Masjid yang berada di Jalan Raya Serang Cibarusah Bekasi Jawa Barat ini terkenal dengan julukan sebagai masjid Al-Mujahiddin Perjuangan Laskar Hizbullah. Namun makna dari kata Hizbullah disini yaitu merek para pejuang atau santri yang telah berjuang dalam memerdekakan Indonesia. Lascar ini dibentuk pada tahun 1944 oleh Masyumi pada saat pasukan Jepang mulai terdesak oleh Sekutu. Masyumi juga dibentuk oleh berbagai organisasi islam salah satunya adalah nahdatul Ulama yang berada di bawah pimpinan KH. Wachid Hasyim.
Pejuang para santri tersebut tak lepas dari sebuah bangunan masjid yang dikenal dengan nama masjid Al-Mujahidin di Cibarusah. Masjid ini termasuk masjid yang sudah sangat tua dan menjadi saksi dari perjuangan para santri dan syuhada dalam memerdekakan Indonesia. Niatnya yang tulus dan ikhlas serta hanya berkalang tanah tak menyurutkan keinginan mereka untuk terlepas dari penjajahan yang telah lama berkuasa di Tanah Air.
Lalu salah seorang petinggi Gerakan Pemuda Anshar memiliki ide agar dibangun sebuah monumen perjuangan Laskar Hizbullah. Dia adalahDrs. Munawar Fuad Noeh, MA yang jug merupakan warga dari Cibaruas. Kemudian dibangunlah bangunan monumen tersebut tepat berada di samping masjid Al-Mujahidin. Pembangunan monumen tersebut bertujuan agar semua jasa yang telah dilakukan dan dikorbankan oleh para syuhada dulunya dapat dikenang oleh para masyarakat saat ini. Lebih pentingnya lagi yaitu agar dapat mewariskan dan melestarikan semangat yang luar biasa tinggi dari para pejuang untuk generasi selanjutnya yang sekarang.
Ketika para jamaah atau pengunjung akan memasuki masjid Al-Mujahidin maka akan menemukan sebuah tulisan dalam bahasa Arab tentang nama masjid serta tahun pembangunan masjid tersebut. Tulisan tersebut dapat dijumpai di bagian atas pintu utama masjid. Selain itu, disana juga dilengkapi dengan lambang lascar Hizbullah. Selain itu pada bagian tiang utama masjid Al-Mujahidin yang jumlahnya ada enam, salah satu dari tiang tersebut terdapat sebuah prasasti kecil namun bertuliskan dalam bahasa Belanda.
Pada bagian dinding depan masjid juga dapat ditemukan piagam pendirian masjid yang didapatkan dari Kantor Departemen Agama Kabupaten Bekasi. Dalam piagam juga disebutkan tentang pembangunan masjid yang dimulai pada tahun 1930. Sejarah mengatakan bahwa bangunan masjid Al-Mujahidin didirikan oleh Pangeran Senapati yang merupakan salah satu keturunan dari Pangeran Jayakarta Wijayakrama.
Lalu Pangeran Senopati berkelana hingga di kawasan hutan jati bersama para pasukan dan keluarganya untuk tinggal sementara disana. Mereka merasa aman untuk berlindung di sebuah kawasan hutan lebat dari pasukan Belanda yang selalu menjajah. Lambat laun kawasan ini berkembang dan menjadi sebuah tempat yang dikenal dengan nama Cibarusah.
Untuk membangun masjid ini bahan yang digunakan berasal dari kayu jati karena pada saat itu kayu jati disana sangat banyak. Disana juga terdapat sebuah kolam penampung air yang berukuran 20 x 30 m sebagai tempat air bersih tak jauh berada dari masjid Al-Mujahidin. Ketika melihat masjid Al-Mujahidin maka tidak ditemukan bangunan yang megah dan mewah. Melainkan sebuah bangunan khas terdahulu seperti pada peninggalan zaman Belanda. Bangunan ini berbentuk segi empat dengan atap limas yang ditopang dengan tiang utama yang berjumlah enam di bagian tengah masjid. Ketika memasuki masjid ini maka bagian dalam masjid didominasi dengan tembok yang berwarna putih. Selanjutnya pada bagian teras depan dilengkapi dengan pintu utama menggunakan pintu besi. Terdapat juga menara yang berbentuk persegi delapan serta kubah masjid berbentuk bawang berasal dari bahan logam.