Tak hanya di Indonesia yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam, tetapi di Tunisia mayoritas masyarakatnya juga merupakan penduduk beragama Islam. Tunisia merupakan negeri muslim arab yang berada di ujung utara benua Afrika.
Terdapat beberapa persamaan antara Tunisia dan Indonesia yaitu negara Tunisia pernah tejadi demo besar-besaran menuntut presidennya yang kala itu adalah Presiden Ben Ali agar turun dari jabatannya. Sama persis dengan Indonesia, yang pernah melakukan demonstrasi masa untuk menurunkan presidennya dan pernah juga di jajah oleh negara Eropa. Selain itu di setiap kota di Tunisia memiliki masjid Agung yang biasanya menjadi ikon tersendiri bagi kota tersebut. Sama halnya di Indonesia terdapat masjid Agung di masing-asing kota dengan ciri khasnya yang berbeda. Salah satu masjid yang paling populer di Tunisia berada di kota Kairouan dan merupakan masjid Agung di kota itu.
Nama resmi dari masjid Agung di Kairouan ini adalah Masjid “Uqba Bin Nafi“ atau dikenal juga dengan nama “Sidi Uqba dan Uqba Bin Nafis”. Nama tersebut diambil dari salah satu seorang sahabat Rasululllah SAW yang juga merupakan seorang panglima perang Islam penakluk Afrika Utara. Pada tahun 670 M Uqba Bin Nafi pula yang pertama kali mendirikan masjid ini dan menjadi seorang penguasa muslim pertama di Kairouan, Tunisia. Selain itu, Masjid ini juga masuk dalam salah satu masjid tertua di dunia.
Tepatnya masjid Agung Kairouan berada di timur laut wilayah medina kota Kairouan dan juga masuk ke dalam wilayah Houmat a-Jami sebagai perkembangan wilayahnya hingga ke arah selatan. Dari Tunis, yaitu ibukota Tunisia menuju kota Kairouan dapat ditempuh dengan jarak 116 kilometer. Dalam perjalanannya menuju kesana membutuhkan tenaga yang lumayan karena melewati padang rumput yang kering. Tak hanya itu, dalam perjalanan akan menemukan banyak pohon anggur dan pohon zaitun di sepanjang jalan. Bahkan terdapat pohon zaitun yang masih berbuah meskipun usianya sudah berumur lebih dari 1000 tahun.
Pada awalnya kota Kairouan merupakan kota yang kecil dan tidak seramai pada saat ini. Tempat ini menjadi jalur perdagangan berkembang menjadi kota ilmu pengetahuan dan pertanian juga salah satu tempat wisata yang selalu ramai dikunjungi oleh beberapa wisatawan.
Masjid Agung Kairouan pernah hancur lebur pada tahun 690 M atau tepatnya 20 tahun setelah selesai pembangunan masjid. Kehancuran tersebut dikarenakan adanya serbuan dari pasukkan suku Barbar yang datang menyerbu kota Kairouan dibawah pimpinan Kusaila. Selanjutnya pada tahun 703 M masjid ini dibangun kembali oleh Hasan bin Al-Nu’man dengan kapasitas yang lebih luas, karena penduduk disana semakin bertambah banyak maka bertambah pula jamaah masjid. Dalam proses pembangunan tersebut masjid Agung Kairouan diruntuhkan secara keseluruhan namun tetap menyisakan bagian mihrab masjid.
Kini masjid Agung Kairouan berdiri di atas lahan seluas 9000 meter pesegi dengan tembok dinding yang sangat besar ditambah dengan sembilan gerbang utama. Tak hanya umat muslim saja yang bisa mengunjungi masjid ini tetapi non-muslim pun di izinkan untuk menunjungi masjid Agung Kairouan dengan syarat pakaiannya harus rapi dan menggunakan busana muslim.
Bahan yang digunakan untuk membuat halaman tengah masjid adalah bongkahan batu besar yang berbentuk segi empat. Disini para jamaah atau pengujung dapat menikmati setiap keindahan masjid dengan dihiasi oleh 400 pilar tua. Dibagian ujung utara halaman, terdapat menara masjid yang tingginya mencapai 115 kaki dan terdiri dari tiga lantai. Pada ruangan lorong tengah terdapat mihrab yang berasal dari abad ke 9 M terbuat dari kayu dan dipenuhi dengan ukiran sangat cantik.