Masjid pertama dan terbesar di Prancis, Masjid agung Paris juga menjadi masjid ketiga terbesar di Eropa. Masjid Paris ini berdiri setelah berakhirnya Perang Dunia pertama sebagai rasa terimakasih pemerintah Prancis kepada komunitas muslim yang membantu melawan pasukan Jerman pada pertempuran di kota Verdun-sur-Meuse di wilayah utara timur Perancis di tahun 1916.
Bekas Rumah Sakit Mercy menjadi tempat dibangunnya Masjid Agung Paris dengan peletakan batu pertama pada tahun 1922. Peresmian secara simbolis dilakukan pada 15 Juli 1926 oleh Presiden Prancis Gaston Doumergue yang menjabat saat itu.
Arsitektur Masjid Agung Paris
Desain dan mozaik yang dimiliki Masjid agung Paris sangat indah yang memperlihatkan keagungan sebuah arsitektur Islam. Unsur klasik dalam peradaban seni Islam ditampilkan pada bangunan Masjid Agung Paris. Selain memperlihatkan gaya arsitektur bangunan, Islam juga merupakan ajaran agama yang jelas dan detail sehingga menciptakan toleransi yang tinggi, dan memberikan warisan budaya yang baik.
Masjid Al Hambra di Spanyol menjadi inspirasi gaya arsitektur dalam bangunan Masjid Agung Paris. Arsitektur bergaya Maroko banyak dilihat dari bangunan Masjid Agung Paris sebagaimana Masjid Al Hambra di Spanyol. Komunitas muslim di Paris pada waktu itu mayoritas berasal dari imigran Maroko, sehingga pemerintah Prancis menunjuk beberapa arsitek orang Maroko untuk mendesain Masjid Agung Paris.
Tampak sangat jelas desain bergaya maroko terlihat pada menara Masjid Agung Paris. Menara yang memiliki tinggi 33 meter, sebagai tempat pengeras suara dari kumandang adzan. Menara berbentuk segi empat dengan lapisan keramik berwarna hijau toska merupakan khas Maroko yang mengambil kaidah dari mazhab Maliki. Hiasan yang rumit dan detail mewarnai dinding menara yang berwarna abu-abu, sedangkan didalam menara terdapat sebuah tangga untuk mencapai puncak menara.
Kompleks Masjid Agung Paris dilewati melalui pintu gerbang utama dengan disambut dengan lapangan luas yang bernama La Cour dHonneur. Di tengah lapangan ini ada pemandian umum penduduk muslim Maroko yang sudah ada sebelum dibangun Masjid Agung Paris dan airnya berasal dari sebuah sumur.
La Cour dHonneur merupakan lapangan luas dengan berbagai fungsi seperti ruang untuk pertemuan. Ruang pertemuan ini dihiasi dengan taman bergaya Spanyol Maroko dengan sentuhan Andalusia, seperti air mancur, teras dari marmer hitam, keran air yang pada waktu tertentu menyemprotkan air untuk menyirami tanaman bunga yang ada ditaman tersebut.
Dua paviliun mengapit ruang pertemuan, dan difungsikan sebagai tempat belajar bahasa Arab dan berbagai fungsi lainnya. Ada juga perpustakaan Islam, serta ruang kantor administrasi Masjid. Pintu yang diukir dari puluhan potong kayu menjadi jalan menuju ruang utama untuk sholat, jendela bertralis tampak pada ruang utama sholat. Beberapa tiang menjadi penopang kubah masjid yang berasal dari kayu cedar yang dipahat. Masjid memiliki dua mimbar dan memiliki fungsi masing-masing, yaitu untuk kotbah hari jumat dan kotbah dihari raya idhul fitri dan idhul adha.