Masjid Agung Sunda Kelapa – Menteng Jakarta Pusat

Masjid Agung Sunda Kelapa – Menteng Jakarta Pusat

Masjid Agung Sunda Kelapa terletak di Jln. Taman Sunda Kelapa No. 16, Menteng, Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Jika kita mendengar kata-kata “Menteng Jakarta Pusat”, pasti kita akan langsung tertuju pada kawasan nan elit, mewah, dan merupakan kawasan yang isinya hanya orang-orang kaya saja.  Memang kawasan Menteng Jakarta Pusat merupakan kawasan elit, dikawasan tersebut terdapat  Masjid Agung Sunda Kelapa yang juga menjadi masjid terbesar di kawasan elit Menteng.

Masjid Agung Sunda Kelapa

Memang, suasana kawasan Menteng, Jakarta Pusat saat ini dipenuhi dengan hiruk pikuk bisnis, apalagi sudah banyak sekali apartemen-apartemen pencakar langit yang juga turut dibangun didaerah tersebut. Selain itu, hunian-hunian perumahan elit juga turut dibangun, seakan-akan kawasan menteng menjadi kawasan paling modern di DKI Jakarta.

Namun, meskipun dipenuhi dengan hiruk pikuk duniawi, ternyata masyarakat menteng juga tidak lupa bahwa dalam suatu wilayah muslim haruslah memiliki fasilitas tempat ibadah yang memadai. Maka dari itu, dibangunlah Masjid Agung Sunda Kelapa ini.

Sekilas Sejarah Masjid Agung Sunda Kelapa

Masjid Agung Sunda Kelapa merupakan masjid besar yang dibangun pertama kali di daerah Menteng dengan memadukan berbagai fungsi untuk masjid, seperti sebagai tempat ibadah, pendirikan, sosial, maupun perekonomian, hal ini terinspirasi dari beberapa masjid yang dibangun pada masa Rosulullah SAW yang menjadi pusat aktifitas ibadah dan juga sosial masyarakat.

Ukuran masjid ini memang tidak super besar, namun banyak sekali nama-nama terkenal di Indonesia yang mempunyai hubungan dengan masjid ini, tak heran jika Masjid Agung Sunda Kelapa bisa terkenal sampai ke seluruh Indonesia.

Masjid ini dibangun pertama kali pada tahun 1960-an dengan gagasan yang berasal dari Ir. Gustaf Abbas, kemudian gagasan tersebut didukung oleh para Jenderal yang juga tinggal di daerah menteng dengan memberikan berbagai sumbangan dana untuk penyelesaian masjid ini. Para Jenderal tersebut menyadari kekeliruan atas sejarah G30S/PKI yang menyebar di masyarakat dan ingin meluruskannya dengan usaha membangun masjid yang nyaman sebagai tempat beribadah.

Pada saat itu, pembangunan yang sudah berjalan lebih dari 9 tahun tidak kunjung selesai karena terkendala berbagai masalah. Akhirnya, Pemerintah Daerah DKI Jakarta, pada masa Gubernur Ali Sadikin (Alm) merasa harus membantu dalam penyelesaian pembangunan masjid ini. Akhirnya seluruh pembangunan masjid selesai pada tahun 1970 dan diresmikan pada tanggal 31 Maret 1971. Peresmian masjid tersebut dilakukan sendiri oleh Ali Sadikin selaku Gubernur DKI Jakarta pada masa itu, bersama-sama dengan jajaran para petinggi di Jakarta, seperti Moh. Djamin Ali, Wakil ketua DPRD GR DCI Jakarta pada masa itu.

interior Masjid Agung Sunda Kelapa

Pembangunan Masjid Agung Sunda Kelapa terus berlanjut dengan menambahkan beberapa fasilitas lainnya seperti Serambi Jayakarta. Serambi Jakarta merupakan bangunan serambil layaknya di masjid-masjid besar pada umumnya yang menuju bangunan utama masjid. Serambi tersebut bisa difungsikan sebagai tempat musyawarah, maupun kegiatan lainnya. Pembangunan serambi selesai dan diresmikan pada tanggal 14 Maret 2002 oleh H. Sjaiful Hamid selaku Ketua Umum Masjid Agung Sunda Kelapa.

Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan Rumah Sehat Masjid Agung Sunda Kelapa yang selesai dan diresmikan pada tanggal 14 September 2007 oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Akses ke Rumah Sehat tersebut bisa lewat pintu gerbang barat masjid. Rumah Sehat Masjid Agung Sunda Kelapa merupakan hasil kerjasama antara Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa, Dompeet Dhuafa dan Baznas, sebagai fasilitas kesehatan untuk orang-orang yang kurang mampu.

