Contents
Keberadaan Masjid Cheng Ho merupakan sumbangsih Muslim Tionghoa yang ada di Indonesia. Masjid Cheng Ho yang di bangun di beberapa kota di Indonesia menjadi ikon baru sebagai tempat ibadah dan obyek wisata religi dengan arsitektur perpaduan unsur Arab, Cina dan unsur budaya lokal kota keberadaan Masjid Cheng Ho.
Alasan Pemberian Nama Cheng Ho
sumber : https://historia.id/
Cheng Ho adalah salah satu penjelajah abad ke-15 berasal dari China yang kehebatannya diakui oleh dunia. Cheng Ho adalah seorang Muslim meskipun dia utusan Kaisar Cina pada Dinasti Ming. Cheng Ho memiliki nama asli Ma He yang berasal dari suku Hui yang dikenal memeluk agama Islam. Pelayaran yang unik yang dilakukan oleh Cheng Ho sangat berbeda dengan pelayar lain yang berasal dari Eropa. Orang Eropa pelayarannya bertujuan untuk menjajah negeri yang disinggahinya. Tetapi, Cheng Ho tidak pernah melakukan penjajahan. Meskipun membawa puluhan ribu pasukan, Cheng Ho selalu menjalin hubungan baik negeri yang disinggahinya dengan memberikan oleh-oleh kepada negeri tersebut.
Pada pelayarannya di Indonesia, Cheng Ho banyak sekali mampir di kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara terutama di Pulau Jawa. Bukti sejarah perjalanan Cheng Ho juga masih ada seperti lonceng raksasa bernama Cakra Donya di Samudera Pasai, piring dengan tulisan ayat Kursi di atasnya sebagai hadiah untuk Sultan Cirebon. Kehebatan dan jasanya akhirnya nama Cheng Ho diabadikan menjadi nama Masjid Cheng Ho yang didirikan di beberapa kota di Indonesia oleh komunitas Muslim Tionghoa di Indonesia.
Masjid Cheng Ho Pertama
Masjid Cheng Ho Surabaya adalah Masjid Cheng Ho pertama yang di bangun di Indonesia dengan arsitektur Tiongkok sehingga sangat mirip dengan bangunan klenteng dan bangunan khas Tiongkok. Masjid dengan gaya arsitektur Tiongkok pertama di Indonesia ini mendapatkan Rekor MURI.
Pendirian Masjid Cheng Ho Surabaya
sumber : https://www.wego.co.id/
Prasasti pembangunan di depan Masjid Cheng Ho Surabaya tertulis, diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia Prof. Dr. Said Agil Husain Al-Munawar, MA. pada tanggal 28 Mei 2003. Peletakan batu pertama pada tangga 15 Oktober 2001, pada hari itu bertepatan dengan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Kemudian proses pembangunannya dimulai pada tanggal 10 Maret 2002 dan rampung keseluruhan dan sudah dapat dipakai sejak tanggal 13 Oktober 2002.
Arsitektur Masjid Cheng Ho Surabaya
sumber : https://www.surabayarollcake.com/
Masjid Cheng Ho Surabaya di bangun di atas tanah 3.070 meter persegi dan ukuran keseluruhan masjid tidak terlalu besar hanya sekitar 200 meter persegi. Masjid yang didominasi warna merah, hijau dan kuning ini memang mirip klenteng. Unsur Tiongkok lama digunakan pada ornamen yang menghiasi masjid. Ada relief naga dan patung singa dari lilin pada pintu masuk yang berbentuk pagoda. Keberadaan beduk dan Lafadz “ALLAH” dalam tulisan Arab mengenalkan bangunan tersebut adalah masjid.
sumber : https://www.surabayarollcake.com/
Masjid Niu Jie di Beijing yang dibangun pada 996 Masehi menjadi inspirasi arsitektur Masjid Cheng Ho di Indonesia. Gaya arsitektur Hindu-Jawa ada pada mahkota pada ujung atap masjid. Atap berbentuk segi delapan mengambil filosofi Tiongkok Kuno yang bermakna “keberuntungan” atau “kejayaan”. Ruang utama masjid seluas 11 x 9 meter memiliki makna angka 11 sebagai ukuran Ka’bah pada awal pembangunannya dan angka 9 merupakan simbol Wali Songo penyebar agama Islam di tanah Jawa.
