Hingga keberbagai wilayah manapun di Negara Indonesia sangat mudah untuk menemukan bangunan masjid. Tak heran demikian karena kebanyakan dari masyarakat Indonesia beragama islam. Bahkan di pulau yang terpencil pun masih terdapat umat muslim meskipun termasuk minoritas. Di Kupang sendiri terdapat sebuah bangunan masjid bernama Masjid Agung Air Mata. Air mata sendiri adalah nama salah satu dari tiga kawasan pemukiman muslim yang berada di kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ternyata nama dari Air mata sendiri memiliki dua makna. Pertama yaitu kawasan inimemang merupakan sebuah sumber mata air yang berasal dari sungai yang membelah kota Kupang. Kemudian makna kedua yaitu di tempat tersebut banyak sekali airmata yang tumpah akibat dari kekejaman pemerintah Belanda dan Jepang yang pada saat itu menjajah di kota Kupang. Pada masa itu sangat kelam dimana setidaknya terdapat tiga ulama yang ditangkap dan diasingkan oleh Belanda hingga mereka wafat dan dimakamkan di tempat tersebut. Ketiga ulama tersebut adalah Kiyai Arsyad yang berasal dari Banten, Dipari Amir Baheain yang berasal dari Bangka dan Sultan Dompu yang berasal dari Bima. Dari ketiga tokoh ulama tersebut juga yang menyebarkan agama islam di Kupang dan sekitarnya. Setelah mereka wafat, makamnya berada dekat dengan sebuah komplek yang saat ini dikenal dengan nama Kuburan Batu Kadera.
Masjid Agung Airmata atau masjid Agung Al-Baitul Qadim Airmata tepatnya berada di Kelurahan Air mata, Kota Kupang Nusa Tenggata Timur. Pemukiman muslim pertama di Kupang tepatnya berada di Kelurahan Air Mata. Keberadaaan masjid Air Mata ini menjadi sebuah symbol pemersatu umat beragama yang berada di Kupang. Hal tersebut dikarenakan pada awal pembangunannya, proses tersebut dibantu oleh para kaum Nasrani yang bergotong royong mendirikan masjid Agung Air Mata. Masjid ini menjadi salah satu objek wisata rohani yang berada di Kupang. Sehingga masjid Agung Mata Air tak jarang dikunjungi oleh para masyarakat luar atau wisatawan dari berbagai wilayah lainnya.
Bangunan masjid Agung Air Mata ini berdiri diatas lahan tanah hibah Sya’ban bin Sanga Kala. Tepatnya dimulai pada tahun 1806 silam bersama dengan Kiyai Arsyad turut serta dalam proses pembangunan masjid tersebut. Masjid Agung Air Mata juga merupakan pusat dari penyebaran agama islam pada masa itu hingga ke Timor Portugis atau saat ini dikenal dengan nama Timor Leste. Syahban bin Sanga Kala sendiri adalah seorang warga muslim pertama yang menginjakan kakinya di Pulau Timor dalam sebuah pelayarannya dari Pulau Solor Flores Timur. Beliau sendiri berasal dari Mananga yaitu sebuah kampong yang berada di Pulau Solor bagian barat.
Dilihat dari bangunan masjid Agung Air Mata, masjid tersebut memiliki desain antara unsur budaya Flores Timur dan Arab. Hal tersebut memiliki simbol tersendiri dimana bertujuan sebagai perlawanan terhadap koloni Belanda dan Jepang yang pada masa itu berkuasa. Selain itu ditambah dengan perpaduan dari seni arsitektur Jawa dan Cina. Masjid tersebut berukuran 10 x 10 meter serta bentuknya seperti joglo dan atapnya berasal dari genteng.
Pada tahun 1984 masjid Agung Air Mata pernah dilakukan pemugaran secara total yang diprakasai oleh Imam H. Birando bin Taher sehingga masjid tersebut yang saat ini merupakan hasil dari renovasi total sebelumnya. Pemugaran masjid tersebut juga atas persetujuan jamaah setempat. Alasannya yaitu bertambah pesat warga muslim di wilayah tersebut serta bangunannya sendiri terlihat sudah sangat rapuh dan lebih baik untuk dilakukan renovasi total. Hingga kini masjid tersebut masih berdiri kokoh dengan tembok dindingnya yang berwarna putih.