Kota Martapura merupakan suatu kota yang sangat terkenal di dunia Internasional yang terletak di Provinsi Kalimantan. Martapura terkenal dengan kota produksi intan, tak heran jika kemudian kota ini menjadi sangat kaya dan memiliki sebuah masjid yang memiliki kemegahan yang sangat tinggi. Masjid tersebut bernama “Masjid Agung Al-Karomah”, yang sekaligus menjadi masjid terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan.
Masjid Agung Al-Karomah pada awalnya disebut dengan Masjid Jami’ martapura, dibangun hanya dari bahan baku kayu ulin, dan arsitekturnya meniru gaya dari Masjid Agung Demak. Namun, arsitektur dan bangunan asli dengan atap limas bersusun tiga tidak bisa kita lihat lagi karena renovasi ulang sudah dilakukan kepada bangunan masjid ini agar terlihat sebagai masjid yang besar dan luas.
Lokasi Masjid Agung Al-Karomah ini terlatak di Kota Martapura, Kapubaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Jika ditempuh dengan kendaraan bermotor, jarak antara kota Banjarmasin dan masjid ini terpaut 1 jam perjalanan.
Sejarah Masjid Agung Al-Karomah
Masjid Agung Al-Karomah pada awalnya disebut dengan Masjid Jami’ Martapura. Didirikan oleh H.M Nasir, H.M Taher, dan H.M Apip. Pada saat pembangunannya ketiga panitia pembangunan tersebut didukung langsung oleh Raden Tumenggung Kesuma Yuda, dan didukung juga oleh Mufti H.M Noor.
Masjid ini dibangun persis seperti Masjid Agung Demak, dengan atap limas bersusun tiga, dan 4 soko guru yang kesemuanya terbuat dari bahan kayu ulin (kayu besi) asli. Bahkan seorang utusan dari Martapura juga di tugaskan untuk mencatat desain Masjid Demak lengkap beserta ukuran dan skalanya, yang akan digunakan dalam proses pembangunan masjid ini.
Pembangunan Masjid Agung Al-Karomah dimulai pada tanggal 05 Desember 1897 Masehi, dengan bahan baku mayoritas berasal dari Papan dan Kayu Ulin. Pada awalnya masjid ini dibangun dengan ukuran 37,5 x 37,5 meter. Bangunan masjid ini selesai dan diresmikan pada tanggal 12 Rabiul Awal 1415 Hijriyah, atau bertepatan dengan perayaan hari kelahiran Nabi Muhamma SAW.
Sejak dibangun hingga saat ini, Bangunan Masjid Agung Al-Karomah sudah mengalami tiga kali renovasi. Renovasi yang terakhir tercatat pada tahun 2004, dan merubah masjid yang bernuansa klasik menjadi masjid yang memiliki nilai modern dan kemegahan yang tinggi. Tidak heran jika biaya yang dihabiskan mencapai angka Rp. 27 miliar, karena berbagai bangunan dan fasilitas modern turut dibangun di dalam masjid ini.
Namun, ada beberapa bagian bangunan masjid yang masih tetap dipertahankan hingga kini, seperti 4 soko guru yang terdapat di ruang utama sholat. Tiang tersebut masih dipertahankan sampai sekarang mengingat ciri khas masjid tersebut terlihat pada soko guru yang sudah berumur ratusan tahun tersebut, apalagi soko guru tersebut belum mengalami kerusakan yang berarti.
Arsitektur Masjid Agung Al-Karomah
Masjid Agung Al-Karomah atau Masjid Jami’ Martapura ini mengadopsi seni bina bangunan khas Eropa yang digabungkan dengan gaya masjid yang ada di timur tengah serta beberapa gaya tradisional asli Demak masih dipertahankan. Masjid megah yang dibalut dengan warna hijau ini hanya menyisakan 4 soko guru sebagai bangunan asli dari masjid tersebut.
Selain soko guru, ternyata ada sebuah mimbar yang juga masih asli dan masih tetap dipergunakan hingga kini. Mimbar tersebut juga dibuat dengan bahan baku kayu ulin, dengan berbagai ukiran bunga dan sulur-suluran yang menghiasinya.
Masjid Al-Karomah Martapura saat ini menjadi simbol khusus bagi Kota Martapura yang terkenal kaya dengan produksi Intan-nya. Masjid ini bahkan terlihat begitu indah di malam hari, dihiasi dengan berbagai kilauan lampu hias yang sengaja dipasang untuk menghasilkan keindahan tersendiri.