Pada awalnya Masjid Raya Darussalam didirikan oleh saudagar Banjar & Bugis pada tahun 1925 yang bertempat tinggal di Samarinda. Saat itu letak masjid Raya Darussalam ada di tepi sungai Mahakam dengan luas 25 meter x 25 meter. Dari pertama kali didirikan, masjid Raya Darussalam difungsikan sebagai masjid Jami’ dan digunakan untuk ibadah sholat lima waktu maupun ibadah sholat Jum’at.
Turki Usmani mewariskan seni bina dari bangunan masjid yang memiliki gaya tersendiri yang dapat diamati dari beberapa ciri utama masjid ini. Seperti bentuk menara masjid yang memiliki gaya bangunan khas Usmani yang dapat dilihat pada bentuk bundar, ramping, dan tinggi menjulang. Sementara puncak menaranya meruncing yang disertai adanya simbol bulan sabit di ujung paling tinggi menara masjid tersebut.
Ada sebanyak empat menara masjid yang ditempatkan pada 4 penjuru bangunan paling utamanya. Dan bangunan menara masjid ini juga didominasi oleh warna putih. Sementara beralih pada kubah masjid raya Darussalam yang sangat unik karena adanya 8 kubah yang memiliki ukuran lebih kecil telah mengapit kubah utamanya. Disamping itu ke 4 penjuru atap dari masjid raya Darussalam juga dihiasi dengan 4 kubah yang ukurannya lebih kecil. Setiap kubah dihiasi dengan ornamen khas Kalimantan telah menghiasi sisi bagian luar kubah masjid ini.
Pada bangunan kubah besar yang berada di atap masjid juga mempunyai ciri khas yang menunjukan identitas masjid Darussalam. Yakni 1 kubah induk yang diapit dengan 8 kubah kecil disekelilingnya yang totalnya 9 kubah. Selain itu, bangunan kubah yang awalnya Cuma diberi cat hijau polos sekarang telah dimodifikasi oleh ornamen-ornamen khas daerah Kalimantan. Bagian kubah induknya termasuk didalam kubah enamel yang berwarna hijau tua danhijau muda.
Kubah induknya dibuat dari bahan yang tahan korosi maupun guncangan. Jadi sangat tepat jika kubah ini dibangun untuk masjid yang lokasinya berada di wilayah pesisir pantai seperti masjid Darussalam ini. Bangunan kubah induknya juga terkenal karena tahan bocor dan mempunyai resiko retak sangat kecil. Hal ini beda dengan material pada kubah jenis lainnya. Material pada kubah ini sangat tepat digunakan untuk masjid yang ada disekitar wilayah yang sering terjadi gempa karena materialnya mampu menahan guncangan dengan lebih baik.
Bangunan masjid raya Darussalam telah dilengkapi juga oleh beranda yang memiliki bukaan yang sangat besar dan melengkung dan ornamen yang melengkung. Sehingga membuat beranda masjid raya Darussalam ini tampak seperti beranda masjid pada umumnya. Sehingga bila anda masuk di dalam masjid tersebut, akan terlihat ruang dalam masjid untuk ibadah sholat yang sangat luas.
Itu karena tidak ada satupun tiang yang menyangga atap masjid dari tengah masjid. Selain itu, ruang sholat pada Masjid raya Darussalam juga sudah dilengkapi oleh lantai mezanin. Sehingga bila dilihat secara keseluruhan, dalam Masjid Raya Samarinda mampu menampung jamaah hingga 14 ribu orang. Warna karpet sejadah yang digunakan untuk ibadah sholat telah didominasi dengan warna hijau. Dengan warna ini, kesannya senada dengan warna langit-langit plafon bagian interior masjid Darussalam.
Bangunan Masjid Raya Darussalam juga mempunyai dinding sisi mihrab tampak mirip dengan masjid lainnya yang dilapisi oleh bahan berwarna yang tampak lebih gelap bila dibanding dengan ruangan sisi lainnya. Disamping itu langit-langit dalm ruangan masjid telah dipasang dengan lampu-lampu gantung sehingga membuat Masjid Raya sangat indah dan megah. Konstruksi pada bangunan Masjid Raya dibuat dari bahan beton tiga lantai dan mampu menampung jamaah lebih banyak lagi.
Selain lokasi yang sangat strategis, masjid raya Darussalam juga terletak dekat Pasar Pagi serta Citra Niaga. Bangunan Masjid Raya Darussalam juga mempunyai daya tarik tersendiri yang membuat para jamaah betah berada didalam masjid. Daya tarik ini bisa dilihat dari bangunan arsitektur khasnya seperti bentuk kubah, menara, ataupun sejumlah lengkungan yang ada di atas pintu serta jendela masjid.