Contents
Masjid Gedhe Kauman merupakan salah satu peninggalan bersejarah di masa Kerajaan Islam. Masjid yang sudah berusia hampir 3 abad ini berlokasi di sebelah barat Alun-alun Utara dan sebelah barat daya Kraton Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan salah satu Kota Tua yang ada di Tanah Jawa, sehingga banyak peninggalan sejarah dari kota ini, salah satunya Masjid Gedhe Kauman. Keberadaan masjid di masa itu, membuktikan bahwa agama Islam sudah sejak lama menyebar di Tanah Jawa.
sumber : https://www.tuguwisata.com/
Masjid Gedhe Kauman adalah satu-satunya Masjid Agung di Indonesia yang berumur hampir tiga abad dengan begitu banyak nilai sejarah yang terkandung didalamnya. Arsitektur masjid sangat kental dengan unsur Kraton menjadi magnet tersendiri sehingga dijadikan salah satu objek wisata sejarah dan religi bagi wisatawan lokal maupun asing. Masjid Gedhe Kauman beralamat di Kampung Kauman, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta.
Sejarah
sumber : https://www.suaramuhammadiyah.id/
Sejarah Masjid Gedhe Kauman tidak bisa dilepaskan dengan sejarah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kampung Kauman. Pendiri Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah Ngarsa Dalem Sampean Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana I. Masjid Gedhe Kauman didirikan delapan belas tahun setelah berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sehingga masjid ini adalah bagian dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sedangkan Kampung Kauman merupakan kampun yang didirikan sebagai kelengkapan dari keberadaan Masjid Gedhe Kauman untuk tempat tinggal pengurus masjid.
Masjid ini adalah Masjid Kesultanan sehingga fungsi masjid tidak hanya sekedar sebagai tempat ibadah saja. Tetapi, pengurus masjid juga sebagai pejabat kesultanan seperti para imam atau kyai pengulu masjid juga sebagai anggota al-Mahkamah al-Kabirah (Badan Peradilan Kesultanan Yogyakarta) dalam tingkat Peradilan Agama Islam. Imam Besar Masjid Gedhe Kauman juga sebagai ketua Mahkamah yang bergelar Kanjeng Kyai Penghulu.
Dalam pembangunan masjid, Sultan Hamengku Buwana I menunjuk Kyai Wiryokusumo sebagai arsitek yang merancang masjid kesultanan ini. Selanjutnya penghulu pertama di serahkan kepada Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat yang masih saudara ipar dari Sultan Hamengkubuwono I karena Kyai Muhammad Faqih menikah dengan putri pertama Ki Derpoyodo sedangkan Sultan Hamengkubuwono I menikah dengan putri ke dua Ki Derpuyudo. Masjid Gedhe Kauman didirikan di atas tanah seluas 16000 meter persegi. Pembangunan masjid ini selesai di bangun pada tahun hari Ahad 29 Mei 1773 Masehi.
Berselang dua tahun selesai pembangunan masjid, jamaah masjid bertambah banyak sehingga masjid harus diperluas untuk menambah kapasitas masjid. Maka pada tahun 1775 di bangun serambi masjid. Serambi masjid ini diberi nama Al Mahkamah Al Kabirah memiliki fungsi sebagai ruangan Pengadilan Agama Tertinggi pada masa itu. Serambi masjid tersebut juga difungsikan sebagai tempat pertemuan para ulama, pernikahan dan peng-Islaman. Selain pembangunan serambi, dibangun juga PAGONGAN ( Pa= tempat, Gong= salah satu instrumen alat musik Jawa Gamelan sebagai sarana dakwah) yang berada di pelataran masjid.
Di tahun 1840 dibangun lagi Gapura Masjid. Gapuro berasal dari kata Ghofuro yang artinya ampunan dari dosa dengan maksud orang yang masuk melalui gapura melambangkan mencari ampunan atas dosa-dosa yang mereka perbuat. Masjid Gedhe Kauman yang berdiri kokoh pada tahun 1867 di goncang bencana gempa bumi yang hebat. Kejadian alam ini berakibat runtuhnya bangunan serambi masjid dan memakan korban salah satunya Kyai Pengulu saat itu. Tidak lama kemudian Sri Sultan Hamengku Buwana VI membangun kembali serambi Masjid Gedhe Kauman pada tahun 1285 H / 1868 M. Serambi masjid ini dua kali lebih luas dari serambi sebelumnya dan hingga kini masih berdiri kokoh.
