Bangunan Masjid Al Kautsari adalah bangunan pertama yang ada dalam area Pondok Pesantren Al-Aziziyah. Lokasinya berada tidak jauh dengan Bandara Selaparang, Mataram, di Lombok. Memiliki jarak tempuh yang sangat dekat sekitar 10 menit dari lokasi bandara, masjid tersebut sangat potensial sebagai landmark wilayah setempat. Kehadirannya juga mewakili semangat ibadah masyarakat disini yang sangat kuat. Hal ini terlihat ketika masjid masih belum usai dibangun bebeberapa kegiatan ibadah serta dakwah telah dilaksanakan disini. Shalat berjamaah sudah ditegakkan meskipun tanpa penerangan listrik. Mereka juga menekuni kajian kitab-kitab Islam dengan beralaskan anyaman dari daun kelapa, serta berbagai aktivitas dakwah dilakukan disini.
Salah satu keunikannya ialah terletak pada suara azan yang dikumandangkan disini. Biasanya azan cuma dikumandangkan sehari lima kali. Namun, dalam masjid ini azan telah dikumandangkan sampai enam kali. Disamping untuk panggilan shalat wajib, azan disini dikumandangkan untuk memperingatkan para jamaah shalat malam agar melaksanakan ibadah shalat tahajud.
Kubah yang mempercantik bangunan masjid ini ada 3 kubah. Satunya sebagai kubah induk dan yang 2 lainnya sebagai kubah anakan yang lebih kecil dari kubah induknya. Pada kubah induk memiliki warna cat yang lebih tinggi karena kubah induknya termasuk kubah masjid enamel. Hal itu dikarenakan pada kubah Enamel ini, menggunakan sistem pengecatan yang menggunakan powder coating sehingga ketahanannya sangat tinggi serta dijamin oleh perusahaan dengan resmi. Ketahanannya mampu mencapai 15 tahun lamanya. Jadi, anda tidak perlu takut bila kubah enamel ini akan luntur pada warna catnya.
Sementara untuk kubah anakannya mempunyai ketahanan cat sekitar 5 tahunan saja. Itu disebabkan tanpa adanya sebuah lapisan cat yang terdapat pada kubah galvalum yang lebih kecil ukurannya tersebut. Sehingga saat terkena panas matahari, membuat cat pada kubah ini luntur. Terbukti dengan cat yang warnanya berubah menghitam seperti pada benda yang diletakkan berada di atas kompor. Saat cat telah berubah warnanya menjadi hitam, kemungkinan kubah tersebut sudah tidak dapat lagi dibersihkan sekalipun dengan menggunakan kain.
Sementara perbedaan antara bangunan kubah Galvalum dan Enamel selanjutnya ialah dilihat dari harganya. Karena kualitas kubah Enamel yang lebih unggul disbanding dengan kubah Galvalum, jadi harga kubah Enamel ini lebih mahal dibanding dengan kubah Galvalum.
Dilihat dari sisi bangunan, pada masjid ini memiliki ciri khas pada bagian kubah bulat yang mengerucut dalam sapuan warna putih yang lebih cerah beraksenkan garis diagonal berwarna biru ditambah dua menara yang ada disampingnya. Dua menara tersebut menjulang hingga tingginya mencapai 27 meter yang bermakna 2 warisan dai Rasulullah Saw yang berupa Al-Quran dan Al-Hadis. Warisan ini harus dipegang teguh agar umat islam tidak tersesat. Bagian interior masjid juga terlihat sangat menawan karena adanya tiang penyangga yang berwarna hijau granit dikombinasikan oleh warna cokelat keemasan untuk aksen tiangnya dan juga dinding masjid ini. Selain itu, interior kubah masjid tersebut juga diberi gambar langit yang akan menambah kesan megah masjid tersebut.
Bangunan masjid AL – Kautsari ini dibangun dengan 3 lantai yang berukuran 56 x 21 meter. Bangunan ini juga mampu menampung jamaah hingga 200 orang yang dilengkapi oleh dua menara yang bernuansa Masjidil Haram.
Uniknya bangunan masjid yang sangat megah tersebut telah “di-arsiteki” secara langsung (almarhum) pengasuh pondok pesantren tersebut bernama Tuan Guru Haji Musthafa Umar. Meskipun beliau bukan seorang arsitek namun Beliau yang menggambarkan bentuk masjid sesuai keinginan sama dengan ornamen di Masjidil Haram.