Contents
Arsitektur Masjid Agung Palembang menjadi salah satu daya tarik para pengunjung, selain masjid ini merupakan bangunan bersejarah yang memiliki usia lebih dari dua abad. Masjid Agung Palembang adalah masjid terbesar di kota Palembang Indonesia. Arsitektur Masjid Agung Palembang terdiri atas ruang utama, serambi, dan bangunan tambahan. Masjid ini berlokasi di pusat Kota Palembang tepatnya berada di Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Ilir Barat I Palembang. Masjid Agung Palembang memiliki dua bangunan utama, yaitu bangunan lama dan bangunan baru. Bangunan lama adalah bangunan asli Masjid Agung Palembang sejak masjid ini dibangun oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikrama, sedangkan bangunan baru adalah bangunan yang sudah beberapa kali dipugar untuk diperluas.
Menarik untuk di bicarakan pada masjid ini adalah tentang arsitekturnya. Masjid yang memiliki perpaduan gaya arsitektur ini menciptakan kesatuan arsitektur Masjid Agung Palembang yang megah dan indah. Di antara keindahan arsitektur masjid ini ada dalam beberapa bagian-bagian bangunan masjid.Eksterior Masjid Agung Palembang bangunan lama bergaya arsitektur China, terlihat pada atap masjid seperti atap pada Klenteng. Sedangkan, Arsitektur Masjid Agung Palembang pada bangunan baru bergaya Eropa terlihat pada pintu masuk masjid dan pilar-pilar bangunan masjid baru yang besar.
Arsitektur Masjid Agung Palembang yang terlihat sekarang merupakan hasil dari renovasi dan pemugaran dari bangunan awal berdiri. Bangunan inti adalah bangunan masjid lama yang tampak khas tanpa ada perubahan sejak berdirinya masjid ini. Kemudian ada bangunan baru yang melingkari bangunan inti, bangunan baru memiliki 3 lantai di sisi belakang, dan bangunan satu lantai di sisi kiri dan kanan bangunan inti. agar lebih mengenal arsitektur Masjid Agung Palembang sebaiknya mengetahui dahulu tahapan perluasan masjid ini.
Perluasan Pertama
sumber : http://www.himapes.com/
Perluasan pertama Masjid Agung Palembang dilakukan pada tahun 1870-1893 dengan menambah ruang di ketiga sisi (selatan, timur, utara) tanpa merubah bangunan lama dengan jarak sekitar 5 meter, dan di arah barat dinding baru menyambung dinding kiblat. Ruang sholat pada bangunan baru dihubungkan dengan ruang sholat pada bangunan lama melalui lubang pintu dengan membongkar jendela pada dinding bangunan lama masjid. Jendela pada bangunan lama sekarang menjadi pintu penghubung bangun baru dan jendela masjid diletakkan pada dinding bangunan baru di bagian luar.
Perluasan Kedua
sumber : http://www.himapes.com/
Perluasan kedua dilakukan pada tahun 1897 dengan menambahkan serambi terbuka selebar 5 meter yang dibatasi oleh deretan pilar-pilar bulat besar bergaya Eropa yang ada pada ketiga sisi masjid (selatan, utara, dan timur). Konstruksi atap serambi dibangun sedikit lebih tinggi dari teritis bangunan lama dan di arah luar menumpu pada deretan pilar-pilar baru, sedang yang di arah dalam atap menumpu pada dinding yang dibangun melapisi dinding bangunan sebelumnya.
Perluasan Ketiga
sumber : http://www.himapes.com/
Pada tahun 1930 dilakukan perluasan ketiga arsitektur Masjid Agung palembang. Perluasan dengan menambahkan lebar 4 meter pada sekeliling serambi masjid yang di bangun pada tahun 1897 dengan merubah strutur atap kemudian menambahkan pilar-pilar baru sebagai penopang sejajar dengan deretan pilar yang dibangun sebelumnya.
Perluasan Keempat
sumber : http://www.himapes.com/
Perluasan keempat arsitektur Masjid Agung palembang dilakukan dengan menambahkan bangunan dua lantai menempel pada serambi yang dibangun sebelumnya di dua arah (selatan dan timur). Perluasan kali ini dilakukan dengan cara bertahap, yaitu pada tahun 1952-1956 dengan membangun lantai lantai bawah. Kemudian pada tahun 1969 dilakukan pembangunan lantai atas atau lantai dua. Selanjutnya di tahun 1970mulai pembangunan menara baru dengan ketinggian 45 meter dan selesai pada tahun 1971. Pengembangan bangunan pada tahap ini memberi tambahan ruang sholat yang cukup memadai di dalam bangunan namun secara visual bangunan dua lantai ini menutupi bangunan yang ada di lapisan dalamnya, bangunan ‘masjid lama’ hanya dapat dilihat dari arah barat dengan sudut pandang yang terbatas.
Renovasi dan Pengembangan
sumber : https://idea.grid.id/
Renovasi dan pengembangan arsitektur Masjid Agung Palembang dilakukan pada tahun 1998-2001 secara garis besar untuk merestorasi bangunan masjid lama dan membangun bangunan pengembangan dengan luas yang mencukupi di sekelilingnya. Restorasi ini dilakukan dengan membongkar beberapa lapis bangunan tambahan membungkus bangunan masjid lama. Kemudian membangun kembali tiga ‘Penampil’ di sisi selatan, timur dan barat yang berfungsi sebagai gerbang masuk ruang sholat ke bentuknya yang asli.
Bangunan pengembangan ini dibangun dengan membungkus dan memanfaatkan sebagian struktur bangunan yang dibangun pada pengembangan sebelumnya. Bangunan satu lantai dibangun di sisi selatan dan sisi utara, menyambung pada bangunan pengembangan tiga lantai, sekaligus sebagai penempatan pintu masuk utama dibangun di sisi timur. Rancangan pintu masuk utama dari arah depan terbentuk oleh beberapa relung pintu yang tinggi. Hasil pembongkaran lapisan bangunan juga memisahkan antara bangunan inti dengan bangunan pengembangan membentuk halaman tengah terbuka.