang ini akan membentuk jalan menuju ke pintu masjid.
Berdasarkan keterangan dari remaja masjid setempat, ada ketujuh kubah disini yang dirancang berdasarkan simbol sekaligus pada kedekatan antarkubahnya. Apalagi, tiga di antaranya yang saling berdempetan. Jadi pada bagian ini telah tersimpan simbol kemapanan dari umat Islam yang senantiasa harus mempererat tali silaturahmi dengan sesama.
Tak tanggung-tanggung sebanyak tujuh kubah yang berukuran besar dibangun dengan posisi yang bertumpuk satu dengan lainnya. Disamping itu, ketujuh kubah sangat besar ini juga berfungsi menjadi atap. Bagian kubah induknya menjadi ruang utama, sedangkan empat kubah lainnya yang ada di sisi kanan maupun kiri kubah utama ini berfungsi menjadi ruang tambahan. Selanjutnya kubah keenam maupun ketujuh yang ada di belakang bangunan kubah induk ini digunakan untuk tempat berwudhu. Angka tujuh mempunyai makna filosofis yang tengah menggambarkan tentang penciptaan alam semesta maupun dengan jumlah tingkatan langit serta bumi.
Memasuki di dalam kubah utama, mata akan langsung tertuju dengan bentuk plafon yang sengaja dibangun sangat megah. Plafon yang ditopang oleh pilar yang jumlahnya 17 ini melambangkan jumlah rakaat shalat serta tanggal turunnya kitab suci Al Quran di tanggal 17 Ramadan. Dinding yang dihiasi oleh tulisan kaligrafi juga berisi perintah untuk mengerjakan rukun Islam.
Desain bangunan yang telah menghabiskan uang hingga 1 Milyar tersebut mampu mendobrak seni arsitektur agama Islam Indonesia yang lebih cenderung bermain pada relief, ukiran maupun bentuk kubah bulatnya. Secara keseluruhan bangunan ini nyaris menonjolkan kubah yang telah memayungi semua bagian dindingnya. Apalagi jika dilihat sekilas terlihat seperti tidak berdinding. Jadi, muncul gaya khas bangunan dengan sejuta simbol yang nantinya mengarah di bagian atap masjid ini.
Menonjolkan Simbol Islami
Sedikit mengejutkan, ternyata bagunan Masjid Al-Baitul Amin ini merupakan ide cerdas dari K. Yayin Kesen. Dia termasuk salah seorang arsitektur yang berasal dari Universitas California. Nampaknya sang arsitek mau melakukan hijrah pada ornamen bergaya ukiran hingga menjadi garis-garis yang hampir semuanya menghiasi tiang di bagian interior masjid ini.
Masih membahas bagian interior bangunan, simbol Islami telah tersebar di tiang-tiang yang telah menopang kubah masjid ini. Setiap tiang yang dilapisi oleh kayu jati dengan membentuk garis tegas, membuat tiang terlihat berdiri sangat kokoh. Kekokohan tersebut, melambangkan kokohnya ikatan umat Islam dalam memperjuangkan agama Allah.
Jika mengamati perbedaan khas ukiran yang menjadi garis-garis tegas, pastinya akan mengundang pertanyaan begitu banyak orang. Sangat beralasan, sesudah diketahui jika garis-garis lurus tegas tersebut menyimbolkan kelurusan iman dengan niat para jamaah. Kondisi itupun terasa setiap waktu shalat tiba, banyak jamaah yang berdatangan. Ditambah letak strategis masjid yang berada di jantung kota, yang mempermudah masyarakat sekitar yang kebetulan sedang refresing untuk melaksanakan shalat lima waktu. Semakin banyaknya jamaah yang berkunjung untuk melaksanakan ibadah, mampu memacu remas untuk menggelar ta’lim dan bekerjasama dengan pesantren-pesantren yang ada disekitar kota Jember.