Di kawasan Khaplu terdapat sebuah masjid yang sudah sangat tua yang dibangun oleh Syed Ali Hamdani pada 1314 M dan selesai pada tahun 1384 M. pembangunan masjid itu bertujuan sebagai dakwah di daerah Khaplu. Syed Ali Hamdani sangat dihormati di wilayah tersebut sebagai waliullah. Masjid tersebut dinamakan Masjid Chaqchan yang selalu ramai didatangi oleh orang-orang yang akan melaksanakan ibadah shalat atau belajar kepada beliau. Selain itu tak sedikit dari mereka datang ke masjid Chaqcan untuk menikmati keindahan masjid dan pemandangan di sekitar masjid tersebut. Di Gligit, Baltistan terdapat bangunan warisan sejarah masa lalu yang salah satunya merupakan sebuah masjid kuno dengan gambaran arsitektural unik seni islam kuno.
Pada awalnya Islam masuk ke kawasan Baltistan adalah hasil dari penyebaran dakwah yang dilakukan oleh seorang sufi yaitu Syed Ali Hamdani pada tahun 1314 M hingga 1384 M. Lalu dakwahnya dilanjutkan oleh Syed Muhammad Nurbakhhsh pada tahun 795 H hingga 859 H dan merupakan murid dari Khawaja Ishaq Khatlani yang juga beraliran sufi. Bahkan penduduk disana awalnya adalah orang-orang yang menganut agama Budha namun pada akhirnya mereka masuk agama Islam seiring dengan penyebaran dakwah di tempat tersebut. Beberapa ilmu Islam yang diajarkan pada mereka berupa Qur’an dan Sunnah, Syed Muhammad Nurbakhsh juga menulis buku fiqh dan usuluddin.
Pada hidupnya Syed Ali Hamdani menulis buku yang berjumlah 170 buku sama halnya dengan Syed Nuhannad Nurbakhsh yang telah menulis setengah lusin buku dalam bahasa Parsi dan Arab. Hingga akhirnya pengaruh dari kedua guru besar ini menyebar hingga ke kawasan Kashmir hingga ke Tajikistan dan Iran. Hingga sekarang materi ajaran beliau masih dapat ditemukan di perpustakaan ‘Barat’ di Khaplu dan di perpustakaan Islam Shuffa di Madrasah Shah Hamdani.
Sebagian besar bahan bangunan masjid menggunakan kayu tak heran masjid Chaqchan telah mengalami beberapa kerusakan termakan usia. Dalam masjid itu juga terdapat banyak ukiran kayu yang sangat indah dengan ukiran Tibet menggunakan kayu pilihan. Agar masjid Chaqchan tidak ambruk maka Aga Khan melakukan restorasi total dan mengembalikan kepada bentuk asli semula. Selain itu, restorasi ini dilakukan agar salah satu warisan budaya ini tidak hilang dan tetap berdiri kokoh sebagai pusat peribadahan umat islam.
Dilihat dari luar masjid Chaqchan tidak terlihat sebagai tempat beribadah umat muslim. Pondasinya berasal dari kayu berupa susunan batu alam dan semen sangat kental dengan sentuhan seni tradisional Tibet. Bahkan bentuk bangunan serta ornament-ornamen di masjid Chaqchan identik dengan peribadahan Budha di Tibet. Sangat wajar karena 700 tahun lalu wilayah ini banyak dihuni oleh penduduk beragama Budha.
Hiasan lainnya yang melekat di masjid Chaqchan adalah ukiran kayu yang terdapat pada seluruh fasad bangunan dibagian dalam dan luar. Ukiran tersebut berbentuk geometris dan floral yang beraneka warna warni dapat ditemukan di dinding bagian luar dan dalam masjid. Selain itu ada hal unik di masjid Chaqchan yaitu dua lantai yang dipakai di musim yang berbeda. Pada musim dingin para jamaah menggunakan lantai dasar sedangkan pada musim panas bagian lantai atas digunakan para jamaah untuk melaksanakan ibadah shalat.
Terdapat empat tiang kayu yang berfungsi untuk menopang struktur bangunan atap masjid Chaqchan. Di keseluruhan plafon ini juga terdapat ukiran geometris warna warni yang begiru indah dan mempesona. Ukiran tersebut hanya ada di bagian plafon dan dinding masjid namun tidak ditemukan pada bagian jendela dan pintu masjid. Di dalam masjid ini ada mihrab yang bentuknya kecil yang berupa ceruk dan dipenuhi oleh hiasan geometris. Mimbar disediakan disebelah mihrab dan juga terbuat dari kayu dengan satu anak tangga ditinggikan dari permukaan lantai dan ditinggikan lagi untuk tempat duduk sang khatib.