Masjid Al-Falah Jambi atau biasa disebut dengan julukan “Masjid Seribu Tiang”, terletak di Jln. Sultan Thaha No.60, Desa Legok, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi, Provinsi Jambi. Kota Jambi dan Provinsi Jambi terkenal dengan sungai Batanghari, yang merupakan sungai terbesar di Pulau Sumatera. Kota Jambi memiliki masjid agung yang memiliki nilai sejarah yang tinggi yaitu “Masjid Agung Al-Falah” atau biasa di sebut dengan julukan “Masjid Seribu Tiang”. Julukan tersebut muncul dari para pendatang yang singgah di masjid ini dan terkejut dengan puluhan bahkan ratusan tiang penyangga atap masjid. Keunikan lain pun muncul, yaitu masjid ini tidak memiliki pintu maupun jendela satu pun.
Sekilas Sejarah Masjid Agung Al-Falah Jambi
Sebenarnya sampai saat ini tidak ada yang tau cerita resmi bagaimana dan kapan masjid ini dibangun. Namun, menurut cerita dari pengurus masjid, tempat berdirinya masjid ini merupakan pusat kerajaan Melayu Jambi pada zaman dahulu, tepatnya sebelaum abad ke-18 Masehi. Namun pada sekitar tahun 1880-an kerajaan Melayu Jambi dikuasai oleh penjajah Belanda, kemudian dialihfungsikan sebagai pusat pemerintahan dan juga benteng.
Singkat cerita, pada tahun 1858, Sultan Thaha Syaifuddin naik tahta menjadi raja dan membatalkan semua perjanjian yang ditelah dibuat mendiang ayahnya dengan belanda, karena dianggap sangat merugikan pihak kerajaan. Akhirnya pihak penjajah sangat marah dengan keputusan tersebut dan mengancam akan menyerang istana.
Namun, pihak kerajaan malah lebih dulu menyerang beberapa pos Belanda, akhirnya Belanda menyerang balik istana dan peperangan yang hebat pecah. Pada waktu itu pihak Belanda berhasil membumi hanguskan seluruh komplek istana. Akhirnya pada tahun 1885 komplek istana dirubah menjadi pusat pemerintahan Belanda di pulau Sumatera dan juga sebagai benteng kokoh penjajah. Pada tahun 1906, lokasi tersebut kemudian dijadikan asrama tentara dan juga tempat pemerintahan karesidenan.
Setelah Indonesia merdeka, gagasan pembangunan Masjid Agung didaerah tersebut mulai muncul pada tahun 1960-an. Kemudian gagasan tersebut baru disetujui dan dimulai pembangunannya pada tahun 1971. Perlu sekitar 9 tahun untuk menyelesaikan secara keseluruhan bangunan masjid ini, baru pada tahun 1980, masjid ini selesai dan diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Arsitektur Masjid Agung Al-Falah Jambi
Masjid yang sampai saat ini disebut dengan Masjid Seribu Tiang dan menjadi kebanggaan masyarakat jambi ini berdiri diatas lahan sekitar 26.890 meter persegi, atau lebih dari 2,7 hektar. kemudian untuk luas bangunan utamanya sekitar 6.400 meter persegi dengan ukuran 80 m x 80 m. Dengan ukurannya yang cukup luas, masjid ini mampu menambung lebih dari 10 ribu jamaah secara bersamaan.
Dari awal dibangun pada tahun 1971-an sampai saat ini, bangunan masjid beserta arsitekturnya masih dipertahankan seperti aslinya. Meskipun ada beberapa renovasi yang terjadi seperti pada tahun 2008 lalu, bagian yang di renovasi hanya pembungkus tiang serta ornamen-ornamen di dalam masjid saja.
Masjid Agung Al-Falah dibangun dengan kubah yang besar dan juga menara yang menjulang tinggi. Keseluruhan material bangunan masjid menggunakan beton bertulang. Sekilas jika kita melihat puluhan tiang penyangga masjid ini, kita seperti melihat bangunan khas Roma, Italia.
Keunikan masjid ini adalah tidak memiliki pintu maupun jendela satu pun, dimana hal ini sejalan dengan nama masjid tersebut. “Al-Falah” berarti “Kebebasan / Kemenangan”, jadi filosofi yang diambil adalah kebebasan / kemenangan / kemerdekaan tanpa ada kekangan atau kungkungan dari hal apapun.
Jika kita menghitung tiang yang ada di bangunan utama masjid, jumlah totalnya adalah 256 buah tiang. Meskipun begitu, masjid ini tetap memiliki julukan sebagai “Masjid Seribu Tiang”.