Nama Coquimbo pastilah sangat asing bagi pengengaran orang Indonesia pada umumnya, karena memang jarang sekali dijelaskan di pelajaran sekolah maupun jarang di singgung di media sosial. Coquimbo merupakan kota di negara Chile, Chile sendiri merupakan negara yang umat muslimnya hanya minoritas, dan mayoritas penduduknya beragama katolik.
Dari data statistik yang tersedia menunjukkan bahwa umat muslim di Chile hanya sekitar 4.000 orang saja, atau kurang dari 1% dari total penduduknya. Meskipun hanya kurang dari 1%, namun jumlah tersebut tidak lantas menyurutkan semangat umat muslim disana, bahkan mereka justru membuat beberapa komunitas muslim sepeti Sociedad Musulmana de Chile (Komunitas Muslim Chile). Beberapa masjid pun turut dibangun seperti Chile Mezquita As-Salam, Mezquita Bilal, dan Masjid Agung Coquimbo yang akan kita bahas kali ini.
Masjid Agung Coquimbo atau biasa dikenal dengan “The Mohammed VI Center for Dialogue of Civilizations”, terletak di Coquimbo, Chile. Ada yang unik dari pendirian masjid ini, yaitu pembangunan masjid ini bukan berasal dari gagasan orang islam, maupun komunitas muslim disana, namun berasal dari para pemeluk agama Katolik yang ingin membangun sebuah monumental representasi dari 3 agama samawi : Yahudi, Kristn dan Islam, kemudian dijadikan sebagai simbol Kota Coquimbo.
Masjid Agung Coquimbo memang sengaja dibangun di atas bukit, agar sebuah landmar kota Coquimbo tersebut dapat di lihat dari kejauhan. Bahkan kita bisa melihanya dari seluruh pejuru kota Coquimbo. Tempat berdirinya Masjid Agung Coquimbo di sebuah puncak bukil Villa Dominant. Untuk mencapai bukit tersebut, pengunjung harus menempuh Jln. Videla Avenue yang terbuhung dengan Ruta Panamarecana La Serena.
Arsitektural Masjid Agung Coquimbo – Chile
Masjid Agung Coquimbo memang sengaja dibangun di atas puncak bukit Villa Dominant, dengan satu menara setinggi 40 meter yang meniru desain dari menara Masjid Koutoubia, Marrakech, Maroko. Menara tersebut didesain sedemikian rupa mengadopsi budaya Moor (Maroko), dengan denah segi empat dengan puncak yang lancip. Pembangunan masjid ini melibatkan berbagai arsitek mulai dari arsitek arab, hingga pimpinan arsitek, Faissal Cherradi yang berasal dari Marokok.
Keseluruhan luas bangunan masjid ini mencapai 722 meter persegi. Terdiri dari dua ruang sholat utama, perpustakaan, dan museum. Perpustakaan dan Museum tersebut selalu terbuka untuk umum, artinya umat non-muslim pun juga diizinkan untuk berkunjung ke perpustakaan maupun museum, dan tidak diperbolehkan mengunjungi ruang sholat. Namun, syarat yang harus dilakukan adalah menutup aurat mereka.
Sejarah Masjid Agung Coquimbo – Chile
Pendirian Masjid Agung Coquimbo merupakan sebuah gagasan yang dibuat oleh Pedro Velasquez, Walikota Coquimbo pada saat itu. Ia sangat antusias untuk membuat 3 landmark kota Coquimbo yang akan mewakili tiga agama yang bertempat disana yaitu Islam, Kristen dan Yahudi.
Masjid Agung Coquimbo didirikan setinggi 36 meter, dan sekaligus menjadi sebuah landmark baru bagi kota Coquimbo. Bangunannya menjadi landmark kedua yang selesai dibangun setelah Gereja Katholik Cross of The Third Millennium yang sudah selesai dibangun. Barulah landmark ketiga berupa bangunan Sinagog Yahudi akan dibangun.
Rencana yang digagas oleh Pedro Velazquest ini sudah muncul sejak tahun 2004 lalu, namun pembangunannya membutuhkan waktu yang relatif lama, selesai dan diresmikan pada tanggal 14 Maret 2007 pada era masa pemerintahan selanjutnya yang dipimpin oleh Walikota Oscar Preira.
Upacara peresmian ketiga landmark kota Coquimbo tersebut dilakukan di kaki bukit The Village Parent. Bahkan berbagai ragam acara turut diadakan pada saat peresmian tersebut, seperti seremonial, pengibaran bendera Chile, sambutan dari para pejabat penting, dan lain sebagainya.