Di Indonesia tepatnya dibagian wilayah timur pulau Jawa terdapat salah satu kota yang terkenal dengan kesenian Reog. Kota tersebut adalah kota Ponorogo yang berada sekitar 220 km dari provinsi Jawa Tengah.
Kota Ponorogo populer dengan Kota Reog atau Bumi Reog yang sangat melegenda hingga ke seluruh dunia. Tak hanya dikenal dengan ‘Reog’, Ponorogo juga dikenal dengan Kota Santri karena disana memang terdapat banyak pondok pesantren, bahkan santrinya tak hanya berasal dari wilayah tersebut saja tetapi berasal dari berbagai tempat di Indonesia hingga dari luar negri. Salah satu pondok yang terkenal dari bumi Reog ini adalah Pondok Modern Darussalam Gontor tepatnya berada di desa Gontor, Kecamatan Mlarak.
Ponorogo juga memiliki satu masjid Agung yang berada di dekat alun-alun Ponorogo. Masjid itu bernama Masjid Agung Ponorogo dan telah ada sejak tahun 1858. Masjid Agung Ponorogo didirikan oleh Raden Mas Adipati Aryo Tjokronegoro. Namun sebelum masjid Agung Ponorogo dibangun, ternyata masjid ini merupakan sebuah mushola yang menjadi tempat persembunyian Ki Glendunng atau Abdur Rahman. Beliau adalah salah satu ulama di Ponorogo yang menjadi incaran Belanda pada masa penjajahannya, lalu beliau bersembunyi di tempat itu. Ketika Adipati Tjokronegoro berkuasa di wilayah itu, ia membuat masjid Agung yang merupakan tempat ibadah umat islam dan menjadi pusat keislaman di Ponorogo yang bahan tiang-tiangnya berasal dari kayu jati alami.
Masjid Agung Ponorogo memiliki dua bangunan utama,terdiri dari bangunan pertama yang merupakan bangunan asli dari peninggalan Tjokronegoro dan memiliki 16 tiang kayu jati. Tiang kayu jati tersebut terbuat dari satu pohon jati berukuran besar dan dikerjakan oleh tukang kayu dari kerajaan Solo. Ketika pembangunan masjid tersebut dilaksanakan, para tukang wajib selalu dalam keadaan suci. Pembuatan tiang dari bahan kayu jati pun dilakukan di Ngebel yang saat ini merupakan salah satu tempat wisata di Ponorogo. Menurut cerita setempat pada proses pembuatannya tidak menggunakan alat-alat berat tetapi hanya dengan membaca puji-pujian kepada Allah SWT.
Sedangkan pada bangunan kedua, lantai di Masjid Agung sudah beralaskan keramik dan pernah dilakukan pemugaran selama tiga kali. Pemugaran tersebut dilakukan pada tahun 1975 oleh Bupati Soemadi, lalu pada tahun 1984 oleh Bupati Soebarkan dan terakhir pada tahun 1995 oleh Bupati Markum Singodimedjo yang menghabiskan dana pembangunan sebesar Rp 125 juta karena ada tambahan pembuatan menara pada sisi depan masjid Agung. Meskipun masjid Agung Ponorogo telah beberapa kali dilakukan renovasi, keaslian bangunan masjid masih kokoh dan terawat dengan baik di bagian pilar-pilar bangunan yang terbuat dari kayu jati.
Ciri khas dari masjid Agung Ponorogo adalah terdapat kubah berwarna hijau yang berjumlah sembilan, yang semuanya berada di bagian atas depan masjid. Ke sembilan kubah tersebut menyimbolkan arti dari sembilan wali atau Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Ciri khas lainnya adalah terdapat deretan pohon sawo yang terlihat disepanjang jalan antara masjid dan menara.
Jika dilihat dari Gapura masjid Agung Ponorogo sepertinya merujuk pada desain yang berasal dari Timur Tengah. Lalu, dibagian dinding masjid yang berupa tembok semen terdapat kubah yang ukurannya kecil. Serambi masjid pun memiliki gaya Timur Tengah yang sangat indah. Adapula hiasan ornamen yang sangat menarik di bagian cekungan kubah yang ditengahnya ada lafal ‘Allah’.
Masjid Agung ponorogo juga memiliki halaman yang sangat luas, cukup untuk menampung kendaraan para jamaah atau pengunjung. Tempatnya yang sangat strategis menjadikan masjid ini selalu ramai oleh pengunjung karena dekat dengan alun-alun Ponorogo, Pemkab dan toko-toko terkenal di Ponorogo.