Masjid Agung Pondok Tinggi menjadi masjid tertua di Kota Keirnci atau Kota Sungai Penuh, tepatnya di Jln. Soekarno Hatta / Jln. Depati Payung, Desa Pondok Tinggi, Kecamatan & Kiota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Pembangunan masjid ini dilakukan pada tahun 1874 Masehi, sekaligus menjadi bukti nyata proses penyebaran agama islam di wilayah Sungai Penuh / Kerinci.
Sebelum Masjid Agung Pondok Tinggi ini mengalami renovasi yang dilakukan oleh pemerintah Belanda, arsitekturnya sangat mirip dengan rancangan masjid Batu Al-Ikhsaniyah di Seberang Kota Jambi dan Masjid Jami’ Bengkulu. Menurut cerita warga setempat, masjid ini dibangun pada tahun 1874 Masehi dan selesai pada tahun 1902 atas dana dari swadaya masyarakat muslim setempat.
Masjid Agung Pondok Tinggi merupakan hasil dari Gotong-royong yang dilakukan oleh warga sekitar Desa Pondok Tinggi, Sungai Penuh Jambi. Pada saat pertama kali dibangun, sebenarnya masyarakat muslim disekitar masjid hanya berjumlah tidak lebih dari 90 kepala keluarga saja, namun gotong-royong yang dilakukan seluruh masyarakat dapat menciptakan satu bangunan masjid yang megah dengan khas budayanya. Ibu-ibu bertugas untuk memasak dan mengumpulkan kayu, sedangkan bapak-bapak bertugas untuk mendirikan bangunan masjid tersebut. Beberapa pertunjukan seperti pencak silat juga turut dihadirkan pada saat malam hari, agar semangat kerja untuk mendirikan masjid dapat bertambah.
Menurut cerita turu warga setempat, dimulainya pembangunan masjid ini ditandai dengan pesta keramaian selama tujuh hari tujuh malam, dengan hidangan 12 kerbau, yang dihadiri oleh seluruh warga sekitar, dan turut mengundang seorang pangeran pemangku dari Jambi.
Pada awalnya, dinding masjid ini hanya dibuat dari anyaman bambu saja, tepatnya pada tahun 1890-an, akhirnya pada renovasi berikutnya dinding dari anyaman bambu tersebut diganti dengan kayu berukir yang sangat indah.
Arsitektural Masjid Agung Pondok Tinggi
Seni Bina Bangunan Masjid Agung Pondok Tinggi ini dibuat mengikuti contoh arsitektur masjid asli Nusantara dengan ciri atap Limas Tumpang Tiga yang mengibaratkan pedoman hidup, Iman, Islam dan Ikhsan.
Masjid Agung Pondok Tinggi memiliki 36 tiang penyangga, yang dibagi menjadi 3 kelompok tiang, masing-masing yaitu tiang tuo atau panjang sembilan, panjang lima atau panjang limau, dan juga panjang dua atau tiang panjang duea. Tiang-tiang tersebut ditata sesuai dengan ukurannya, komposisi dan letaknya yang sangat terhitung dengan rapi.
Masjid Agung Pondok Tinggi dibuat berukuran 30 x 30 meter dengan tinggi bangunannya mencapai 100 kaki, atau 30,5 meter. Dinding masjid terbuat dari kayu ukir sulur-suluran dan bunga yang sekaligus berfungsi sebagai ventilasi. Pada setiap sudut didindingnya terdapat hiasan motif sulur, sedangkan pada bagian lantai terbuat dari ubin. Masjid ini juga memiliki 2 buah pintu berdaun ganda yang juga turut memiliki ukiran sulur-suluran.
Bagian Mihrabnya berdenah persegi panjang dengan ukuran 3,10 x 2,40 meter. Pada bagian depan mihrab terdapat bentuk lengkungan yang dihias dengan ukiran geometris. Keunikan yang dimiliki masjid ini adalah tempat muadzin dalam mengumandangkan adzan terletak di atas tiang utama masjid, untuk mencapai tempat tersebut dibuat beberapa anak tangga yang juga diukir sedemikian rupa sampai ke sebuah panggung kecil berukuran 2,60 x 2,60 meter, dikelilingi oleh pagar yang berhiaskan motif flora. Sedangkan bagian mimbar dibuat dengan ukuran 2,4 x 2,8 meter, dan juga turut berhiaskan motif sulur-suluran ditambah dengan atap berbentuk kubah kecil.
Memang sedikit unik dan memiliki khas tersendiri, karena hampir keseluruhan bagian bangunan masjid ini memiliki hiasan motif sulur-suluran maupun flora lain yang pastinya jarang ditemui dimasjid lain pada umumnya.