Contents
Menara Masjid, kini menjadi bagian dari arsitektur bangunan masjid yang dominan selain kubah masjid. Bangunan menara dengan berbagai model dan menjulang tinggi saat ini memiliki banyak fungsi selain sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan. Di antara fungsi lainnya adalah sebagai obyek wisata yang didalamnya terdapat juga berbagai fungsi setiap lantainya seperti ruang museum mini, cafetaria, menara pandang, dll.
Menara masjid dalam bahasa inggris disebut minaret. Kata minaret ini berasal dari bahasa Arab, ‘Manara’, yang memiliki arti sebuah tempat atau sesuatu yang memberikan cahaya. Bahasa Arab pada abad pertengahan juga memiliki beberapa istilah lain untuk merujuk menara yang dibangun berhubungan dengan masjid, yakni manar, mi’dzana, dan sawma’a. Istilah-istilah ini memiliki sinonim satu dengan lainnya, meskipun fungsi masing-masing istilah tersebut awalnya berbeda.
Fungsi Menara Masjid
sumber : https://travel.dream.co.id/
Dulu fungsi lain menara ternyata sebagai sistem ventilasi bangunan pada iklim yang panas. Di atas menara ada beberapa jendela yang berfungsi mengalirkan udara dingin supaya suhu di dalam masjid menjadi sejuk. Seperti fungsi kubah masjid juga memiliki jendela-jendela kecil di sekeliling bagian bawah kubah sebagai ventilasi supaya ruangan masjid sejuk. Namun, saat ini fungsi menara masjid juga semakin bertambah, seperti adzan via pengeras suara yang diletakkan di puncak menara, dan fungsi lain-lainnya yang terus berkembang yang lebih bermanfaat.
Sejarah Arsitektur Menara Masjid
sumber : https://www.saibumi.com/
Masjid Quba sebagai masjid pertama kali dalam sejarah yang di bangun Nabi Muhammad SAW di Madinah yang tidak memiliki menara. Muadzin mengumandangkan adzan pada waktu itu di atas atap rumah Rasulullah. Arsitektur bangunan masjid pertama kali pada masa Rasulullah hingga masa Khulafaur Rasyidin, tidak ada perubahan yang berarti. Adzan selain dilakukan di ruang kecil puncak teras masjid juga dilakukan di tempat-tempat umum seperti tempat keluar masuknya orang (pintu atau gerbang) karena belum ada pengeras suara.
Baru pada masa pemerintahan Khalifah Dinasti Umayyah, al-Walid I bin Abdul Malik, (memerintah pada 86-97 H/705-715 M) pertama kali menara dimasukkan dalam arsitektur bangunan masjid. Bukti jejak sejarah untuk menguatkan pendapat tersebut adalah di masa pemerintahan al-Walid I memugar bekas basilika Santo Johanes untuk dijadikan masjid agung, sekarang dikenal dengan Masjid Agung Damaskus. Sebelum dibukar, sebelumnya basilika tersebut memiliki dua menara yang berfunsi sebagai penunjuk waktu, lonceng pada siang hari dan kerlipan lampu saat malam.
Pada pemugaran tersebut Al Walid I tidak merubah bangunan kedua menara tersebut yang memiliki arsitektur bizantium. Tetapi Al Walid I justru membangun sebuah menara masjid baru disisi utara halaman masjid, berada tepat di atas Gerbang al-Firdaus (kini dikenal dengan nama Menara Utara Masjid Damaskus). Kemudian khalifah al-Walid pada tahun 706 M juga memugar Masjid Nabawi yang sebelumnya tidak memiliki menara masjid kemudian memiliki dua menara kembar sebagai tempat adzan dikumandangkan. Pada abad ke 12 di dunia Islam timur menara masjid mengalami perkembangan sehingga tidak dijadikan sebagai bagian arsitektur masjid saja, tetapi juga menjadi bagian arsitektur madrasah atau sekolah-sekolah Islam.
Bentuk dan gaya berbeda menara menurut perkembangannya juga ditentukan oleh dinasti kekuasaan saat itu. Seperti Menara tinggi berbentuk segi empat dengan lengkungan ornamental dan kisi-kisi menjadi ciri dari arsitektur kekuasaan Al Muwahhidun pada abad ke-12 yang banyak dibangun di Maghrib bagian barat ataupun jazirah Iberia. Sedangkan menara masjid dengan bagian luar yang spiral seperti pada Masjid Ahmad bin Thulun merupakan ciri khas bangunan menara masjid dimasa kekuasaan Abbasiyah seperti di Samarra pada abad ke-19.