Beberapa Fasilitas Masjid Agung Sunda Kelapa

Masjid Agung Sunda Kelapa didirikan diatas tanah selus 9.920 meter persegi dan mampu menampung sekitar 4.400 Jamaah. Ruang utama sholat pada masjid ini dilengkapi dengan penyejuk udara, Serambi Jayakarta dan Aula Sakinah. Beberapa fasilitas yang bisa digunakan oleh umum adalah Gedung Fatahillah, Toko Koperasi, dan juga Rumah Sehat.

Masjid Agung Sunda Kelapa 2

Masjid ini memang terkesan sangat modern, karena di Ruang Sholat utama masjid dilengkapi dengan 2 layar lebar yang selalu memperlihatkan bacaan ayat suci Al-Qur’an, atau kadang-kadang digunakan untuk memonitor aktifitas di ruang sholat.

Dibagian samping pada bangunan utama masjid terdapat kantor dengan lima lantai yang dikhususkan untuk melayani konsultasi masyarakat sekitar, misalnya konsultasi masalah warisan, pernikahan, dan masalah-masalah agama islam lainnya. Selain itu, juga terdapat BMT yang bekerja sama dengan Dompet Dhuafa Republika dalam memberikan layanan kesehatan secara gratis kepada para fakir miskin.

Masjid ini tergolong dalam masjid yang “Super Lengkap”, bahkan ada penitipan sepatu yang bisa digunakan untuk 300 pasang sepatu, 72 keran untuk berwudhu, serta 30 toilet umum.  Sistem pengeras suara yang modern juga turut diimplementasikan pada masjid ini. Ditambah lagi dengan area parkir kendaraan yang sangat luas, mampu menampung sekitar 500 mobil dan 600 sepeda motor.

Masjid di kawasan elit ini juga menyediakan tempat penyelenggaraan resepsi pernikahan / acara akad nikah. Biasanya akad nikah dilaksanakan diruangan utama, sedangkan untuk jamuan makan dan minum ditempatkan di Aula Sakinah yang mampu menampung hingga 700 orang tamu undangan. Tersedia juga ruang untuk acara rapat yang bisa menampung hingga 60 orang, serta ruang acara seminar yang bisa menampung hingga 150 orang.

Bahkan saking modern-nya, syarat untuk menjadi Khatib khutbah jum’at di Masjid Agung Sunda Kelapa harus minimal setingkat magister, serta materi yang disampaikan  dibagikan secara Cuma-Cuma sebanyak 1500 eksemplar yang dikelola oleh Bulletin Masjid Agung Sunda Kelapa.

Arsitektur Masjid Sunda Kelapa

interior Masjid Agung Sunda Kelapa 2

Masjid Agung Sunda Kelapa merupakan rancangan Ir. Gustav Abbas yang menganut konsep yang fleksibel tanpa terpaut dengan simbol-simbol masjid pada umumnya, seperti kubah, menara, maupun simbol-simbol ornamen seperti bulan & bintang. Ir. Gustav Abbas merupakan arsitek lulusan dari ITB (Institut Teknologi Bandung), karyanya pun juga dapat dilihat pada bangunan Masjid Salman yang berada di Kampus ITB Bandung.

Masjid Agung Sunda Kelapa tidak dibangun menurut standard masjid pada umumnya yang selalu memiliki kubah, bedug, maupun lambang dan simbol-simbol yang biasa kita temukan pada masjid-masjid lain pada umumnya. Bangunan masjidnya berbentuk seperti perahu yang menyimbolkan bahwa pelabuhan Sunda Kelapa dahulunya merupakan tempat terkenal untuk berdagang bagi saudagar muslim sekaligus tempat penyebaran islam yang paling pesat pada masanya. Bentuk ini pun juga bisa difilosofikan sebagai seorang hampa yang pasrah mengharap kasih sayang dari Sang Maha Pencipta.

Mihrab yang berada pada bangunan masjid utama tidak terlihat menjorok keluar, namun seperti dibuatkan ruangan tersendiri dengan dinding marmer berwarna biru, berhiaskan kaligrafi lafadz “Bismillahirrohmanirrohim”. Disamping kiri mihrab terdapat jam kayu yang sangat elegan, serta disamping kanan terdapat mimbar yang biasa digunakan sebagai tempat khatib sholat jum’at. Sebagai sumber penerangan utama, masjid ini mengadopsi desain lampu gantung yang klasik, namun dengan cahaya bohlam lampu. Sedangkan lantai untuk tempat sholat dibalut dengan karpet berwarna merah dengan motif-motif yang selalu dijaga kebersihannya oleh pengurus masjid.

