Contents
Sejarah Masjid Agung Palembang memang sangat menarik untuk dipelajari. Masjid yang sudah memiliki umur lebih dari dua abad ini menjadi saksi sejarah masa lalu pada kekuasaan Kesultanan Palembang. Arsitektur masjid merupakan cermin dari budaya yang berkembang saat itu. Akulturasi ketiga budaya antara budaya Tionghoa, Jawa dan Eropa sangat mempengaruhi bentuk bangunan Masjid Agung Palembang. Sekarang Masjid Agung Palembang menjadi kebanggaan masyarakat Palembang karena selain memiliki nilai sejarah yang tinggi, masjid ini juga memiliki bagunan yang megah dan indah.
Sejarah Masjid Agung Palembang
sumber : http://www.palembang-tourism.com/
Sejarah Masjid Agung Palembang dimulai pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I dari Kesultanan Palembang Darussalam. Pembangunan masjid ini dilakukan pada tahun 1738 sejak peletakan batu pertama hingga mengalami proses pembangunan yang cukup lama sekitar sepuluh tahun dikarenakan bahan material sebagiannya didatangkan dari negeri China dan Eropa, kemudian masjid ini diresmikan pada tahun 1748. Setelah masjid ini berdiri, sejarah Masjid Agung Palembang mencatat bahwa bangunan masjid belum memiliki menara. Sedangkan masjid bernama Masjid Sultan dan memiliki daya tampung 1200 jamaah.
Sejarah Masjid Agung Palembang tidak lepas dari karya arsitek handal dari Eropa. Sang arsitek memiliki konsep memadukan 3 unsur budaya dalam bangunan masjid, yaitu China, Jawa dan Eropa. Gaya arsitektur Jawa tampak bisa dilihat pada struktur bangunan utama yang memiliki bentuk undakan layaknya candi Hindu Jawa dengan bagian puncak berbentuk limas yang berhiaskan ukiran bunga tropis serta jurai daun simbar. Ukiran pada bagian puncak atau atap itulah memiliki unsur budaya China karena menyerupai bangunan-bangunan kelenteng. Sedang unsur Eropa dapat dilihat dari material kaca dan marmer yang diimpor dari Italia serta bentuk jendela masjid yang besar dan tinggi sehingga memberikan kesan yang kokoh.
Pembangunan Menara Masjid
sumber : https://www.genpi.co/
Sejarah Masjid Agung Palembang memiliki menara baru pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Najamudin. Bangunan menara berada terpisah dari banguna masjid tepatnya di sisi barat. Menara pertama masjid ini memiliki ketinggian 20 meter dengan bentuk segi enam bergaya arsitektur China, karena mirip dengan bangunan menara kelenteng yang memiliki atap melengkung di bagian ujungnya. Sejarah Masjid Agung Palembang terus mengalami perubahan seiring dengan bergantinya Sultan yang berkuasa. Bahkan kolonial Belandapun juga pernah memugar masjid ini setelah mengalami kerusakan yang diakibatkan perang besar
Pada tahun 1897 masa pemerintahan Nata Agama Karta Manggala Mustofa Ibnu Raden Kamaluddin menyempurnakan menara yang sudah di bangun sebelumnya. Pada masa pemerintahan tersebut juga dilakukan perluasan hingga pada pasca kemerdekaan Indonesia dilakukan kembali perluasan masjid pada tahun 1966-1969 dengan membangun lantai dua sehingga kapasitas masjid mampu menampung 7.750 jamaah. Satu tahun kemudian di tahun 1970 dibangunlah menara baru dengan ketinggian 45 meter berdekatan dengan bangunan masjid baru. Sejarah Masjid Agung Palembang dalam pemugaran terakhir dilakukan pada tahun 2000 masehi sehingga memiliki kapasitas 9.000 jamaah.
Fasilitas Masjid Agung Palembang
sumber : https://www.tripadvisor.co.id/
Sejarah Masjid Agung Palembang dalam perubahan bangunan yang dimilikinya hingga sekarang, sudah sangat memuaskan para jamaah. Karena Masjid Agung Palembang sudah memiliki fasilitas-fasilitas yang membuat para jamaah nyaman dalam melakukan ibadah.
Fasilitas-fasilitas Masjid Agung Palembang diantaranya :
- Tempat wudhu
- Kantor Pengurus Masjid
- Kantor Yayasan Masjid
- Kantor Ikatan Remaja Masjid
- Kolam air mancur
- Internet gratis
- Perpustakaan
- Tempat parkir
Fasilitas penting dari beberapa fasilitas yang ada salah satunya adlah perpustakaan masjid. Perpustakaan Masjid Agung Palembang berada di lantai 3. Perpustakaan ini berdiri pada tahun 1975 dan memiliki berbagai koleksi buku-buku Islam berusia tua, mulai dari Kitab Kuning, Kitab-kitab yang membahas tentang Tauhid, Fiqih, Tafsir, Hadist serta Sejarah Islam. Perpustakaan ini dibuka untuk umum dari jam 09.00 – 16.00. Di lantai 3 masjid, pengunjung juga bisa melihat indahnya landskap Kota Palembang dari atas ketinggian.
sumber : https://wisatazainal.wordpress.com/
Fasilitas menarik lainnya di Masjid Agung Palembang adalah setiap hari Jumat setelah sholat Jumat, halaman Masjid Agung Palembang diramaikan oleh para pedagang yang menjual berbagai jenis dagangan. Barang-barang yang dijual tidak hanya sebatas buku-buku agama dan perlengkapan beribadah, tapi juga barang-barang kebutuhan sehari-hari serta aneka kuliner mulai dari makanan dan minuman, bahkan kuliner khas Kota Palembang sebenarnya dapat dijumpai di Pasar Jumat ini.