Contents
Masjid Tiban Malang selain sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai Pondok Pesantren Bihaaru Bahri’Asali Fadlaailir Rahmah. Bangunan masjid yang megah dan unik ini menjadi terkenal karena berbagai mitos yang beredar kepada banyak orang tentang keberadaan masjid yang tidak diketahui proses pembangunannya.
sumber : https://travel.detik.com/
Dulu Masjid Tiban Malang adalah sebuah mushola kecil sebagai tempat sholat bagi masyarakat setempat. Kemudian sejak tahun 1963, pemilik mushola Romo KH Rahmat Bahru Mafdo lud din Sholeh dan sang istri, Hajjah Luluk Rifqoh Al-Mahbubah memiliki niat menjadikan mushola tersebut sebagai Pondok Pesantren dengan merombak secara besar-besaran. Akhirnya masjid dan pondok di bangun oleh santri dan beberapa warga sekitar tanpa menggunakan disiplin ilmu arsitektur dan alat berat. Proses pembangunan yang dilakukan pada malam hari ini menjadikan keberadaan Masjid Tiban Malang memiliki mitos-mitos aneh yang beredar di masyarakat. Untuk menampik mitos-mitos yang berkembang, perlu juga diungkapkan fakta-fakta Masjid Tiban Malang.
Dibangun Tanpa Gambar Arsitektur
sumber : https://travel.detik.com/
Pada umumnya sebuah bangunan megah sebelum dilakukan proses pembangunan ada sebuah desain / gambar arsitektur yang digunakan untuk menghitung dan memperkirakan kebutuhan bahan dan kekuatan sebuah bangunan. Belum lagi desain kadang juga memiliki sebuah simbol atau arti yang berhubungan dengan sebuah bangunan tersebut. Tetapi sangat berbeda dengan pembangunan Masjid Tiban Malang ini, desain masjid berdasarkan dari petunjuk yang didapatkan oleh Romo Kiai Ahmad setelah melakukan sholat istikhoroh. Sehingga arsitektur Masjid Tiban Malang ini, masih banyak khalayak umum belum mengetahui makna dari desain masjid tersebut.
Dibangun Tanpa Alat Berat
Proses pembangunan masjid megah pada umumnya selalu menggunakan alat berat seperti traktor dan sejenisnya untuk mempermudah dan mempercepat proses pembangunan masjid. Namun berbeda dengan proses pembangunan Masjid Tiban Malang, pembangunan masjid hanya dilakukan oleh santri pondok dan beberapa warga sekitar. Sehingga bentuk bangunan terlihat tidak beraturan, misalkan bentuk kubah satu dengan kubah lainnya, tingginya tampak berbeda satu dengan lainnya. Meskipun begitu, tampak selalu indah ketika dipandang.
Sedangkan mitos bahwa masjid ini dibangun oleh jin ternyata tidak benar. Karena proses pembangunan masjid dilakukan di saat malam hari ketika masyarakat sudah tertidur. Selain itu bahan bangunan juga didatangkan di saat malam hari supaya tidak mengganggu masyarakat sekitar karena akses jalan menuju masjid hanya satu saja jika siang hari digunakan oleh masyarakat.
Masjid Tiban Malang Adalah Pondok Pesantren
sumber : https://jawatimuran.wordpress.com/
Masjid ini tidak seperti masjid pada umumnya yang digunakan hanya untuk beribadah saja. Tetapi masjid ini memiliki banyak ruangan dengan fungsinya masing-masing, salah satunya sebagai pondok pesantren dan ada juga berfungsi sebagai toko-toko kecil makanan dan peralatan ibadah seperti sajadah, tasbih, sarung, dll.
Bangunan Memiliki 10 Lantai
sumber : https://tr.foursquare.com/
Pembangunan yang tidak melibatkan alat berat ini mampu menjadi bangunan yang memiliki 10 lantai. 10 lantai yang dimiliki bangunan ini bukanlah area masjid semua, tetapi bangunan ini memiliki banyak ruangan dengan berbagai fungsi yang berbeda-beda salah satunya sebagai masjid. Namun, persepsi masyarakat umum semua bangunan megah ini adalah Masjid Tiban Malang. Padahal bangunan 10 lantai tersebut juga ada pondok pesantren, toko-toko kecil, perpustakaan, hingga ruang keluarga.
Ornamen Berwarna Biru dan Putih
sumber : https://tr.foursquare.com/
Ornamen biru dan putih mendominasi eksterior dan interior Masjid Tiban Malang. Bentuk bangunan yang tidak beraturan selalu menyenangkan ketika dipandang karena memiliki ornamen yang didominasi warna biru dan putih.
Tempat Tinggal Pendiri Masjid
Ada sebuah ruangan di lantai satu Masjid Tiban Malang yang memiliki bangunan kuno. Ruangan tersebut dulu menjadi tempat tinggal pendiri masjid dan sekaligus pendiri Ponpes Salafiah Bihaaru Bahri ’Asali Fadlaailir Rahmah, yaitu almarhum KH Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al Mahbub Rohmad Alam.
Mengahabiskan Dana Rp 800 Miliar
Estimasi biaya pembangunan Masjid Tiban Malang dihitung dari kisaran harga tanah area masjid tersebut sejumlah Rp 400 ribu per meter persegi. Area masjid sendiri memiliki luas 6,5 hektar, jadi untuk biaya pembebasan tanah saja sebesar Rp 26 miliar. Sedangkan untuk biaya bangunan diestimasikan sebesar Rp 2 juta per meter persegi, dari luas 6,5 hektar yang tersisi bangunan seluas 4 hektar, sehingga biaya bangunan sebesar 80 miliar dikalikan 10 karena memiliki 10 lantai, dan hasil akhirnya adalah 800 miliar. Sumber dana pembangunan selain dari uang pribadi Kiai Ahmad, juga ada sumbangan santri dan donatur.