Sebagai salah satu negara terkaya di kawasan Asia Tengah, Uni Emirat Arab memiliki berbagai daya tarik bagi pelancong mancanegara, salah satunya dari sebuah masjid yang berada di Abu Dhabi, masjid agung Sheikh Zayed. Masjid yang terletak di di kota termahal keempat dunia ini tak pernah sepi dari jamaah yang ingin beribadah ataupun mengunjungi keindahan dan kemegahan dari masjid tersebut.
Latar Belakang Pembangunan
Masjid yang menempati urutan ketiga terbesar setelah dua masjid terbesar di Mekah dan Madinah ini dibangun atas inisiatif dan mandat dari presiden pertama Uni Emirat Arab yang bernama Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan. Sepeninggal presiden pertama tersebut pada tahun 2004, masjid ini kemudian dinamai seperti nama beliau.
Pembangunan masjid agung sheikh Zayed ini sendiri dimulai pada tahun 1966 dengan gelontoran dana sekitar 2,5 triliun dirham pada waktu itu. Masjid yang dibangun pada ketinggian 11 meter di ataas laut dan 9,5 meter di atas tanah ini memiliki view yang begitu jelas jika dilihat dari arah manapun karena berlokasi di tempat yang strategis, yakni antara Jembatan Musaffah dan Jembatan Maqta.
Untuk lahannya sendiri, masjid ini dibangun di atas tanah seluas 22.412 meter persegi dengan panjang bangunan 420 meter dan lebar dengan jarak 290 meter. Dengan luas yang dimiliki, tak heran jika masjid terluas di Abu Dhabi ini mampu mengakomodasi angka jamaah yang lumayan fantastis yakni sekitar 40.000 jamaah, dimana ruangan utamanya memiliki daya tampung 7.126 jamaah.
Proyek besar yang melibatkan 38 perusahaan kontraktor dalam pembangunannya tersebut berhasil dirampungkan dengan rentang waktu konstruksi selama 12 tahun. Masjid megah ini secara resmi dibuka untuk umum pada tanggal 20 Desember 2007 silam.
Arsitektur Bangunan Masjid
Desain dan pembangunan dari masjid besar di Abu Dhabi ini mengkombinasikan berbagai macam bahan yang diproduksi oleh pengrajin dari berbagai negara mulai dari beberapa negara Eropa seperti Italia, Jerman, Turki, Inggris, New Zealand, Yunani, hingga beberapa pengrajin dari kawasan Asia seperti India, Malaysia, Iran, Cina, UEA, dan terakhir Maroko dari Afrika. Bahan yang dipilih sengaja menggunkan bahan yang memiliki durabilitas tinggi seperti emas, batu semi mulia, batu marmer, keramik, hingga kristal.
Struktur beton digunakan dalam pembangunan masjid ini dengan marmer putih Italia dan Yunani. Sementara untuk bagian arsiterktur, masjid ini mengadopsi gaya Persia, Mughal, dan juga keindahan masjid Moor, Masjid Badashi, dan Masjid Hassan II.
Masjid ini memiliki 82 buah kubah dengan 7 variasi ukuran. Di bagian utama, terdapat sebuah kubah terbesar di dunia berdiameter 32,2 meter dan memiliki tinggi 85 meter. Kubah utama dan terbesar ini ditempatkan pada bagian tengah masjid tepat di atas ruangan utama untuk sholat. Kubah ini makin menampakkan kemegahannya dengan balutan marmer putih yang melapisinya.
Tak cukup sampai disitu saja kemegahan kubah ini, hiasan mahkota berwarna emas mengerucut ke bagian atas yang dilengkapi dengan hiasan bulan sabit berbahan kaca. Untuk menyediakan pencahayaan yang baik dan kenyamanan ruangan, di bagian bawah kubah terdapat jendela dengan bentuk memanjang dan melengkung pada bagian atas yang berjajar mengelilingi kubah.
Pada bagian serambi, masjid ini dikelilingi oleh tiang penyangga sebanyak 1.048 buah yang begitu indah berbahan marmer putih dihiasi oranamen bunga warna-warni. Tepat di bagian atas terdapat atap yang disokong tak kalah indah dengan ukiran bunga indah. Ukiran ayat-ayat Al Quran juga nampak jelas pada bagian sekeliling kuah.
Empat menara yang dimiliki oleh masjid ini semuanya memiliki ketinggian 107 meter, yang didominasi warna puih dari lapisan marmer. Sama halnya dengan kubah, menara juga mendapat sentuhan hiasan berwarna emas dengan bulan sabit.