Masjid yang diberi nama “Al-Markaz Al-Islami” ini dikelola oleh Yayasan Islamic Center dan merupakan masjid termegah dan terbesar di titik sentral kawasan timur Indonesia, yaitu Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Tepatnya berlokasi di Jln. Masjid raya, No. 92C, Timungan Lompoa Bontoala, Makassar, Sulawesi Selatan.
Masjid yang bernuansa monumental tersebut sampai sekarang masih berdiri kokoh dan menjadi pusat peradaban serta pengkajian Islam. Masjid ini juga mencerminkan kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan yang beradab, agamis dan totalitas bernafaskan Islam. Apalagi terdapat beberapa arsitektur asli masjid Mekkah dan Madinah yang turut diadopsi dalam pembangunan masjid, serta ornamen-ornamen dan Interior masjid yang didesain sedemikian rupa mirip masjid Islam pada umumnya.
Masjid megah ini dirancang oleh seorang arsitek ternama yang sudah sangat berpengalaman pada pembangunan masjid besar, Ir. Ahmad Nu’man. Arsitektur masjid ini mengadopsi arsitektur Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawa di Madinah. Meskipun ada unsur masjid dari Mekkah dan Madinah, namun Ir. Ahmad Nu’man tidak lupa untuk tetap memasukkan arsitektur khusus dari budaya khas Sulawesi Selatan. Hal ini bisa dilihat dari atap yang berbentuk kuncup segi empat seperti Masjid Katangka, Gowa yang saat ini menjadi masjid tertua di Sulawesi Selatan. Selain itu, bentuk-bentuk rumah bugis Makassar pada umumnya juga dimasukkan pada sebagian arsitektur masjid.
Untuk pondasi bangunan dibuat dengan 450 tiang pancang dengan kedalaman 21 meter. Bagian atap dibuat dari bahan baku tembaga atau tegola buatan Italia. Kemudian dinding lantai pertama menggunakan keramik, sedangkan lantai dua dan tiga menggunakan bahan baku batu granit.
Dinding mihrab di buat sedemikian rupa dengan bahan granit hitam berhiaskan kaligrafi unik segi empat yang terbuat dari tembaga kekuning-kuningan, sehingga mihrab menjadi sentralisasi visual yang apik.
Kaligrafi yang berada pada mihrab diantaranya bertuliskan “Laa Ilaaha Illallah, Muhammadur rasulullah”, dan tertulis juga surat Al-Baqarah ayat 144.
Sedangkan untuk arsitektur menara, masjid ini memiliki menara setinggi 84 meter, dengan ukuran 3 meter persegi. Tinggi menara ini hanya berselisih 1 meter saja dari ketinggian menara yang dimiliki oleh Masjid nabawi. Pada seperempat dari ketinggian menara, tepatnya pada ketinggian sekitar 20 meter terdapat bak penampungan air dengan volume 30 meter3.
Keunikan masjid ini juga terletak pada namanya, yaitu sejak akhir Desember 2005 lalu, Yayasan Islamic Center melakukan pertemuan dijakarta, akhirnya terciptalah nama “Al-Markaz Al-islami Jenderal M. Yusuf” yang diadopsi dari mantan Ketua BPK (Alm) Jenderal M. Jusuf, seorang pencetus pembangunan kompeks masjid tersebut.
Sebenarnya pada waktu itu, M. Jusuf tidak setuju bahwa namanya akan digunakan untuk penamaan masjid sebelum tiba “waktu yang tepat”. Kata-kata tersebut kemudian ditafsikan sebagai tanda bahwa nama M. Jusuf boleh dipakai jika pemilik nama tersebut sudah meninggal dunia.
Akhirnya disepakati bersama dalam Yayasan Islamic Center bahwa, nama yang akan digunakan untuk masjid yang berdiri di bekas kampus Universitas Hasanuddin tersebut adalah “Al-Markaz Al-Islami”, atau bisa diartikan sebagai Masjid Pusat Islam atau Masjid Islamic Center. Masjid ini sampai saat ini digunakan secara resmi sebagai Pusat Ibadah serta Kebudayaan Islam di daerah Makassar.
Hingga kini pun nama M. Jusuf juga tetap dipertahankan sebagai nama pelengkap masjid tersebut, karena jasa yang diberikan M. Jusuf terhadap pembangunan masjid ini sangat besar.