Untuk keamanan masjid ketika memperingati hari-hari besar Islam, pada tahun 1917 dibangun 2 Pajagan atau Balemangu yang berada di di kanan kiri gapura masjid. Gedung Pajagan Gedung dipakai oleh para Prajurit Kraton ( tentara Kraton ). Saat mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia, gedung Pajagan ini difungsikan untuk pusat MARKAS ULAMA ASYKAR PERANG SABIL yang membantu TNI melawan Agresi Belanda. Sebelum masa kemerdekaan Indonesia, Masjid Gedhe Kauman mengalami renovasi pada tahun 1933 dengan mengganti lantai serambi masjid dari batu kali menjadi tegel dengan ornamen kembang yang indah dan mengganti atap sirap dengan seng wiron yang tebal dan kuat. Renovasi ini atas perintah Sri Sultan Hamengku Buwana VIII. Tidak berselang lama pada tahun 1936 atas perintah Sri Sultan Hamengku Buwana VIII, lantai dasar masjid diganti dengan marmer dari Italia.
Arsitektur
sumber : https://m.tribunnews.com/
Masjid Gedhe Kauman memiliki arsitektur bergaya Jawa Tradisional sangat tampak pada bentuk bangunannya. Seperti atap masjid bersusun tiga, sedangkan serambi masjid memiliki atap berbentuk limas persegi panjang terbuka. Di dalam ruang utama masjid tampak megah atap masjid dengan ornamen kayu yang penuh ukiran menandakan kebesaran dari Keraton Yogjakarta saat itu. Masjid Gedhe Kauman memiliki dua pintu utama yang berada di sisi timur dan utara. Masjid ini memiliki mimbar tingkat tiga yang terbuat dari kayu seperti sebuah sangkar yang biasa disebut maksura. Lampu bergaya kuno yang ada pada interior masjid memberikan nuansa Jawa pada masa lampau. Sehingga masjid ini sangat kental dengan gaya arsitektur Jawa Kuno.
Halaman depan masjid ditanami pepohonan sehingga suasana menjadi asri. Halaman ini sering difungsikan sebagai tempat untuk acara budaya, seperti Grebeg Sekaten ataupun Grebeg Syawal. Budaya ini selalu mendatangkan banyak pengunjung karena acara ini salah satu dari sarana dakwah Islam yang lunak lewat budaya. Hari ini, Masjid Gedhe Kauman memiliki area parkir yang luas, selain itu memiliki fasilitas kamar mandi yang berjumlah banyak, perpustakaan dan ruang baca. Di area luar halaman masjid terdapat beberapa toko dan lapak yang berjualan aneka makanan sehingga suasana sekitar masjid menjadi ramai dengan pengunjung.
Kegiatan
sumber : https://www.bernas.id/
Masjid Gedhe Kauman hingga hari ini masih berfungsi sebagai tempat ibadah sholat. Kegiatan lainnya yang sering dilakukan di masjid ini adalah Tabligh akbar, pengajian rutin, belajar Al Quran, dan masih banyak kegiatan lainnya. Pada bulan Ramadhan, masjid ini selalu mengadakan pembagian takjil gratis. Selain itu, kegiatan yang menjadi tradisi di masjid ini adalah Grebeg Syawal dan Grebeg Sekaten. Dua kegiatan ini menarik banyak masyarakat untuk hadir, sehingga ketika acara berlangsung, halaman masjid dipenuhi oleh lautan manusia yang menyaksikan kegiatan tersebut..
Lokasi dan Rute
sumber : https://www.google.com/maps
Masjid Gedhe Kauman berlokasi di Jalan Kauman, Ngupasan, Kota Yogyakarta atau terletak di samping Alun-Alun Lor Keraton Jogja. Lokasi yang berdekatan dengan destinasi wisata menarik lain, seperti Keraton Jogja dan Alun-Alun Lor, Benteng Vredeburg, Taman Pintar, Taman Budaya, dan Jalan Malioboro menjadikan lokasi masjid sangat strategis.
Jika sedang berada di kawasan Malioboro, hanya perlu berbelok ke arah kanan (arah barat) dan melewati Jalan K.H Dahlan, lalu ke arah selatan setelah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah hingga menemukan gapura Jalan Kauman. Disitulah Masjid Gedhe Kauman berlokasi.
Fasilitas
sumber : http://www.anishidayah.com/
Masjid yang berfungsi selain tempat ibadah, alias masjid yang menjadi destinasi wisata religi kerana bangunan yang memiliki nilai sejarah. Maka sudah dipastikan akan selalu dipadati oleh pengunjung. Sehingga pihak pengurus masjid harus menambahkan fasilitas-fasilitas pendukung untuk masjid, mulai dari area parkir yang luas, kamar mandi yang banyak, tempat wudhu yang memadai, kantor, perpustakaan, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang membuat pengunjung nyaman.