Pada masa dinasti Utsmaniyah di Turki juga mengembangkan gaya arsitektur menara masjid yang berbeda. Ciri khas Menara pada masa Utsmaniyah berbentuk tinggi dan runcing, serta bagian atas berbentuk kerucut. Bangunan menara masjid minimal berjumlah dua dan paling banyak berjumlah enam. Keistimewaan Sultan yang berkuasa ditunjukkan dengan salah satu arsitektur bangunnan khas dan beda dengan lainnya, seperti masjid dan menara menandakan kekuasaan sultan hadir di tempat tersebut.
Konstruksi Menara Masjid
sumber : http://duniamasjid.islamic-center.or.id/
Secara dasar konstruksi menara terdiri dari tiga bagian, yaitu : dasar, poros, dan galeri. Bagian dasar atau pondasi menara harus sebanding dengan ketinggian menara, artinya secara ilmu arsitektur bangunan, bangunan menara masjid akan bertahan dan kuat jika terjadi bencana alam seperti gempa bumi dan angin kencang. Tanah harus digali sampai fondasi keras tercapai, kerikil dan bahan pendukung lainnya digunakan sebagai dasar.
Poros pada menara masjid banyak bentuknya seperti kerucut, persegi, silinder, atau poligonal. Model tangga melingkari poros berlawanan arah jarum jam akan memberikan dukungan struktural sepanjang poros. Namun saat ini, tangga menara jarang difungsikan, karena untuk menuju puncak sekarang sudah dipasang lift. Galeri adalah sebuah balkon yang mengelilingi bagian atas yang dapat dipakai muazin yang melakukan panggilan salat. Tempat ini ditutupi oleh atap seperti kanopi dan dihiasi dengan ornamen, seperti batu bata dekoratif dan ubin, cornice, lengkungan dan prasasti, peralihan bagian dari poros ke galeri biasanya berbentuk muqarnas. Namun saat ini galeri juga mengalami perkembangan.
Menara Masjid Tertua di Dunia
sumber : https://www.republika.co.id/
Menara Masjid Agung Kairouan di Damaskus adalah menara tertua di dunia. Menara masjid ini berada di sisi utara halaman masjid. Menara tua ini memiliki ketinggian 31,5 meter dengan luasa bagian bawahnya 10,7 meter persegi. Menara masjid ini terdiri dari tiga lantai. Pada lantai bawah yang dibangun tahun 728 masih ada inskripsi latin di balok batu besar zaman Rowami. Balok tersebut salah satu material yang dipakai dari bangunan bekas sekitar lokasi.Karena usia dan arsitekturnya yang khas, Menara Masjid Agung Kairouan ini menjadi contoh menara di dunia Islam Barat. Dengan tampilan yang sangat kokoh dan dekorasi yang indah Menara dan Masjid Agung Kairouan tampil sebagai struktur yang harmoni dan menakjubkan.
Menara Masjid Tertinggi di Dunia
sumber : https://properti.kompas.com/
Masjid Agung Algiers atau Djamaa El Djazair di Algeria telah memecahkan rekor dengan bangunan menara setinggi 265 meter. Pembangunan masjid ini membutuhkan waktu selama tujuh tahun. Ketinggian menara masjid ini akhirnya mengalahkan ketinggian menara Masjid Hasan II di Maroko yang hanya memiliki ketinggian 210 meter. Pembangunan masjid ini menelan dana 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14,3 triliun. Kompleks masjid terdiri dari sekolah Al Quran, perpustakaan, restoran, amfiteater, serta pusat penelitian yang didedikasikan untuk sejarah Aljazair. Masjid ini akhirnya menjadi masjid terbesar ketiga di dunia dan terbesar di Afrika.
Menara Masjid Tertinggi di Indonesia
sumber : https://jogja.tribunnews.com/
Masjid Taman Sriwedari Solo memiliki menara tertinggi di Indonesia, dengan ketinggian 114 meter. Masjid ini berlokasi di eks Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari Solo. Awal rencana pembangunan menara masjid ini hanya ketinggian 99 meter. Namun dalam prosesnya tinggi masjid menjadi 114 meter. Sehingga biaya pembangunan jadi membengkak dan menelan biaya Rp 161,5 miliar yang berasal dari dana CSR, BUMN, dan pihak lain.