Keramik bermotif batu bata melapisi dinding kolom sederhana yang dimiliki Masjid ini. Ada ornamen horizontal dengan warna biru tua dan hijau tua. Kedua warna tersebut juga melapisi bentukan kuda-kuda pada bagian interior masjid. Khas arsitektur India dan Arab juga ada, yaitu bukaan lengkung pada dinding. Ada yang istimewa di Masjid Cheng Ho, yaitu papan nama yang merupakan hadiah dari Duta Besar China untuk Indonesia, Lu Shu Ming. Relief Muhammad Cheng Hoo bersama armada kapalnya juga menghiasi sisi utara masjid.
Kapasitas Masjid
Masjid Cheng Ho Surabaya dbangun di atas lahan dengan luas 21 x 11 meter dengan bangunan masjid seluas lebih kurang 11 x 9 meter, sehingga masjid ini mampu menampung sekitar 200 jama’ah.
Lokasi Masjid Cheng Ho Surabaya
https://www.google.com/maps
Masjid Cheng Ho beralamat di Jalan Gading No. 2, Ketabang, Genteng, Kota Surabaya. Jaraknya berada sekitar 1.000 meter di sebelah utara Gedung Balaikota Surabaya.
Untuk menuju lokasi ini, kamu dapat mengakses melalui Jalan Taman Kusuma Bangsa lalu memenuju arah Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa. Masjid ini terletak di area komplek gedung serba guna Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Surabaya, Jawa Timur.
Tempat Wisata di Sekitar Masjid Cheng Ho Surabaya
Taman Hiburan Rakyat (THR) Kota Surabaya
Taman Hiburan Rakyat Surabaya (THR) merupakan fasilitas umum masyarakat Surabaya yang sering digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan seperti pentas hiburan dan berbagai kegiatan masyarakat di Kota Surabaya. Pada taman ini juga ada wahana hiburan untuk anak-anak sehingga menyenangkan bagi segala usia.
Museum House of Sampoerna
Museum House of Sampoerna (HOS) adalah sebuah museum kretek milik perusahaan rokok Sampoerna yang berloaksi di Taman Sampoerna No. 6, Krembangan Utara, Surabaya. Museum menampilkan koleksi produk rokok dan tembakau dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu juga menampilkan koleksi foto-foto tokoh-tokoh nasional Indonesia, koleksi pernak-pernik yang berhubungan dengan rokok dan tembakau dan juga ada koleksi batik di galeri. Disana pengunjung juga dapat menyaksikan proses pembuatan rokok oleh para buruh pabrik yang bekerja di dalamnya.
Tugu Pahlawan
Monumen landmark Kota Surabaya ini berdiri menjulang setinggi 41,15 meter dan berbentuk lingga atau paku terbalik. Tubuh monumen berbentuk lengkungan-lengkungan (Canalures) sebanyak 10 lengkungan, dan terbagi atas 11 ruas. Tugu Pahlawan ini adalah bangunan sebagai simbol peringatan peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, di mana arek-arek Suroboyo pada waktu itu berjuang melawan pasukan Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia. Monumen Tugu Pahlawan menjadi pusat perhatian setiap tanggal 10 November mengenang peristiwa pada tahun 1945 ketika banyak pahlawan yang gugur dalam perang kemerdekaan.
Monumen Kapal Selam
Monumen Kapal Selam Surabaya atau sering disingkat Monkasel sejatinya adalah sebuah kapal selam KRI Pasopati 410 produksi Uni Soviet (sekarang Rusia) tahun 1952 yang kemudian dialih fungsikan menjadi museum. Monkasel ini lokasinya berada di Embong Kaliasin, Genteng, Kota Surabaya. Kapal selam ini pernah dilibatkan dalam Pertempuran Laut Aru untuk membebaskan Irian Barat dari pendudukan Belanda.
Setelah tidak lagi difungsikan untuk armada tempur, kapal selam ini kemudian dibawa ke darat dan dijadikan sebuah monumen untuk memperingati keberanian pahlawan Indonesia. Monumen Kapal Selam ini berada di Jalan Pemuda, tepat di sebelah Plaza Surabaya.
Selain itu di tempat ini juga terdapat sebuah pemutaran film, di mana ditampilkan proses peperangan yang terjadi di Laut Aru. Bila kamu sedang berkunjung ke monument Kapal Selam ini, akan ada guide atau pemandu yang siap menemani dan menjelaskan sejarah panjang tentang kapal selam yang berubah fungsi menjadi museum ini.