Aktifitas Masjid Agung Sunda Kelapa

Masjid Agung Sunda Kelapa 3

Masjid Agung Sunda Kelapa menjadi salah satu masjid teraktif di se-antero Nusantara Indonesia, karena selalu memiliki program-program kegiatan unggulan yang dapat dipilih dan di ikuti oleh para jamaahnya. Misalnya saja, Setiap hari terdapat pengajian yang di isi oleh mubaligh-mubaligh ternama dan berpengalaman dalam agama islam. Kemudian, bagi yang melakukan Sunnah puasa Senin-Kamis, Masjid ini pun menyediakan fasilitas berbuka puasa secara gratis, disusul kegiatan pengajian setelah sholat maghrib.

Pada setiap hari di bulan Ramadhan, acara berbuka puasa juga diadakan dengan menu nasi kotak, maupun berupa takjil dan menu makanan yang disumbangkan warga sekitar, kemudian dilanjutkan sholat berjamaah, dan pengajian yang diisi oleh da’i-da’i ternama, maupun tokoh-tokoh ulama Indonesia seperti Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Setiap sore hari dibulan Ramadhan, ratusan bahkan ribuan jamaah datang memenuhi Masjid Agung Sunda Kelapa. Para pedagang makanan pun juga ikut andil didalam kegiatan tersebut dengan menjajakan sejumlah menu takjil dan berbuka puasa.

Program unik lainnya yang diselenggarakan pada bulan Ramadhan di masjid ini adalah “I’tikaf”, dimana para jamaah berdiam diri didalam masjid sambil berdzikir dalam waktu yang telah ditentukan. Biasanya jamaah dari program ini berjumlah ribuan, pada tahun 2010 lalu bahkan mencapai lebih dari 4.000 orang jamaah yang memenuhi hampir keseluruhan ruangan masjid dan serambi.

interior Masjid Agung Sunda Kelapa 3

Berwisata Kuliner di Masjid Agung Sunda Kelapa

 

Setiap harinya, terutama di sore hari masjid ini dikelilingi oleh penjual makanan dan minuman khas tanah air. Puncak dari keramaian pedagang ada pada Bulan Ramadhan, dimana ribuan jama’ah datang ke masjid untuk berbuka puasa bersama. Beberapa jajanan dan menu makanan yang dijual adalah Tongseng, Es Kelapa Muda, serta makanan-makanan khas betawi seperti Selendang Mayang. Selain itu ada juga makanan-makanan nusantara lain seperti sate dan soto padang, bakso, es buah dan lain sebagainya. Bahkan selain makanan, ada juga penjual pernak pernik khas islam seperti songkok, sajadah, sorban, tasbih dan lain sebagainya.

Lomba “Al-Qur’an Emas”

Masjid Agung Sunda Kelapa setiap tahunnya selalu mengadakan lomba menghafal Al-Qur’an yang diberi nama “Al-Qur’an Emas” yang biasanya diikuti oleh anak-anak maupun kawula muda yang berumur dibawah 30 tahun. Filosofi dari lomba tersebut adalah ingin menunjukkan bahwa orang yang bisa menghafal Al-Qur’an dengan baik lebih berharga daripada bongkahan emas.

Hadiah yang diberikan kepada para pemenang juga tidak tanggung-tanggung, bisa mencapai Rp. 150 juta. Kegiatan lomba ini juga di tujukan untuk membakar semangat para Hafidz-Hafidzoh Nusantara, agar tetap yakin dan giat dalam menghafal Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan kunci kesuksesan di Dunia maupun di Akhirat kelak.

Meng-Islamkan Masyarakat

Dari beberapa fasilitas dan kegiatan-kegiatan yang sudah dijelaskan, ternyata memberikan dampak positif bagi para pemeluk agama lainnya di nusantara maupun dari manca negara. Masjid Sunda Kelapa telah tercatat sejak tahun 1993 hingga saat ini telah mampu meng-islamkan lebih dari 18 ribu orang muallaf. Dari total keseluruhan muallaf, tercatat 75% berasal dari Warga Negara Indonesia, dan 25% berasal dari Warga Negara Asing.

Peng-Islaman tersebut juga tidak bisa lepas dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masjid ini, dengan cara dakwah-dakwah, penyebaran buku-buku islami dan lain sebagainya. Menurut para pengakuan muallaf, mereka jadi tersadar bahwa agama islam merupakan agama yang cinta damai melalui dakwah yang disampaikan para mubaligh dari masjid tersebut dan juga beberapa buku-buku islami yang diterbitkan oleh Masjid Agung Sunda Kelapa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *